St. Maria Ellen MacKillop
(St. Maria dari Salib)
“Karena kasih Tuhan senantiasa membimbingku, karena kasih Tuhan menegurku, karena kasih Tuhan memperkenankanku melihat kasih dalam segalanya.”
Alexander MacKillop, seorang remaja Skotlandia, dalam usia empatbelas tahun merantau ke Roma untuk mengenyam pendidikan calon imam. Ia seorang siswa yang cemerlang dan berbakat. Sayang, menjelang tahbisan ia memutuskan untuk meninggalkan studi dan bermigrasi ke Australia demi mencari suatu kehidupan baru di suatu negeri yang tengah berkembang makmur. Ia tiba di Sydney pada tahun 1838. Flora MacDonald meninggalkan Skotlandia bersama ibu dan saudara laki-lakinya dan tiba di Australia pada tahun 1840. Alexander dan Flora saling bertemu untuk pertama kalinya di Australia, dan dalam tiga bulan mereka memutuskan untuk menikah.
Setahun kemudian, pada tanggal 15 Januari 1842, lahirlah Maria Ellen MacKillop di rumah kecil mereka di Fitzroy, Melbourne, sebagai yang sulung dari delapan bersaudara. Adik-adiknya adalah Margaret (1843), John (1845), Annie (1848), Lexie (1850), Donald (1853), Alick yang meninggal semasa bayi, dan Peter (1857). Di kemudian hari, Donald ditahbiskan sebagai seorang imam Yesuit; Maria dan Lexie menjadi biarawati.
Anak-anak MacKillop mengalami masa kanak-kanak yang tak menentu. Kehidupan keluarga tak dapat tenang dan sejahtera sebab begitu banyak kegagalan dalam usaha sang ayah. Rasa khawatir yang senantiasa menyertai keluarga dalam masa-masa sulit ini dijawab oleh keyakinan Flora bahwa “Allah akan menyediakan.” Semboyan ini kemudian menjadi andalan Maria di sepanjang hidupnya.
Kekurangan Alexander dalam menopang hidup keluarga, diimbangi dengan kecakapannya dalam mendidik anak-anaknya. Meski tak beroleh kesempatan mengenyam pendidikan formal, anak-anak MacKillop adalah anak-anak yang terpelajar, baik dalam pendidikan iman maupun pendidikan sekolah. Sesungguhnya, warisan terbesar yang ditinggalkan Alexander bagi anak-anaknya adalah pendidikan yang ia berikan kepada mereka.
Keluarga MacKillop bertahan hidup dari upah yang dapat dibawa pulang anak-anak. Sebagai yang sulung, tanggung jawab yang semakin berat dibebankan ke atas pundak Maria. Dalam usia empatbelas tahun, Maria bekerja sebagai pelayan toko. Sering absennya kehadiran ayah untuk jangka waktu yang lama di rumah dan ketakmampuannya menopang hidup keluarga, segera menjadikan Maria sebagai tulang punggung utama keluarga besar MacKillop.
Pada tahun 1860, ketika usianya delapanbelas tahun, Maria pindah ke Penola, Australia Selatan, untuk bekerja pada pamannya, keluarga Cameron, mengasuh dan mendidik anak-anak Cameron. Tetapi, Maria tak hanya mengajar anak-anak keluarga Cameron, ia merasakan panggilan untuk mengajar anak-anak lain yang hidup dalam kemiskinan. Jadi, ia mengundang mereka juga untuk ikut belajar. Maria mengajar Katekismus dan bahan apa saja yang dapat diajarkannya kepada mereka. Aktivitasnya ini segera membuatnya berhubungan dengan Pastor Julian Tenison Woods (ditahbiskan 1857), imam paroki setempat.
Dalam diri P Woods, Maria mendapatkan seorang pembimbing rohani; dengan senang hati ia mengungkapkan kerinduan dan angan-angannya untuk melayani kaum miskin, terutama dalam pendidikan anak-anak. P Woods juga berkeinginan untuk dapat memberikan pelayanan rohani dan pendidikan yang lebih baik kepada kaum miskin. ia tahu benar akan semakin bertambah banyaknya anak-anak dan prihatin akan kurangnya sarana pendidikan Katolik.
Maria mengajar selama dua tahun di Penola sebelum menerima pekerjaan mengajar anak-anak Cameron di Portland. Pada tahun 1864, Maria sudah berhasil membuka sekolah asramanya sendiri, “Bay View House Seminary for Young Ladies”, yang sekarang dikenal sebagai Bayview College. Ketika Maria masih mengajar di Portland, P Woods mengundang Maria dan saudara-saudaranya: Annie dan Lexie, datang ke Penola untuk memulai sebuah sekolah Katolik. Dengan bantuan saudaranya, John, sebuah kandang yang tak lagi digunakan, diubah untuk keperluan itu. John adalah seorang tukang kayu; sekarang dengan penghasilannya ia sudah dapat diandalkan untuk menopang hidup keluarga MacKillop. Dengan demikian, untuk pertama kali, di usianya yang keduapuluh empat tahun, Maria bebas menentukan jalan hidupnya sendiri.
