YESAYA    
Edisi YESAYA   |   Bunda Maria   |   Santa & Santo   |   Doa & Devosi   |   Serba-Serbi Iman Katolik   |   Artikel   |   Suara Gembala   |   Warta eRKa   |   Yang Menarik & Yang Lucu   |   Anda Bertanya, Kami Menjawab
SP Maria dari Naju:
Sengsara Mistik Yulia

Yesus dan Bunda Maria mengatakan dalam pesan-pesan Mereka bahwa, karena kasih telah dikalahkan, persatuan tak dapat dicapai, dan akibatnya, suara-suara manusia yang saling berteriak satu sama lain dalam dosa berubah menjadi suara-suara perang yang mengakibatkan luka. Suara-suara itu sampai ke langit dan membangkitkan murka Allah. Yesus dan Bunda Maria juga mengatakan bahwa orang-orang berdosa akan bertobat dan para klerus serta kaum religius akan berhasil mencapai persatuan dalam kasih; terima kasih kepada Yulia yang rela menanggung sengsara mahkota duri, sengsara salib, sengsara Hati Yesus Yang Mahakudus yang berkobar-kobar, sengsara kemartiran St. Andreas Kim Taegon, dan sengsara silih bagi aborsi.

Dalam salah satu penglihatan yang diterimanya saat pertemuan doa Jam Suci pada tahun 1981, Yulia menyaksikan sebagian jubah Yesus yang menutupi dada-Nya terbuka dan tampaklah Hati-Nya yang terkoyak-koyak menyedihkan dan mengucurkan darah. Yulia menangis meraung-raung tanpa mempedulikan mereka yang ada di sekitarnya yang memperhatikannya. “Oh, Tuhan! Tuhan-ku! Apakah yang dapat aku lakukan bagi Hati-Mu yang terkoyak?” Kemudian Yesus menjawab dengan suara lantang, “Hati-Ku tercabik-cabik tanpa ampun seperti ini setiap kali manusia berbuat dosa. Aku menghendaki agar setidak-tidaknya engkau, yang mengenal Aku, menambal Hati-Ku yang terkoyak.” Yulia berteriak kuat-kuat, “Oh, Tuhan! Aku akan menambal Hati-Mu yang terkoyak. Aku akan menambalnya.” Mereka yang ada di sekelilingnya juga menangis, tersentuh oleh rasa hormat dan khidmat yang begitu dalam.

Sejak saat itu, Yulia ikut ambil bagian dalam sengsara Hati Yesus Yang Mahakudus dan Hati Maria Yang Tak Bernoda, yang diakibatkan oleh dosa-dosa yang dilakukan anak-anak di dunia. Yulia dengan suka hati memohon lebih banyak sengsara demi mengamalkan cinta kasih kepada sesama. Ia juga berusaha hidup kudus dengan penyangkalan diri, kemiskinan, dan kurban.

Sengsara penyaliban
4 Februari 1988
Stigmata di kedua kaki Yulia
29 Januari 1989
Stigmata di kedua tangan Yulia
2 Juli 1996

Sengsara kemartiran St. A. Kim Taegon  29 Januari 1989
Serangan iblis
23 April 2000
Silih bagi aborsi
29 Juli 1988


SENGSARA SALIB DAN MAHKOTA DURI

Setiap kali anak-anak di dunia melakukan dosa, Hati Yesus Yang Mahakudus ditembusi tanpa ampun oleh pedang-pedang dan tombak-tombak yang tajam; Ia disalibkan lagi; dan dicambuk serta didera lagi.

Yesus yang tergantung di Salib berseru, “Adakah seseorang yang mau menurunkan Aku dari Salib?” (2 April 1987)

SENGSARA LAMBUNG YANG DITIKAM DENGAN TOMBAK (29 Januari 1989)

“Suara palu berdentam menghantam paku-paku untuk menyalibkan Putraku Yesus mengakibatkan sakit yang sangat dahsyat bagaikan memukul seluruh tubuhku dengan palu, dan tikaman pada lambung Kristus di Salib dengan sebilah tombak mengakibatkan sakit yang sangat luar biasa, yang meremukkan dan merobek-robek Hatiku.” (Pesan Bunda Maria, 29 Januari 1989)

SENGSARA LUKA-LUKA HATI YESUS YANG MAHAKUDUS

Yesus menderita sengsara karena luka-luka di Hati-Nya Yang Mahakudus yang diakibatkan oleh tikaman tanpa ampun pedang-pedang dan tombak-tombak tajam setiap kali manusia berbuat dosa. Sementara Yesus tak dapat membuka mata-Nya dan mengerang kesakitan, Hati-Nya terbuka dan mengalirlah Darah segar.  

