Edisi YESAYA | Bunda Maria | Santa & Santo | Doa & Devosi | Serba-Serbi Iman Katolik | Artikel | Suara Gembala | Warta eRKa | Yang Menarik & Yang Lucu | Anda Bertanya, Kami Menjawab
Warta Paroki Gembala Yang Baik No. 03 Tahun VI / 2004 - 18 Januari 2004
SUARA GEMBALA
“Kantong Baru untuk Anggur yang Baru”
Zaman kita terus maju dan berkembang. Dimana-mana ada pergeseran nilai dan paham yang pada gilirannya sangat mempengaruhi pola pikir dan tindakan tiap-tiap orang. Gereja sebagai institusi juga menyadari itu. Muncul kesadaran bahwa cara pikir umat dan bahasa umat zaman sekarang ini telah dipengaruhi oleh begitu banyak perubahan. Maka pewartaan gereja pun perlu memakai bahasa dan pola yang dipahami zaman ini. Atau kalau saya ingin merumuskan dengan bahasa Paus Yohanes Paulus II: “Gereja sebagai persekutuan umat perlu menjadi Kantong Baru agar pantas untuk Anggur yang baru dalam kehidupan zaman ini.”
Injil Minggu ini berbicara tentang “Anggur Kegembiraan” yang diadakan oleh Yesus; di kota Kana; pada pesta nikah. Mukjizat air menjadi anggur. Beberapa unsur mendasar perlu dicatat. Pertama: bukan dari sesuatu yang kosong, melainkan dari sesuatu yang sudah ada, yaitu air sehingga mukjizat itu terjadi. “Di situ ada 6 tempayan yang berisi air.” Kedua: selalu ada usaha dari pihak manusia. Atas anjuran Bunda Maria mereka mengisi tempayan itu sampai penuh. Kenapa hanya 6 tempayan? (=Lebih banyak khan lebih baik?). Menurut orang Yahudi angka 7 adalah angka yang lengkap dan sempurna, sedangkan angka 6 adalah angka yang belum lengkap dan belum sempurna. Enam tempayan kosong itu menunjukan ketidaksempurnaan hukum Yahudi dan Yesus datang untuk menyempurnakannya dengan memberi anggur yang baru; yang sedap, yang memuaskan dan yang berlimpah. Air di tempayan sesuai tradisi Yahudi disiapkan untuk pembasuhan kaki dan pencucian tangan, bukan untuk diminum; maka yang mau ditunjukkan adalah penyucian lahiriah perlu, tetapi jauh lebih penting penyucian hati. Artinya didalam Yesus apa yang tak sempurna menjadi sempurna, yang tak lengkap menjadi lengkap. Ketiga: Iman Maria. Sikap Maria menunjukan kepercayaannya yang begitu mendalam kepada Yesus. Hanya dengan iman semacam itu dan usaha seperti para pelayan, mukjizat di Kana itu terjadi. Kesimpulan kita jelas: mukjizat bisa terjadi kalau ada kerjasama antara manusia dan Allah; maksudnya unsur keaktifan atau usaha manusia juga sangat diperlukan dalam peristiwa mukjizat.
Seorang ekseget coba membantu kita memahami peristiwa “Anggur Kegembiraan” di kota Kana itu dengan menggarisbawahi beberapa hal yang perlu kita renungkan:
1. Saat peristiwa itu terjadi: peristiwa ini terjadi dalam sebuah pesta pernikahan. Di mana-mana pesta punya suasana gembira, senang, ceria dan penuh persaudaraan. Yesus tidak pernah menganggap kegembiraan, kesenangan dan keceriaan sebagai sebuah kejahatan. Yesus datang ke pesta perkawinan itu; Dia duduk makan dan minum di sana.
2. Tempat peristiwa itu terjadi : dalam sebuah rumah yang sederhana; rumah kecil di kota yang juga kecil dalam daerah Galilea. Mukjizat pertama tidak dibuat di lapangan luas, di hadiri ribuan orang; melainkan di sebuah rumah, tempat tinggal kita sehari-hari. Maka sangat jelas kelihatan apa pandangan dan sikap Yesus sendiri tentang rumah tangga alias keluarga. Keluarga adalah sebuah sarana berkat untuk setiap orang.
3. Mengapa peristiwa itu terjadi: di Timur Tengah pada zaman itu keramahan adalah ibadah untuk tuan pesta. Jadi alangkah memalukan jika pesta itu rusak hanya karena kekurangan anggur. Keluarga itu ada dalam kesulitan yang mengancam nama baik dan suasana hidup keluarga. Yesus melakukan ini karena Dia memahami kesulitan keluarga dan Dia mau menolong keluarga yang ada dalam bahaya tersebut.
Keluarga adalah sarana berkat untuk kita. Semua kita lahir dan hidup dalam keluarga, maka baiklah seperti Bunda Maria kita pun berani datang kepada Tuhan. Katakan: “Tuhan, Anggur Kegembiraan hidup kami mulai berkurang. Oleh karena kesulitan, oleh karena sikap ingat diri dan sombong, oleh karena ingin mengejar sebanyak mungkin harta dan kekayaan; kami lupa memberi tempat bagi-Mu dalam kehidupan kami.” Maka kalau atas kesadaran ini, kita tanpa kecuali mulai berusaha merubah cara hidup dan tindakan lama yang tak berkenan, pasti Tuhan menyempurnakan niat baik kita. Kantong harus baru supaya pantas untuk Anggur Kegembiraan; hidup perlu baru supaya layak untuk sarana kemuliaan bagi Tuhan.
Rm. Gregorius Kaha, SVD
|
||