“Salib adalah bagianku - salib adalah juga tempat peristirahatan yang manis dan penopangku.”
Telah lama Maria memendam kerinduan untuk mempersembahkan serta membaktikan seluruh hidupnya hanya bagi Tuhan. Pada Hari Raya St Yosef, 19 Maret 1866, Maria mulai mengenakan baju hitam sederhana sebagai realisasi awal tekadnya. Sementara itu, P Woods ditunjuk sebagai Sekretaris Uskup Adelaide yang baru ditahbiskan, Uskup Sheil, sekaligus sebagai Direktur Pendidikan untuk Australia Selatan.
Pada tanggal 21 November 1866, Maria dan Lexie menanggalkan busana sekulir dan mengenakan baju postulan. P Woods menyusun regula untuk mengatur hidup para anggota ordo religius baru yang didirikannya bersama Maria, atas sepersetujuan Uskup Sheil, dengan tujuan membaktikan diri pada pendidikan anak-anak miskin. Inti regula adalah: 1) menekankan kemiskinan; 2) mengandalkan penyelenggaraan ilahi; 3) lepas dari kepemilikan barang pribadi; 4) siap sedia pergi kemanapun mereka dibutuhkan. Pada tanggal 15 Agustus 1867, Maria MacKillop secara resmi mengucapkan kaulnya dan mengambil nama Maria dari Salib. Ia menjadi biarawati pertama sekaligus Moeder Superior dari Suster-suster St Yosef dari Hati Kudus, ordo religius pertama yang didirikan oleh orang Australia; dan Maria adalah biarawati Australia pertama yang pergi keluar untuk melayani dunia pendidikan dan kaum miskin. Akhir tahun itu, sepuluh gadis lain menggabungkan diri dalam ordo. Biara mereka terletak di Grote Street, Adelaide.
Sekarang, dengan berbekal ijazah resmi mengajar, Maria dan kedua saudarinya, dibantu para perempuan lain mengelola sekolah di Penola yang terbuka bagi siapa saja tanpa membedakan antara mereka yang mampu dan mereka yang tidak mampu membayar. Sekolah Maria menawarkan kepada para murid kesempatan untuk belajar ketrampilan-ketrampilan dasar kerja dan iman Katolik di samping pendidikan sekolah, dengan harapan kelak murid-murid dapat meningkatkan taraf hidup mereka. Suster-suster St Yosef melayani juga anak-anak yatim piatu, anak-anak terlantar, kaum lanjut usia, mereka yang dipenjara, mereka yang sakit tanpa harapan hidup, panti asuhan dan panti jompo.
Uskup James Quinn dari Queensland mengundang Suster-suster St Yosef untuk berkarya di keuskupannya juga. Maka, pada tahun 1869, Maria dan sekelompok suster meninggalkan Adelaide dan berangkat ke Brisbane. Kongregasi berkembang pesat, pada tahun 1871, 130 suster berkarya di lebih dari 40 sekolah dan lembaga-lembaga amal kasih di seluruh Australia Selatan dan Queensland.
“Kongregasi mengalami suatu pencobaan yang dahsyat, tetapi dengan kerendahan hati, cinta kasih dan kebenaran dari pihak para anggota, semua pada akhirnya akan baik-baik-saja.”
April 1871, Maria tiba kembali di Adelaide disambut oleh sekelompok suster yang merasa patah hati dan tak didukung dalam karya mereka. Sebagian biarawati dan beberapa imam yakin bahwa P Woods tak cakap dalam membimbing para biarawati. Di samping itu, para imam mengalami konflik dengan P Woods mengenai masalah pendidikan dan menganggap P Woods tak mampu mengelola sekolah dalam Keuskupan Adelaide. Para imam yang tak puas ini mengadu kepada Uskup Sheil. Mereka juga menganggap cara hidup para suster sebagai kurang pantas bagi kaum religius. Pada umumnya, para suster berdua atau bertiga, pergi bersama para petani, buruh kereta api dan penambang ke wilayah-wilayah terpencil dan hidup sebagaimana kaum miskin hidup; mereka turut mengalami suka duka hidup kaum miskin sementara mengajar anak-anak. Yang lain kurang senang melihat para suster mengemis di jalan-jalan demi menopang hidup mereka.