SENGSARA HATI MARIA YANG TAK BERNODA

“Aku memohon dengan sangat kepada kalian dan berteriak hingga tenggorokanku berdarah, yaitu bahwa tak ada waktu lagi untuk berlambat, sebab piala murka Allah telah meluap. Namun demikian, anak-anak di dunia tidak mau mengindahkan perkataan Mama ini, hingga Hati-ku terkoyak-koyak. (Pesan Bunda Maria)

SENGSARA KEMARTIRAN ST. ANDREAS KIM TAEGON

“Terima kasih karena menderita sengsara kemartiran St. Andreas; Paus, para Kardinal, para Uskup, para imam dan kaum religius akan mencapai persatuan dan mendaki Kalvari sambil memikul salib kasih bersama Putraku Yesus.” (Pesan Bunda Maria, 29 Januari 1989)

STIGMATA DI KEDUA TANGAN YULIA

Seorang dokter di Namgwang General Hospital di Kwangju memeriksa Stigmata di kedua tangan Yulia. Ia menulis suatu pernyatakan yang menerangkan bahwa luka-luka Yulia tidak dapat dijelaskan secara medis. (2 Juli 1996)

SENGSARA DAN SAKIT DI MATA

“Bantulah aku membuka mataku. Mataku sakit karena serangan-serangan yang diterimanya dari berbagai macam hal yang tak pantas. Hapuslah airmataku yang mengalir setiap hari.” (Pesan Bunda Maria, 19 Oktober 1987)

SENGSARA DAN SAKIT DI TELINGA

Suara-suara keras dari begitu banyak orang yang berteriak telah mencapai langit sementara mereka saling mencela, saling bertikai dan berselisih, mengucapkan kata-kata yang tak pantas, menghina, menghakimi, menjilat, melakukan dosa sakrilegi, irihati terhadap sesama, dan marah. Telingaku juga menderita sakit amat hebat yang tak dapat diungkapkan dengan kata. (Catatan Yulia, 19 Oktober 1987)

SENGSARA DAHAGA DAHSYAT DI TENGGOROKAN

“Yesus mencurahkan Darah dengan sangat menyedihkan; Ia ditembusi begitu banyak anak panah dan Kepala-Nya ditekan dengan mahkota duri. Hatiku Yang Tak Bernoda tercabik-cabik dan tenggorokanku menjadi begitu kering, namun demikian, tak banyak anak yang datang melegakan dahagaku.” (Pesan Bunda Maria, 19 Oktober 1987)

Anak-anak di dunia tidak menggalang persatuan dalam kasih; mereka mudah membuat janji-janji, tetapi mudah pula mengingkari; ada banyak imam, namun mereka tidak melegakan dahaga anak-anak yang dikasihi Bunda Maria. Ia merasa dahaga tak terperi di tenggorokannya.

SENGSARA DEMI SILIH ATAS ABORSI

“Banyak jiwa berjalan menuju neraka karena aborsi. Melalui kurban-kurban dan silihmu, aku hendak menyelamatkan jiwa-jiwa yang melakukan aborsi. Bagaimana mungkin aku tidak memahami sengsara dan penderitaan yang engkau alami?” (Pesan Bunda Maria, 29 Juli 1988)

“Aku merasakan sakit di rahimku seakan-akan rahimku akan terkoyak-koyak karena alat-alat pencegah kehamilan dan aborsi. Jiwa-jiwa kecil berkeliaran di dunia orang mati setelah dicampakkan dari martabat manusia mereka dan diperlakukan hanya sebagai seonggok daging yang berdarah, yang adalah akibat dari kekejian manusia, kebiadaban serta kegagalan manusia dalam mengenali martabat hidup manusia. Berdoalah dan ringankanlah luka-luka mereka, serta persembahkanlah silih atas dosa-dosa yang dilakukan malam hari.” (Pesan Bunda Maria, 5 November 1986)

SERANGAN-SERANGAN IBLIS

Sementara aku terus-menerus berdoa dan berusaha menyelamatkan jiwa-jiwa malang dari cengkeraman iblis, si iblis, dalam rupa seperti elang, memukulku tanpa ampun dengan sayap-sayapnya, mencakar kepalaku dengan cakar-cakarnya, dan mematukku dengan paruhnya. (Catatan Yulia, 29 Januari 1989)

Sementara iblis mencakar, mencubit, menggigit, memukul, menjambak dan menarik-narik rambutnya, Yulia mempersembahkan devosi mengubah hidupnya ke dalam doa, agar banyak orang berdosa bertobat.

Ketika Bunda Maria muncul bermandikan cahaya, setan-setan yang menyerang Yulia mengangkat arang di tangan mereka dan menekankannya ke leher Yulia, lalu mereka melemparkan keranjang arang padanya, dan melarikan diri. Yulia cedera hebat di mata, wajah dan dadanya, dan mengalami kesulitan membuka matanya. (23 April 2000)


sumber : “Mary's Ark of Salvation”; www.najumary.net
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “disarikan dan diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Blessed Mother's House, Naju - Korea”