YESAYA    
Edisi YESAYA   |   Bunda Maria   |   Santa & Santo   |   Doa & Devosi   |   Serba-Serbi Iman Katolik   |   Artikel   |   Suara Gembala   |   Warta eRKa   |   Yang Menarik & Yang Lucu   |   Anda Bertanya, Kami Menjawab
Warta Paroki Gembala Yang Baik No. 10 Tahun VIII / 2006 - 5 Maret 2006
SUARA GEMBALA

Godaan:
Setan Memang Tak Pernah Tidur?

Godaan Setan

Sekawanan burung ditangkap oleh pemburu dan dipelihara dalam kandang yang berkisi-kisi. Supaya burung-burung itu semakin gemuk, pemburu itu memberi makan dan minum setiap pagi dan sore. Burung-burung itu dengan lahap menikmati makanan dan minuman itu, sehingga mereka semakin tambun. Di antara burung-burung itu ada seekor burung yang sama sekali tidak mau makan dan minum. Makin hari ia makin kurus, padahal burung-burung lain semakin gemuk. Pada suatu saat ia menjadi sedemikian kurus dan sedemikian kecil sehingga dapat meloloskan diri dari kandang lewat kisi-kisi itu, sedangkan burung-burung yang sudah gemuk tadi tidak mungkin membebaskan diri. Burung yang satu tadi, oleh pantang dan puasa, berhasil lolos ke alam bebas; ia selamat.

Kita ada di Masa Prapaska; masa tobat. Dalam masa tobat ini, Gereja mengajak kita untuk menata kembali kehidupan kita; membebaskan diri kita dari belenggu dosa dan salah, agar kita sampai pada tujuan yakni keselamatan.

Dalam kisah Injil tentang pencobaan Yesus di padang gurun, kita menemukan dua gagasan yang sangat menarik untuk kita renungkan: Pertama, Yesus sebenarnya dihadapkan pada pilihan yakni: tawaran iblis atau tugas perutusan-Nya mewartakan Kerajaan Allah. Sikap Yesus, menolak semua tawaran iblis karena tidak sesuai dengan misi perutusan. Yesus dengan sangat tegas menentukan pilihan berdasarkan prioritas nilai dan Dia setia pada keputusan-Nya itu. Dengan cara itulah Yesus keluar sebagai pemenang dan iblis serta tawarannya menghilang atau binasa.

Seperti Yesus, kita manusia pun setiap hari dihadapkan pada tawaran-tawaran untuk kita pilih. Dan bukan rahasia umum lagi bahwa manusia itu cenderung memilih yang enak, yang nikmat, yang mudah atau gampang. Lihat saja waktu kita makan, setiap orang berusaha memilih apa yang terbaik, yang terbesar, yang terbanyak untuk dimakan. Waktu pilihan itu dibuat sama sekali tidak ada pikiran bahkan pertimbangan tentang orang lain, semuanya kita arahkan kepada diri. Kedua, Roh-lah yang membawa Yesus ke padang gurun untuk dicobai. Kenapa? Apakah Roh masih ragu akan kualitas Yesus? Apa Yesus tidak mampu sehingga dicobai? Apakah Tuhan iseng dengan menciptakan kesulitan itu? Saudara-saudari, Roh membawa Tuhan Yesus ke padang gurun untuk dicobai karena godaan atau cobaan setan adalah bagian dari kehidupan di dunia yang juga dijumpai oleh Yesus. Santo Petrus menasihatkan: “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu si-iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum dan mencari mangsa untuk ditelannya. Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama” (2Ptr 5:8-9).

Memang setan atau iblis ada di dunia dan dia tak pernah tidur. Dia terus bekerja, mencari siapa pun yang dapat dipengaruhinya. Ia tidak pernah beristirahat; ia terus menggoda manusia untuk mendahulukan dirinya sendiri dari pada mengabdi kepada Allah, untuk membuat pilihan yang keliru agar manusia binasa dan tidak selamat. Betapa bersukacitanya iblis melihat manusia terus mengikuti kehendaknya.

Cobaan setan selalu datang di kehidupan kita dalam pelbagai bentuk; sanggupkah kita mengatakan `tidak' pada setan dan sekutu-sekutunya? Semoga masa tobat menggerakkan tiap-tiap kita untuk kembali ke jalan Tuhan. “Koyaklah hatimu, dan jangan pakaianmu!”

Rm. Gregorius Kaha, SVD