Uskup memerintahkan suatu komisi untuk menyelidiki kehidupan para suster. Sebagai hasil, komisi merekomendasikan untuk mengubah regula dengan memasukkan awam ke dalam kelompok para suster dan menempatkan masing-masing biara di bawah wewenang imam setempat. Ini bertentangan dengan apa yang diperjuangkan Maria selama ini. Maria berupaya menjelaskan gagasannya kepada Uskup, namun berakhir dengan ekskomunikasi dirinya pada bulan September 1871. Uskup beranggapan “ia telah mendorong para suster untuk tidak taat dan membangkang.” Selama 19 minggu masa ekskomunikasi ini, P Hinteroecker, SJ dan P Tappeiner, SJ secara diam-diam memberinya topangan dan dukungan. Lima bulan kemudian, menjelang ajal, Uskup mencabut ekskomunikasi.
Setelah segala peristiwa sulit ini, kongregasi memutuskan bahwa Maria akan berupaya mendapatkan persetujuan resmi atas regula. Maria berangkat ke Roma pada bulan Maret 1873. Pada masa ini, ia tak hanya bekerja untuk menetapkan dasar-dasar yang kokoh bagi kongregasi, melainkan juga harus terus menghadapi pertentangan dari dua Uskup Quinn bersaudara yang menginginkan kongregasi ada di bawah kuasa keuskupan. Mgr Kirby, Rektor Universitas Irlandia di Roma, menjadi pendukungnya yang utama. Maria juga bertemu dengan Paus Pius IX yang mengenalinya sebagai dia yang diekskomunikasi dan menyemangatinya dalam karyanya.
“Berusaha untuk tidur. Begitu letih dengan segala perjuangan ini dan merasa sama sekali seorang diri. Tak dapat berdoa ataupun mendaraskan rosario seperti biasanya, hanya mempersembahkan pencobaan-pencobaan hatiku yang letih kepada Tuhan-ku dengan harapan Ia akan melakukan kehendak-Nya dan berbuat atasku sekehendak hati-Nya.”
Bulan Desember 1874 Maria tiba kembali di Australia bersama 15 postulan Irlandia dan surat dari Roma yang menyatakan persetujuan atas struktur pemerintahan terpusat bagi kongregasi dengan dipimpin oleh Superior Jenderal dan Dewan. Otoritas Roma mengadakan perubahan-perubahan mengenai cara hidup para suster dalam kemiskinan. Dalam Kapitel Jenderal yang diadakan pada bulan Maret 1875, Maria dengan suara bulat dipilih sebagai Superior Jenderal.
Uskup James Quinn dengan tegas mengatakan bahwa ia tak menghendaki suster-suster yang ada dalam keuskupannya, ada di bawah pemerintahan pusat, melainkan harus ada di bawah keuskupan. Sebagai akibat, semua suster St Yosef harus angkat kaki dari Queensland. Uskup Mattew Quinn dari Bathrust juga menghendaki hal yang sama. Suster-suster juga harus angkat kaki dari Bathrust. Di saat-saat terakhir, Uskup berhasil membujuk Sr Hyacinth untuk tinggal, dan dari pecahan ini terbentuklah kelompok diosesan pertama Suster-suster St Yosef. Uskup Reynolds dari Adelaide di mana biara pusat berada, melayangkan surat pengusiran Maria dari keuskupannya (Australia Selatan).
Maria meninggalkan Adelaide menuju Sydney, di mana ia disambut baik oleh Uskup Agung Vaughan. Maria melanjutkan karyanya bagi Suster-suster St Yosef di Sydney dan berupaya semaksimal mungkin memberikan dukungan kepada suster-susternya di Australia Selatan. Pada tahun 1883, Uskup Agung Vaughan wafat dan digantikan Uskup Agung Moran.
Pada tahun 1885, Pleno Dewan Uskup menyampaikan rekomendasi ke Roma agar Suster-suster St Yosef hendaknya tunduk di bawah uskup setempat di mana mereka berkarya. Sebaliknya, Suster-suster St Yosef mengajukan petisi ke Roma memohon kelangsungan pemerintahan terpusat bagi kongregasi. Pada tahun 1887, Propaganda Suci memerintahkan dihapuskannya Dekrit Dewan Uskup itu. Pada tanggal 14 Juli 1888 Paus Leo XIII memaklumkan Suster-suster St Yosef dari Hati Kudus sebagai suatu kongregasi kanonik dengan kantor pusat di Sydney. Sebagai upaya menenangkan para uskup, Tahta Suci menunjuk Moeder Bernard sebagai Superior Jenderal dengan masa jabatan selama sepuluh tahun. Moeder Maria menerima keputusan ini dengan besar hati.
