Edisi YESAYA | Bunda Maria | Santa & Santo | Doa & Devosi | Serba-Serbi Iman Katolik | Artikel | Suara Gembala | Warta eRKa | Yang Menarik & Yang Lucu | Anda Bertanya, Kami Menjawab
Warta Paroki Gembala Yang Baik No. 42 Tahun VI / 2004 - 17 Oktober 2004
SUARA GEMBALA
“Bukan Kehendak Kami,
tetapi Kehendak-Mu, Itulah yang Terjadi!”
Rm. Gregorius Kaha, SVD
Setiap orang mengetahui apa sebenarnya yang disebut dengan doa. Sesederhana apapun latar belakang orang, dia mengetahui bahwa doa itu berhubungan dengan “Yang Diatas”, lagi pula setiap agama mengajarkan penganutnya untuk tidak mengabaikan hidup doa karena di dalam doa orang sanggup mendengarkan suara Sang Pencipta.
Orang sering mengungkapkan begitu banyak alasan untuk tidak berdoa; sibuk, suasana batin kacau, tidak konsentrasi, tidak tahu bagaimana harus berdoa, dan masih ada alasan-alasan lain. Semua alasan itu berhubungan erat dengan cara, syarat, waktu atau jenis doa; bukan berhubungan dengan hakekat doa itu sendiri. Orang merasa doa itu sukar, sulit, bahkan berat, karena pergumulan doa mereka hanya pada sisi lahiriahnya tanpa memandang lebih mendalam pada hakekat dari doa itu sendiri.
Bacaan-bacaan di hari Minggu ini kembali menegaskan pentingnya doa dalam ziarah hidup kita. Yesus sendiri dalam pelbagai kesempatan mengajarkan bagaimana cara berdoa yang benar, tetapi satu yang cukup jelas dikatakan Yesus adalah bahwa kita harus berdoa secara terus menerus - berdoa dengan tidak jemu-jemu. Mari kita coba menggali apa yang dikatakan bacaan-bacaan hari ini tentang “Doa yang tidak jemu-jemu”.
Pertama, Doa yang Tanpa Henti, Memenangkan Pertempuran (Kel 17:11-19)
Dalam perjalanan menuju tanah Kanaan (tanah terjanji) bangsa Israel mengalami serangan demi serangan dari bangsa lain. Jumlah mereka yang sedikit membuat perlawanan tak seimbang. Walau demikian, bangsa Israel mempunyai kekuatan yang dahsyat yakni iman mereka kepada Yahwe. Berkat iman dan didukung oleh doa Musa dengan tangan terentang tanpa henti, kemenangan demi kemenangan dapat dilalui oleh bangsa Israel.
Doa yang tak henti-hentinya memiliki kekuatan yang luar biasa bagi bangsa ini. Apa yang dianggap tidak mungkin, yang dirasa berat, menjadi luar biasa dan ringan karena doa. Tetapi doa macam mana yang mempunyai kekuatan sebesar itu? Doa yang dipanjatkan dengan iman dengan bersandar pada kehendak Tuhan yang terjadi, bukan kehendak manusia.
Kedua, Doa yang Tanpa Henti, Menjiwai Hidup Tiap-Tiap Orang (Lukas 18:1-8)
Kaum mistik mengatakan bahwa dalam doa, kita mengarahkan hidup kepada Allah. Artinya kehendak Allah yang utama. Maka diharapkan supaya doa harus keluar dari hati yang ikhlas, budi yang jernih - doa bukan sekedar ucapan bibir, tetapi lebih dari itu ungkapan isi hati. Untuk memperjelas kekuatan doa yang tak henti-henti itu, Yesus memberikan perumpamaan tentang seorang hakim yang tidak takut pada Allah dan yang tidak menghormati seorang pun dan tentang seorang janda miskin.
Sedikit tentang “Hakim” dalam kisah ini. Sudah pasti hakim ini adalah seorang yang diangkat oleh Herodes (Penguasa). Mereka terkenal dengan kelicikan, kerakusan dan ketidakadilan, sehingga perkara-perkara yang tidak disertai uang (emas / perak), tidak akan mendapat perhatian serius. Maka hakim-hakim ini diberi gelar “Dayyaneh Gezeloth” yang berarti hakim-hakim pencuri. Jadi bayangkan betapa sangat terganggunya dia atas kehadiran seorang miskin dalam proses perkara. Sebaliknya, janda dalam kisah ini adalah simbol orang-orang yang menderita, yang tak punya, yang diperlakukan secara tidak adil. Dia sama sekali tidak punya sesuatu yang bisa diharapkan untuk memenangkan perkaranya. Tetapi Yesus menunjukkan kekuatan yang menjadi senjata janda ini, yakni ketekunannya.
Yesus tidak bermaksud menyamakan Allah dengan hakim yang tidak adil itu, tetapi bahwa jika hakim yang keras itu sudah bisa bertindak karena ketekunan orang tertindas, apalagi Allah. Disini Yesus memberi pengajaran amat penting bagi kita semua bahwa kita perlu berdoa tidak jemu-jemu karena hanya dengan bertekun, kita bertahan dalam perjuangan hidup.
Saudara-saudari umat paroki yang terkasih, doa adalah napas kehidupan umat beriman. Tanpa napas / roh, kita tak mungkin terus hidup. Maka semua usaha, pekerjaan, rencana dan perjuangan tanpa disertai doa, tidak memiliki jiwa yang kuat. Benar kalau orang mengatakan bahwa doa yang sungguh-sungguh akan membersihkan hati dan membuat kita peduli pada orang lain. Tuhan kita Allah Yang Mahabaik. Ia memberikan apa yang kita minta dan luar biasanya Ia bahkan tahu apa yang terbaik untuk kita pada waktunya. Masuklah dalam ruang hatimu dan katakan dengan penuh iman:
“Tuhan aku mengasihi-Mu; tinggallah bersamaku!”
|
||