YESAYA    
Edisi YESAYA   |   Bunda Maria   |   Santa & Santo   |   Doa & Devosi   |   Serba-Serbi Iman Katolik   |   Artikel   |   Suara Gembala   |   Warta eRKa   |   Yang Menarik & Yang Lucu   |   Anda Bertanya, Kami Menjawab
SUARA GEMBALA
Pencobaan Yesus di Padang Gurun
oleh: Romo Gregorius Kaha, SVD

Kitab Suci menggambarkan pencobaan ini terjadi di “padang gurun”. Padang Gurun dalam Perjanjian Lama disebut Yeshimmon yang berarti tempat pembinasaan. Nama ini sesuai dengan sifat dan situasi padang gurun yang tandus, kering dan serba sulit. Orang yang berada di sana tanpa persiapan akan mengalami kesulitan bahkan kebinasaan. Di tempat sulit semacam inilah Yesus dicobai oleh setan. Benar kata-kata Kitab Suci: 'Emas diuji dalam dapur api, manusia diuji oleh kesulitan dan tantangan'.

Dalam inspirasi Pencobaan Yesus di Padang Gurun, penginjil mengajak kita untuk secara lebih mendalam melihat dan memahami bagaimana setan menggoda manusia; bagaimana taktik iblis menjatuhkan manusia agar manusia terbelenggu dalam dosa dan kesalahan atau lebih jauh dari itu kita diajak untuk melihat wujud nyata apa dari godaan setan itu pada zaman sekarang.  

MENGUBAH BATU MENJADI ROTI

Ini godaan untuk hidup enak, kaya tanpa perjuangan; tanpa kerja keras. Godaan untuk mencari harta kekayaan dan kenikmatan dengan cara yang tidak benar. Di padang gurun Yesus dicobai untuk memakai kuasa-Nya bagi kepentingan diri sendiri. Ini yang justru ditolak oleh Yesus. Dalam diri kita juga muncul godaan yang sama yakni memakai kemampuan dan karunia yang dianugerahkan Tuhan hanya untuk kepentingan diri sendiri. Kadang kita bermalas-malasan saja, hidup santai lalu tenggelam dalam sikap konsumerisme. Kita dihormati, ditakuti hanya karena kita dapat memberi orang roti. Maka suap, korupsi menjadi merajalela karena orang ingin tetap hidup enak tanpa usaha dan perjuangan.

YESUS DISURUH TERJUN DARI BUBUNGAN ATAP

Ini godaan untuk popularitas. Kalau Yesus mau menjatuhkan diri, Dia akan dipuji dan dikagumi. Ia menjadi terkenal, oleh karena itu Dia akan dipanggil kemana-mana, dihormati di mana-mana. Yesus menolak bukan karena kehormatan itu jelek, tetapi kalau kehormatan itu diperoleh dengan cara akrobatik maka orang cenderung menjadi gila hormat. Gila hormat inilah yang melahirkan sikap sombong dan merasa diri paling hebat. Orang takut direndahkan, sehingga di mana-mana orang mencari kehormatan diri sendiri. Akibatnya selagi orang itu berkuasa dia dikagumi, dihargai, tetapi sesudah itu dia tidak punya arti apa-apa lagi. Kenapa? Karena kekuasaan diperoleh dengan jalan atau di atas dasar tindakan yang spektakuler.

YESUS DIMINTA UNTUK SUJUD DI BAWAH SETAN

Ini godaan untuk menjual harga diri demi kekuasaan. Kekuasaan diberikan untuk membuat banyak orang bahagia, jadi harus diabdikan untuk kepentingan banyak orang. Tetapi, kekuasaan juga dengan mudah disalahgunakan. Ada dua unsur dari pencobaan ini: pertama ajakan untuk menjual harga diri demi memperoleh kekuasaan; kedua ajakan untuk berkompromi dengan kejahatan (=dosa dan salah). Bentuk nyata dari unsur ini adalah rasionalisasi / pembenaran diri.

Maka, kita lihat dengan sangat jelas SIKAP YESUS terhadap pencobaan dalam hidup-Nya. Yesus memutuskan bahwa Ia tidak akan membujuk orang dengan memberi harta benda (=kemudahan) untuk mengikuti Dia. Ia memutuskan bahwa jalan yang sensasional bukanlah jalan-Nya, Dia bahkan memutuskan untuk tidak boleh ada kompromi terhadap kejahatan dan dosa. Sikap ini yang membawa Yesus kepada 'Salib'. Dan Yesus menyadari sungguh semuanya itu.

Seperti Yesus, kita pun mengalami banyak godaan dalam kehidupan kita. Apakah kita berani bersikap seperti Yesus: tegas, tidak tawar-menawar atau pun berkompromi? Ataukah kita masih punya jalan lain? Di Masa Prapaskah ini, baiklah kita dengan jujur melihat diri karena perjuangan melawan dosa tidak akan berhenti selagi kita masih hidup.