Pada tanggal 7 Oktober 1889, P Woods wafat. Kerenggangan hubungan P Woods dan Maria tak pernah sungguh dapat diperbaiki. P Woods merasa bahwa Maria telah mengkhianati gagasannya akan kemiskinan dengan membiarkan Roma mengubah regula sehubungan dengan kepemilikian barang. Di bulan-bulan terakhir hidup sang imam, Maria mengunjunginya meski P Woods secara tegas menyatakan tak hendak memperbaharui hubungannya dengan kongregasi.
“Kita mengalami begitu banyak penderitaan dan sampai sekarang masih menanggung dampak-dampaknya, meski demikian penderitaan ataupun pencobaan yang disambut dengan pasrah dalam kasih tidak menghalangi kita bahagia - melainkan memurnikan kebahagiaan kita, dan dengan demikian mendekatkan hati kita pada Tuhan.”
Pada tahun 1899, Moeder Bernard wafat; Maria dipilih kembali secara bulat sebagai Moeder Superior Jenderal. Kesehatannya mengalami kemunduran dan pada tahun 1901 ia terserang stroke yang membuat tubuhnya sebelah kanan lumpuh. Sejak itu ia harus mengandalkan kursi roda untuk bergerak. Meski demikian, pikiran dan perkataannya senantiasa terang dan jelas seperti sedia kala. Kendati cacat fisiknya itu, para suster memilihnya kembali sebagai Superior Jenderal pada tahun 1905; posisi yang diembannya hingga akhir hayat.
“Apapun persoalan yang mungkin kalian hadapi, terimalah dengan sukahati, ingatlah siapa yang kalian upayakan teladani. Janganlah takut. Kasihilah seorang akan yang lain, tolonglah satu sama lain, dan biarlah cinta kasih membimbingmu di sepanjang jalan hidupmu.”
Pada tanggal 8 Agustus 1909, Maria MacKillop meninggalkan dunia dengan segala problematikanya untuk menerima ganjaran abadi. Pada saat wafatnya, ia meninggalkan 750 biarawati, 106 biara, 12 lembaga yang menaungi lebih dari 1000 orang yang miskin dan membutuhkan, serta 117 sekolah.
Pada tanggal 27 Januari 1914, jenazah Maria MacKillop digali kembali untuk disemayamkan di Memorial Chapel, Sydney. Pada tanggal 19 Januari 1995 Maria dari Salib dibeatifikasi oleh Paus Yohanes. Pada tanggal 17 Juli 2008, Paus Benediktus XVI mengunjungi dan berdoa di makam Beata Maria dari Salib ketika beliau datang ke Sydney untuk merayakan World Youth Day 2008. Pada tanggal 19 Februari 2010, Tahta Suci memaklumkan kanonisasi St Maria dari Salib yang digelar secara resmi pada tanggal 17 Oktober 2010; menjadikannya sebagai orang kudus Australia yang pertama.
“Di hamparan luas benua Australia, Beata Maria MacKillop tak gentar akan luasnya padang, luasnya wilayah-wilayah terpencil dan terasing, pula akan “padang-padang” rohani yang menggentarkan begitu banyak sesama warga masyarakatnya. Melainkan, ia dengan gagah berani mempersiapkan jalan bagi Tuhan dalam situasi-situasi yang paling sarat pencobaan. Dengan kelembutan, keberanian dan cinta kasihnya, ia adalah bentara Kabar Baik di antara “para pejuang” yang terasing dan para penghuni daerah kumuh. Moeder Maria dari Salib tahu bahwa di balik kebodohan, kemalangan dan penderitaan yang ia temui di sana, ada orang-orang, laki-laki dan perempuan, tua dan muda, yang merindukan Allah dan kebenaran-Nya. Ia tahu, sebab ia sendiri adalah anak sejati dari masanya dan tempatnya: puteri kaum imigran yang harus berjuang sepanjang waktu untuk membangun suatu kehidupan bagi diri mereka sendiri dalam lingkungan mereka yang baru. Kisah hidupnya mengingatkan kita akan perlunya menyambut sesama, menjangkau mereka yang kesepian, yang menderita, yang malang. Berjuang demi Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya berarti berupaya untuk melihat Kristus dalam diri orang-orang asing, menjumpai-Nya dalam diri mereka dan membantu mereka untuk menemukan-Nya dalam diri masing-masing kita!”
~ Paus Yohanes Paulus II, 19 Januari 1995
Sumber: 1.“Mary MacKillop”; www.marymackillop.org.au; 2.“Mary MacKillop”; Wikipedia; en.wikipedia.org; 3. “Eucharistic Concelebration for the Beatification of Mother Mary Mackillop”; www.vatican.va; 4. berbagai sumber
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “disarikan dan diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net”
|