Edisi YESAYA | Bunda Maria | Santa & Santo | Doa & Devosi | Serba-Serbi Iman Katolik | Artikel | Suara Gembala | Warta eRKa | Yang Menarik & Yang Lucu | Anda Bertanya, Kami Menjawab
Warta Paroki Gembala Yang Baik No. 06 Tahun VIII / 2006 - 5 Februari 2006
SUARA GEMBALA
Perempuan itu Segera Bangun dan Melayani...!
Dalam tradisi Yahudi, para Rabi mengajarkan bahwa perjamuan makan kaum pria tidak layak dilayani langsung oleh seorang perempuan. Perempuan bekerja di belakang; yang berdiri melayani di depan tempat perjamuan adalah budak laki-laki. Tetapi Injil hari ini memberi kesaksian, setelah ibu mertua Simon itu disembuhkan, dia bangun dan melayani mereka.
Pertama, kita melihat realita sakit atau penyakit. Kita semua juga mengetahui dari pengalaman bahwa sakit atau penyakit bisa membuat seseorang menjadi egosentris-ingat diri; ingin menjadi pusat perhatian; ingin dilayani. Ketika seseorang berbaring karena sakit, orang itu ingin supaya diperhatikan; kadang orang marah-marah karena tidak diperhatikan. Maka:
Kedua, kita bisa dengan mudah melihat gagasan dominan yang muncul dari kisah penyembuhan yang sangat dramatis - yang ditulis dalam Injil hari ini:
1. Yesus membebaskan perempuan itu dari tradisi / adat istiadat yang mengikat / membelenggu. “Sesudah ia sembuh, ia bangun dan melayani mereka.” Penyembuhan dari Yesus ini membebaskan orang dari belenggu. Dari sikap egois kepada sikap memperhatikan orang lain; dari sikap ingin diperhatikan kepada sikap mau memperhatikan kebutuhan orang lain; dari belenggu adat istiadat yang tidak sesuai dengan nilai Injil kepada semangat Injil; dari rasa takut kepada rasa gembira atau sukacita.
2. Penyembuhan itu mendatangkan pemulihan fisik. Banyak orang sakit dan menderita dibawa kepada Yesus dan Ia menyembuhkan mereka; kuasa Yesus luar biasa. Bahkan Alkitab mengatakan setan dan roh-roh jahat pun takut dan tunduk kepada-Nya. Yesus tidak memperbolehkan mereka berbicara tentang Dia. Aneh khan? Sebenarnya kalau pengakuan “Yesus adalah Mesias” itu keluar dari mulut setan, pasti manusia menutup diri terhadap pengaruh setan dan segera datang kepada Yesus. Tetapi kenapa Yesus melarang mereka berbicara? Karena kata-kata setan itu bukan menunjukan sebuah ungkapan iman tetapi karena mereka takut; supaya Yesus jangan mengusir mereka. Mereka berusaha mencari muka; mau bersandiwara dengan kata-kata manis supaya dianggap baik padahal maksud mereka jahat.
3. Penyembuhan itu membuat Yesus menjadi tenar. Orang tenar mulai diperhatikan, mulai dicari, mulai didekati; dan Yesus mengetahui itu, maka ketika Ia diberitahu, “Semua orang mencari Engkau,” Yesus menjawab, “Marilah kita pergi ke tempat lain, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itulah Aku telah datang.” Yesus tidak mau mengorbankan misinya hanya karena sebuah kemapanan.
Ada semacam aplikasi buat jalan hidup kita: seperti mertua Petrus yang sakit, kita juga dalam hidup sering sakit. Bukan hanya sakit fisik, tetapi kadang sakit rohani. Orang bisa nampak sehat, berat badannya naik-turun tak teratur tetapi bisa karena stress; orang bisa tertawa terus (waktu ada banyak orang) tetapi bila sudah sendiri merasa sedih / sepi dan menangis. Di perjalanan hidup itulah kita berjumpa dengan YESUS. Dan bukan tidak mungkin bahwa perjumpaan kita dengan Yesus membawa rahmat kesembuhan dalam diri kita. Artinya saudara-saudari, perjumpaan kita dengan Yesus harus membawa pembebasan dalam diri kita; ketakutan yang tidak wajar / tidak masuk akal harus lenyap karena kuasa Yesus jauh lebih besar dari kuasa manapun. Perjumpaan dan rahmat penyembuhan dari Yesus harus membuat kita segera bangun dari tidur / bangkit dari pengalaman-pengalaman pahit yang membelenggu, untuk mulai hidup secara baru dalam semangat Yesus Kristus. Jangan lupa kata-kata bijak ini: “Ora et Labora,” kita tidak hanya berdoa tetapi juga bekerja, atau sebaliknya, kita tidak hanya bekerja tetapi juga berdoa; kita berdoa dan bekerja.
Rm. Gregorius Kaha, SVD
|
||