YESAYA    
Edisi YESAYA   |   Bunda Maria   |   Santa & Santo   |   Doa & Devosi   |   Serba-Serbi Iman Katolik   |   Artikel   |   Suara Gembala   |   Warta eRKa   |   Yang Menarik & Yang Lucu   |   Anda Bertanya, Kami Menjawab
Warta Paroki Gembala Yang Baik No. 18 Tahun VIII / 2006 - 30 April 2006
SUARA GEMBALA

Yesus yang Bangkit:
Tak Dibatasi oleh Ruang dan Waktu


“Baik jika tanganmu kau lipat untuk berdoa,
tetapi lebih baik lagi jika tanganmu kau buka untuk memberi.”

Pesan ini disampaikan oleh Alberto Hartodoa, yang baru-baru ini ditetapkan Paus menjadi beato karena perhatiannya terhadap orang miskin dan menderita. Sudah pasti pesan ini terinspirasi oleh tindakan dan semangat Yesus yang bangkit. Dari Injil kita tahu bahwa seluruh tindakan kasih yang dilakukan Yesus, berakar dari “hati yang tergerak oleh belas kasihan.” Ambil contoh, Yesus memberi makan banyak orang; alasannya bukan karena mereka lapar, bukan karena para murid tidak sanggup, bukan karena hari mulai gelap, TETAPI Injil katakan karena tergerak hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka. Bahwa mereka lapar itu memang realita atau kenyataan; tetapi kalau hati tidak tergerak, realita itu tetap; tidak ada respon / tanggapan.

Injil di hari Minggu ini menampilkan lagi kepada kita kisah penampakan Yesus sesudah kebangkitan. Ada beberapa hal menarik yang perlu kita renungkan dari kisah penampakan itu:

1. Yesus yang bangkit menyapa para murid dalam kebersamaan. Seluruh kisah sekitar kebangkitan sangat kental dengan unsur kebersamaan. Perempuan-perempuan itu pagi-pagi buta tidak pergi sendiri ke makam mencari Yesus, tetapi bersama-sama. Waktu pulang mereka juga tidak sendiri mencari para rasul dan orang lain, tetapi bersama-sama dalam kelompok. Bahkan para rasul ketika didatangi oleh Yesus juga ada bersama-sama (berkumpul atau berjalan bersama). Semua itu menunjukkan kepada kita betapa pentingnya hidup bersama itu. Pengikut-pengjkut Kristus juga perlu membangun persekutuan yang diwarnai semangat persaudaraan, saling meneguhkan dan menolong satu sama lain. Maka tepat kalau orang katakan iman seseorang adalah keputusan pribadi, tetapi dia tumbuh dan berkembang dalam kebersamaan dengan orang lain. Jadi keliru kalau jadi pengikut Kristus tetapi asingkan diri dari persekutuan.

2. Yesus yang bangkit itu tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Dia hadir pada pagi hari, siang atau malam Dia menampakan diri; Ia hadir di pantai, di taman, di jalan, di ruangan. Ia hadir di mana dan kapan saja. Ia yang bangkit itu terus-menerus menampakan diri kepada para murid. Kenapa? Pertama, supaya menyiapkan para murid untuk mengambil tugas dan tanggung-jawab kerasulan / pewartaan. Kedua, penampakan itu juga menjadi kesempatan untuk menyembuhkan pengalaman traumatis akibat ketidak-siapan para murid menghadapi penderitaan Yesus. Iman akan Yesus dalam diri harus ada, supaya tugas pewartaan bisa dijalankan. Bagaimana mereka mewartakan tetapi mereka sendiri tidak yakin?

3. Satu hal yang tidak kalah menariknya adalah bahwa dalam penampakan itu Yesus yang bangkit selalu membuka pikiran para murid untuk mengerti isi Kitab Suci dan mewartakan pertobatan dan pengampunan dosa serta mengutus mereka untuk memberi kesaksian ke seluruh dunia. Artinya perutusan / pelayanan apa pun bentuknya bukan karya / proyek pribadi; itu karya yang diamanatkan Tuhan kepada kita. Sehingga kalau sukses jangan lupa Tuhan, kalau gagal juga jangan tinggalkan Dia.

Dengan merayakan Paskah, tiap-tiap kita yang dibaptis diperingatkan bahwa Paskah memberi harapan baru dalam diri dan kebangkitan menuntut kita memberi kesaksian keluar. Perayaan Paskah yang membahagiakan tak boleh disimpan sendiri, tetapi harus ditularkan kepada sesama. Semoga oleh karena hidup kita, tutur kata dan perbuatan-perbuatan kita, orang lain pun boleh melihat Yesus yang bangkit dalam diri kita. Amin.

Rm. Gregorius Kaha, SVD