YESAYA    
Edisi YESAYA   |   Bunda Maria   |   Santa & Santo   |   Doa & Devosi   |   Serba-Serbi Iman Katolik   |   Artikel   |   Suara Gembala   |   Warta eRKa   |   Yang Menarik & Yang Lucu   |   Anda Bertanya, Kami Menjawab
Warta Paroki Gembala Yang Baik No. 38 Tahun VII / 2005 - 18 September 2005
SUARA GEMBALA

Paroki GYB
di Usianya yang ke-23

Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui;
berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!” (Yes 55:6)

Para Gembala di Paroki Gembala Yang Baik: (dari kiri ke kanan)
Rm. Yohanes Wayan Marianta SVD, Rm. Yosep Bukubala SVD, Rm. Remigius Ismael Sene SVD,
Rm. Gregorius Kaha SVD, Diakon Yakobus Ongirwalu SVD


1982 - 23 tahun yang lalu, tepatnya tanggal 14 September, Gereja ini diberkati oleh Mgr. Klooster CM dan diresmikan Walikota Surabaya, Drs. Moehadji Widjaja. Artinya, dari awal Gereja ini dikuduskan dan diterima baik dalam kehidupan bermasyarakat. Rm J. Heijne mengatakan nama “Gembala Yang Baik” mengungkapkan visi paroki sekaligus mengingatkan kita akan “Yesus Kristus” Gembala Agung yang ditinggikan di kayu salib. Kitab Suci mengungkapkan “setiap orang yang memandang Salib itu akan diselamatkan.” Sejak saat itu komunitas Gereja ini mulai mengadakan perjalanan bersama dengan cita-cita dan harapan tunggal yakni hidup dalam semangat dan pola Yesus Kristus Sang Gemhala yang Baik.

2005 - 23 tahun sesudah berdirinya, kita semua (sebagai warga paroki) berhenti dan secara tulus membuat introspeksi - melihat kembali seluruh perjalanan bersama kita selama ini - masihkah kita setia pada cita-cita itu? Ataukah kita perlu membuat semacam revolusi sikap untuk kembali membangun kebersamaan kita dalam semangat Yesus?

Hari ini kita bergembira atas nama kehidupan bersama dalam satu paroki. Berbicara tentang paroki tidak lepas dari dua unsur penting, yakni identitas paroki dan gambaran paroki ke depan.

IDENTITAS PAROKI mencakup ciri teologis, konteks masyarakat dan kemampuan / potensi umat.

1. Dalam ciri teologis, Gereja diajak untuk merefleksikan hubungan antara Allah dan manusia, baik secara pribadi maupun bersama. Refleksi atas hubungan dengan Allah (vertikal) dan atas hubungan dengan sesama (horizontal) ini akan melahirkan koinonia. Dan koinonia itu bisa menjadi sarana untuk saling berbagi. Maka, kita bertanya: sesudah 23 tahun ini apakah relasi umat dengan Tuhan semakin mendalam? Dan apakah hubungan kita ke dalam semakin guyub atau rukun?

2. Dalam konteks kehadiran, paroki (= Gereja) hidup di tengah masyarakat yang memiliki pola sosial dan budaya tertentu, maka seiring dengan pesan Konsili Vatikan II, Gereja mesti terbuka tanpa harus melepaskan identitasnya. Gereja tidak hanya hidup untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk banyak orang. Maka, kita bertanya sejauh mana kita sudah membangun relasi dengan warga masyarakat sekitar kita?

3. Dalam ciri kemampuan atau potensi umat, paroki perlu menyadari Gereja adalah persekutuan umat yang berziarah bersama menuju kepada tujuan. Maka, kita pun harus bertanya sejauh mana umat merasa memiliki Gereja dan kemudian berperan aktif dalam seluruh kehidupan menggereja? Gereja tanpa peran serta umat dalam gerakannya adalah Gereja yang mati; perlu dilahirkan kembali. Seluruh proses introspeksi ini, mengarahkan kita kepada gambaran paroki yang mau dibangun ke depan.

GAMBARAN PAROKI KE DEPAN:

Pada kenyataannya umat kita berkembang dengan kebutuhan yang beraneka ragam; ada kelompok teritorial, ada kelompok kategorial (benturan bisa terjadi kalau menekankan yang satu dan meninggalkan yang lain); ada yang sangat berinspirasi pada sakramen-sakramen, ada yang pada pelayanan sosial karitatif (kadang satu merasa lebih penting, yang lain tidak); ada kelompok tua, ada yang muda (komunikasi sering tidak nyambung - lalu merasa tidak dihargai / tidakdidengarkan). Untuk semuanya, di satu sisi kita perlu berbenah dan di sisi yang lain kita patut berbangga. Kita bersyukur bahwa selama 23 tahun paroki ini tumbuh dalam kebersamaan dan persaudaraan. Kita berterima kasih kepada semua mereka (pendiri - perintis - donatur dan siapa saja) yang dengan cara masing-masing telah membuat paroki kita seperti sekarang ini.

Tanggung-jawab kita ke depan adalah bagaimana paroki ini hadir menjawabi kebutuhan umatnya dan berjalan sesuai dengan semangat Yesus, Gembala Yang Baik. Sejalan dengan kemajuan dan perkembangan paroki yang begini pesat kita boleh diam dan bertanya: apakah kemajuan parokiku membawa juga kemajuan iman dalam diri setiap umat? PR yang besar inilah yang menjadi salah satu titik perhatian kita di hari-hari mendatang.

Selamat ulang tahun Gereja Gembala Yang Baik!

Rm. Gregorius Kaha, SVD