Edisi YESAYA | Bunda Maria | Santa & Santo | Doa & Devosi | Serba-Serbi Iman Katolik | Artikel | Suara Gembala | Warta eRKa | Yang Menarik & Yang Lucu | Anda Bertanya, Kami Menjawab
Warta Paroki Gembala Yang Baik No. 25 Tahun VIII / 2006 - 18 Juni 2006
SUARA GEMBALA
PESTA TUBUH DAN DARAH KRISTUS:
"Perlukah Kita Berpuasa Sebelum Menyambut Komuni Kudus?"
Hari ini 183 anak dari paroki kita menerima Komuni Pertama. Kita ucapkan selamat buat mereka. Paus Yohanes Paulus II dalam ajaran resmi mengenai komuni pertama untuk anak-anak menegaskan: “adalah menjadi tugas orangtua serta mereka yang menggantikan kedudukan orangtua dan juga pastor paroki untuk mengusahakan agar anak-anak yang telah dapat menggunakan akal budi dipersiapkan dengan baik dan secepat mungkin, sesudah didahului Sakramen Tobat, diberi santapan Ilahi itu....” Dalam konteks persiapan itulah pembinaan selama ini dibuat dan kunjungan para romo ke keluarga komuni pertama diadakan.
Saya teringat dalam kunjungan tersebut ada yang bertanya: “apakah peraturan dalam Gereja Katolik berpuasa satu jam sebelum menyambut komuni masih berlaku?” Pertanyaan ini sebenarnya tidak mudah, apalagi di zaman di mana segala sesuatu tentang iman lebih dilihat dari sudut praktis dan masuk-akalnya saja. Saya sengaja mengedit tulisan P. Saunders berjudul “Straigth Answers: Why Fast Before Communion?” untuk membantu memberi sedikit keterangan sebagai jawaban.
Peraturan atau Ajaran Gereja:
Praktek puasa sudah sangat biasa dalam tradisi Yahudi. Dalam Kis 13:2 kita mendapat salah satu bukti tentang puasa sehubungan dengan liturgi. Dengan menetapkan aturan puasa satu jam sebelum komuni, Gereja sebenarnya menetapkan sebuah refleksi baru atas tradisi / kebiasaan kuno yang sudah ada. Kalau mengamati sejarah memang terjadi perkembangan praktek puasa ini, sebelum tahun 1964 puasa untuk menyambut komuni kudus dimulai tengah malam. Paus Paulus VI, pada tanggal 21 November 1964, mengurangi tenggang waktu puasa itu menjadi hingga satu jam saja. Kitab Hukum Kanonik no. 919 menyebutkan: “yang hendak sambut Ekaristi Mahakudus hendaknya berpantang dari segala macam makanan dan minuman selama waktu sekurang-kurangnya satu jam, terkecuali air semata-mata dan obat-obatan.”
Temyata peraturan ini diberlakukan dengan pengecualian-pengecualian. Pertama, untuk imam yang merayakan ekaristi lebih dari satu misa pada hari yang sama, maka imam tersebut hanya terikat satu jam puasa sebelum misa yang pertama. Kedua, mereka yang lanjut usia (usia 60 tahun ke atas) atau sakit, maupun mereka yang merawatnya, dapat menyambut komuni meskipun dalam waktu satu jam sebelumnya telah makan sesuatu. Bahkan dikatakan bahwa orang-orang ini puasa mereka dikurangi sampai “kurang lebih seperempat jam” (Bdk. Immensae Caritatis, 1973).
Mengapa Kita Berpuasa?
Pertanyaan dasar yang perlu kita ajukan adalah apa alasan kita diminta untuk berpuasa satu jam sebelum menyambut komuni? Saya tegaskan beberapa alasan sebagai bahan renungan kita:
1. Puasa satu jam sebelum komuni mengungkapkan matiraga demi penguasaan diri. St Paulus mengatakan “kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami” (2Kor 4:10). Jadi sebenarnya matiraga itu membantu kita manusia untuk memerdekakan diri dari belenggu dosa dan kecenderungan-kecenderungan buruk. Matiraga jasmani itu hendaknya sampai pada kesembuhan batin untuk siap menyambut Kristus. Berpuasa sebelum menyambut Komuni Kudus membangkitkan rasa lapar dan haus secara jasmani sebagai simbol lapar dan haus secara rohani. Memang kadang kita dengar banyak keberatan dengan alasan-alasan yang logis / masuk akal untuk membatalkan puasa sebelum komuni ini, tetapi kadang alasan itu justru menutup kelemahan / kekurangan yang ada dalam diri, yakni ketidaksungguhan hati untuk menyiapkan diri demi saat berahmat tersebut.
2. Puasa satu jam sebelum komuni membantu orang siap berjumpa dengan Tuhan. Dalam Perjanjian Lama, puasa mempersiapkan orang untuk menerima kehadiran Allah dan berada di hadirat-Nya. Ambil misal: Musa berpuasa 40 hari 40 malam lamanya di Gunung Sinai sementara ia menulis sepuluh perintah Allah. Elia berpuasa 40 hari 40 malam lamanya sementara ia berjalan ke Gunung Horeb - Gunung Tuhan. Dalam Perjanjian Baru, Yesus sendiri berpuasa 40 hari 40 malam lamanya sementara la mempersipkan diri memulai pewartaan-Nya di depan umum.
3. Yesus memang menganjurkan kita berpuasa karena puasa juga merupakan latihan kerendahan hati, pengharapan dan kasih, yang adalah kebajikan-kebajikan pokok yang kita rayakan dan kita mau timba dalam perayaan ekaristi.
Apa pun alasan kita berpuasa satu jam sebelum menyambut komuni, yang jelas usaha jasmani itu harus sampai pada disposisi batin yang siap untuk menerima kehadiran Kristus dalam perayaan ekaristi.
Pesan Akhir: “Yang Penting Tujuannya”
Peraturan tentang berpuasa satu jam sebelum komuni, tidak berarti kita harus kaku secara berlebihan atau juga tidak berarti kita menjadi sembrono dan membuat apa saja yang kita mau. Paus Yohanes Paulus II dalam “Dominicare Cenae” 1980, menyesalkan timbulnya persoalan di mana sebagian orang tidak mempersiapkan diri secara pantas untuk menyambut komuni kudus. “Wajiblah setiap kita mengusahakan persiapan iman sebaik-baiknya dalam mempersiapkan diri menyambut Kristus secara pantas,” tulis paus dalam satu himbauannya.
Nasihat ini sejalan dengan apa yang diungkapkan St Paulus dalam suratnya kepada umat di Korintus, “Jadi barang siapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan. Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawan itu.” Kita menyadari betapa pentingnya persiapan lahir dan batin untuk menerima Kristus, maka sambil mengucapkan salam bahagia untuk anak-anak komuni pertama, kita pun boleh mohon sikap yang hormat dan pantas dalam menerima tubuh dan darah Kristus.
Rm. Gregorius Kaha, SVD
|
||