YESAYA    
Edisi YESAYA   |   Bunda Maria   |   Santa & Santo   |   Doa & Devosi   |   Serba-Serbi Iman Katolik   |   Artikel   |   Suara Gembala   |   Warta eRKa   |   Yang Menarik & Yang Lucu   |   Anda Bertanya, Kami Menjawab
Warta Paroki Gembala Yang Baik No. 16 Tahun IX / 2007 - 22 April 2007
SUARA GEMBALA

PASKAH : “Perjalanan Lintas Batas”
Rm. Gregorius Kaha, SVD

Kita sedang merayakan Paskah, pesta kebangkitan Yesus Kristus dari alam maut. Paskah adalah sebuah perjalanan lintas batas. Dalam Paskah Yahudi, Allah membimbing dan mendampingi bangsa Israel melintasi batas: antara tanah jajahan / Mesir menuju tanah terjanji; antara perbudakan menuju kemerdekaan; antara perasaan tertindas menuju perasaan bebas. Dalam Perjanjian Baru, para murid memperoleh semangat atau kekuatan baru untuk mewartakan Yesus yang bangkit. Mereka yang dulunya takut, cemas dan ragu sekarang justru tampil di muka umum dan dengan berani memberi kesaksian. Pada zaman sekarang, kita yang percaya juga merayakan kebangkitan Yesus. Gereja mengajak kita untuk meninggalkan cara hidup yang lama menuju cara hidup yang baru, yang bersumber dari cara dan pola hidup Yesus Kristus. Untuk hidup secara baru, orang perlu mengalami proses pembaharuan diri yang terus menerus sehingga terciptalah pribadi yang baru; atau dalam bahasa Yohanes Penginjil “kaynos” artinya baru dalam cara dan unggul dalam kualitas.


Apa yang terjadi di danau itu?

Ada hal menarik di sekitar kebangkitan, yakni sesudah bangkit Yesus terus-menerus menampakkan diri kepada para murid. Ada dua tujuan yang kita bisa catat: Pertama, supaya meneguhkan dan menguatkan iman para murid, dan Kedua, supaya menyiapkan mereka untuk diutus menjadi saksi; “Kami adalah saksi dari segala sesuatu; kami dan Roh Kudus.” Kisah di pantai Danau Tiberias menggambarkan nilai plus dari peristiwa penampakan itu, yakni adanya “makan bersama”. Ditilik dari jenis makanan dan suasananya ini sebenarnya adalah perjamuan makan biasa dan sangat sederhana. Yang ada hanyalah roti yang merupakan makanan buat orang kebanyakan di daerah itu dan ikan yang adalah makanan khas bagi orang pantai atau danau.

Perjamuan yang kemudian diwariskan untuk kita itu, memang sangat biasa, sederhana dan terbuka. Seorang kudus mengatakan bahwa “Ia memang meninggalkan DiriNya dalam bentuk roti. Seandainya Ia meninggalkan DiriNya dalam bentuk makanan langka dan mahal, maka orang-orang miskin tidak akan sanggup mencapai dan memiliki-Nya.” Jadi jelas perjamuan yang Yesus adakan merupakan undangan bagi semua tanpa membeda-bedakan.

Maka pesan pertama jelas bahwa perjamuan Tuhan sesudah kebangkitan menunjuk pada keterbukaan dan kedekatan Tuhan kepada semua orang. Di danau itu para murid menemukan kembali kekuatan dari sebuah persekutuan.


“Engkau tahu, aku mengasihi-Mu!”

Pertanyaan Yesus kepada Petrus ketika ia diangkat menjadi gembala sangat relevan:
“Apakah engkau mengasihi Aku?” Pertanyaan ini mengungkapkan sisi utama dari kehidupan seorang gembala adalah “mengasihi”. Yesus tidak bertanya apakah  kemampuannya sudah cukup, apakah pengetahuannya sudah banyak, apa yang dia sudah / pernah lakukan, tetapi Yesus bertanya apakah dia mengasihi. Yesus menuntut cinta Petrus untuk DiriNya, dan dengan cinta Tuhan itu, Petrus mengasihi jemaat yang adalah milik Tuhan sendiri.

Petrus dan semua yang diberi kepercayaan dalam konteks pelayanan jemaat, perlu berjalan melewati batas: untuk tidak tergoda dilayani tetapi melayani, untuk tidak terjebak pada kepentingan diri tetapi kepentingan banyak orang. Inilah pesan kedua yang perlu digaris-bawahi, syarat utama pemimpin / gembala / pelayan adalah mengasihi Tuhan dengan utuh dan mengasihi sesama seperti diri sendiri.

Tuhan Yesus dalam perjamuan menyerahkan diri bagi kita; Ia menawarkan keselamatan bagi semua orang. Apakah yang bisa kita berikan untuk kebaikan yang sedemikian hebat itu? Tidak banyak, juga tidak berat, yakni ucapan syukur dan terima kasih. Manusia tidak bisa membayar Tuhan dengan apapun, manusia tidak bisa membeli Tuhan dengan apa saja, yang diminta dari kita adalah MENERIMA Dia dengan penuh iman dan SIAP MENJADI saksi tentang Dia, agar oleh kehidupan kita, dunia akhirnya mengakui bahwa DIA adalah Tuhan.