YESAYA    
Edisi YESAYA   |   Bunda Maria   |   Santa & Santo   |   Doa & Devosi   |   Serba-Serbi Iman Katolik   |   Artikel   |   Suara Gembala   |   Warta eRKa   |   Yang Menarik & Yang Lucu   |   Anda Bertanya, Kami Menjawab
Warta Paroki Gembala Yang Baik No. 51 Tahun VI / 2004 - 19 December 2004
SUARA GEMBALA

Emanuel
Rm. Gregorius Kaha, SVD
Bayi Yesus
Siapa Yesus bagi kita sekarang?
Apakah kita siap menyambut kedatangan-Nya?

Yesus yang kita nantikan kedatangan-Nya di hari Natal ini telah dinubuatkan oleh para nabi kepada segala bangsa. Memang berabad-abad Yesus ini tidak dikenal, jauh dan tersembunyi, tetapi kini dengan peristiwa Inkarnasi - Penjelmaan-Nya menjadi manusia, Ia dinyatakan kepada kita, sekarang Ia hadir dan tinggal di tengah-tengah kita.

Maria Bunda Yesus : Tokoh Adven Sejati

Beberapa tokoh selalu disebut selama Masa Adven ini: Yesaya, Yohanes Pemandi dan Maria Bunda Yesus. Pesan yang ditonjolkan oleh mereka adalah seruan pertobatan dan ajakan membangun sikap yang tepat untuk menyambut kedatangan Yesus.

Nabi  Yesaya dalam seruan pertobatan memperingatkan bahwa kita ini adalah orang-orang yang layu seperti daun, kita orang berdosa, orang yang terus berontak kepada Allah sejak dahulu kala, kita orang rapuh seperti bejana tanah liat, tetapi kita semestinya tidak putus asa karena kita percaya bahwa Allah menyelamatkan kita. Yohanes pembaptis dalam seruan pertobatan memperingatkan kita untuk kembali ke jalan hidup yang benar karena Kerajaan Surga sudah dekat. Yohanes mengajak kita untuk bertobat; ajakan ini bukan hanya dengan kata-kata tetapi juga melalui cara hidupnya yang sederhana dan penuh pengharapan. Oleh karena itu tidak keliru jka kita dengan setia tetap merindukan kedatangan Tuhan. Janji dan nubuat itu menurut Penginjil Matius sekarang mulai terpenuhi dalam diri Yesus yang lahir dari rahim Bunda Maria. Artinya peristiwa inkarnasi ini merupakan bukti Allah sebagai Emanuel; Allah beserta kita. Terhadap bukti tersebut Bunda Maria membangun sikap penuh iman akan janji; bahwa manusia tidak sepantasnya curiga atau berontak terhadap Allah karena Allah setia dan mengetahui apa yang paling dibutuhkan oleh manusia. Dalam konteks ini Bunda Maria menjadi teladan penantian bagi setiap orang beriman.

Emanuel : sebuah penjelasan tentang kelahiran Yesus

Dalam Injil kita baca bahwa Emanuel bukan sebuah nama. Sebab Yusuf mendapat perintah untuk “menamakan anak itu: Yesus”. Jadi apa sebenarnya yang dimaksud penginjil dengan Emanuel? Ayat berikut dalam Injil menjadi jelas: “Aku akan menyertai kamu sampai akhir zaman!” Emanuel bukan nama pribadi, tetapi sebuah penjelasan tentang arti kelahiran Yesus bahwa dalam diri Yesus, Allah beserta kita. Kedatangan Yesus adalah pernyataan pemenuhan janji Allah yang berabad-abad lamanya dinubuatkan oleh para nabi.

Realita kehidupan manusia mengungkapkan bahwa ternyata terhadap janji Allah itu manusia sering bimbang dan ragu. Sikap macam ini kita jumpai dalam diri Yusuf seperti dikisahkan dalam Injil. Begini kata-kata malaikat: “Yusuf anak Daud, jangan engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.” Yusuf tidak memahami kata-kata ini, dia bergumul hari demi hari untuk menerima misteri ini. Sikap Yusuf yang perlu diteladani adalah dalam kesulitan macam itu dia tidak mau mengambl jalan pintas dengan bersandar pada kepentingan dirinya sendiri. Sekali lagi di sini nampak kehadiran Allah dalam seluruh pengalaman hidup manusia. Tuhan kita tidak pernah membiarkan kita terbelenggu dalam keragu-raguan dan kecemasan yang tak menentu.

Santo Paulus dalam bacaan kedua, menjelaskan kepada jemaat di Roma bahwa Emanuel itu sungguh Putra Allah dan Putra Manusia sebab Dia berasal dari Allah, namun berada di tengah-tengah kehidupan manusia. Itu berarti Allah dalam rupa manusia mau senasib dengan kita: pencobaan dan penderitaan kita menjadi pencobaan dan penderitaan-Nya, kekecewaan dan ketakutan kita menjadi kekecewaan dan ketakutan-Nya. Tuhan ada bersama kita dalam setiap peristiwa hidup kita - jangan takut.

Pesan bagi kita :

Di minggu keempat Adven ini, kita diajak untuk membangun kerinduan yang sungguh-sunguh akan kedatangan Tuhan. Kita tidak perlu ragu dan bimbang karena Allah setia pada janji-Nya. Seperti Bunda Maria, dalam perjalanan penantian itu berkata: “aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku menurut perkatan-Nya”; seperti Yusuf yang segera bangun dan melaksanakan apa yang diminta Tuhan; demikianpun kita harus berani menentukan sikap iman yang benar kepada Yesus yang datang. Biarkan Damai dan sukacita itu juga lahir dalam hati tiap-tiap kita.