Edisi YESAYA | Bunda Maria | Santa & Santo | Doa & Devosi | Serba-Serbi Iman Katolik | Artikel | Suara Gembala | Warta eRKa | Yang Menarik & Yang Lucu | Anda Bertanya, Kami Menjawab
Warta Paroki Gembala Yang Baik No. 35 Tahun V / 2003 - 31 Agustus 2003
SUARA GEMBALA
A Letter from God
Saat kau bangun di pagi hari, Aku memandangmu dan berharap engkau akan berbicara kepada-Ku, walau hanya sepatah kata, meminta pendapat-Ku atau bersyukur kepada-Ku atas suatu hal indah yang terjadi dalam hidupmu kemarin. Tetapi, Aku melihat engkau begitu sibuk mempersiapkan diri untuk bekerja. Aku kembali menanti. Saat engkau sedang bersiap, Aku tahu akan ada sedikit waktu bagimu untuk berhenti dan menyapa-Ku; tetapi engkau terlalu sibuk.
Di satu tempat engkau duduk di sebuah kursi selama lima belas menit tanpa melakukan apapun. Kemudian Aku melihat engkau menggerakkan kakimu. Aku pikir engkau ingin berbicara kepada-Ku; tetapi engkau berlari ke telpon dan menelpon seseorang teman untuk mendengarkan gosip atau cerita terbaru.
Aku melihatmu ketika engkau pergi bekerja dan Aku menanti dengan sabar sepanjang hari. Dengan kegiatanmu, Aku pikir engkau terlalu sibuk untuk mengucapkan sesuatu kepada-Ku. Sebelum makan siang Aku melihatmu memandang ke sekeliling; mungkin engkau merasa malu untuk berbicara kepada-Ku, itulah sebabnya kenapa engkau tidak mengawalinya dengan doa. Engkau memandang tiga atau empat meja sekitarmu dan melihat beberapa temanmu berbicara kepada-Ku dengan lembut sebelum mereka makan, tetapi engkau tidak melakukannya. Tidak apa-apa!
Masih ada waktu yang tersisa, dan Aku berharap engkau akan berbicara kepada-Ku, meskipun saat engkau pulang ke rumah kelihatannya seakan-akan banyak hal yang harus kau kerjakan.
Setelah beberapa hal selesai engkau kerjakan, engkau menyalakan televisi, aku tidak tahu apakah kau suka menonton televisi atau tidak, hanya saja engkau selalu ke sana dan menghabiskan banyak waktu setiap hari di depannya, tanpa memikirkan apa pun hanya menikmati acara yang ditampilkan. Kembali aku menanti dengan sabar saat engkau menonton TV dan menikmati makananmu tetapi kembali kau tidak berbicara kepada-Ku.
Saat tidur Ku-pikir kau merasa terlalu lelah setelah mengucapkan selamat malam kepada keluargamu, kau melompat ke tempat tidur dan tertidur tak lama kemudian. Tidak apa-apa, karena mungkin engkau tidak menyadari bahwa Aku selalu hadir untukmu. Aku telah bersabar lebih lama dari yang kau sadari. Aku bahkan ingin mengajarkanmu bagaimana bersabar terhadap orang lain. Aku sangat mengasihimu, setiap hari Aku menantikan sepatah kata, doa atau pikiran serta syukur dari hatimu.
Baiklah... engkau akan bangun kembali dan kembali Aku akan menanti dengan penuh kasih bahwa esok pagi kau akan memberiku sedikit waktu.
Semoga hari-harimu menyenangkan.
dari Tuhan yang selalu menjaga,
Surat imajinatif ini sengaja saya kutip untuk kita renungkan. Saya yakin penulis surat ini dengan penuh kedalaman hati ingin mengajak kita merenungkan secara lebih serius relasi kita dengan Allah Yang Empunya Hidup. Dia setia menantikan kita. Dalam Injil dilukiskan konflik Yesus dengan para Farisi dan ahli Taurat. Pokok koflik terletak pada pertanyaan: "Mengapa Yesus dan para murid-Nya tidak mentaati tradisi nenek-moyang?" Bagi orang Farisi: peraturan atau hukum adalah hakekat dari sebuah agama. Mentaatinya berarti menyenangkan hati Allah; melanggarnya berarti berdosa. Sedang bagi Yesus: hakekat agama adalah keputusan pribadi yang keluar dari hati. Maka pesan bagi kita: Sabda Yesus adalah pegangan dan penuntun dalam hidup kita. Semoga hari-hari kita juga kita isi dengan membaca, merenungkan lalu mengamalkan Sabda Tuhan itu dalam kehidupan nyata. Tuhan setia menantimu. Pada Dia tidak ada kata terlambat."
Rm. Gregorius Kaha, SVD
|
||