Edisi YESAYA | Bunda Maria | Santa & Santo | Doa & Devosi | Serba-Serbi Iman Katolik | Artikel | Suara Gembala | Warta eRKa | Yang Menarik & Yang Lucu | Anda Bertanya, Kami Menjawab
Warta Paroki Gembala Yang Baik No. 45 Tahun VIII / 2006 - 5 November 2006
SUARA GEMBALA
“Karena Kasih-Nya….”
Rm. Gregorius Kaha, SVD
Suatu hari, seorang lelaki tua mengamati seorang anak sedang membawa sangkar yang berisi banyak burung. Dia bertanya, “Dari mana kamu mendapatkan burung-burung itu?” Jawab si anak, “Saya menangkapnya sendiri.” Lelaki itu bertanya, “Lalu, apa yang akan kamu lakukan dengan mereka?” “Saya akan bermain-main dengan mereka,” jawab si anak. “Sesudah itu, apa yang hendak kamu lakukan?” tanya si orang tua lagi. “Mungkin, saya akan memberikannya kepada kucing-kucing untuk dimakan,” jawab si anak dengan santai.
“Berapa besar harga yang kamu mau untuk burung-burung itu?” “Oh, pasti tak ada yang menginginkannya. Mereka ini jenis burung biasa yang dapat dengan mudah didapatkan di padang.” Dialog berlanjut. “Kamu mau lepas dengan harga berapa?” desak lelaki itu. Akhirnya, anak itu menyerah dan menjual burung-burung dalam sangkar kepada lelaki tadi.
Sesudah sangkar berisi burung ada di tangannya, lelaki tua itu berjalan ke tempat yang sunyi. Ketika ia telah memastikan bahwa tak ada seorang pun melihat, dia membuka sangkar dan melepas-bebaskan burung-burung di dalamnya.
Suatu hari, Tuhan berpapasan dengan iblis yang sedang meninggalkan Taman Firdaus dengan sangkar besar penuh berisi manusia. Tuhan bertanya, “Dari mana kamu mendapatkan orang-orang ini?” Jawab iblis, “Saya menangkap mereka di pinggir taman.” “Lalu, apa yang hendak kamu lakukan terhadap mereka?” tanya Tuhan. “Saya akan bermain-main dengan mereka,” jawab iblis. “Sesudah itu, apa yang hendak kamu lakukan?” Tuhan kembali bertanya. “Saya akan membunuh mereka,” jawab si iblis dengan santai.
“Berapa besar harga yang kamu kehendaki untuk mereka?” Dialog berlanjut. Setelah berpikir sejenak, iblis berkata, “Airmata dan darah sengsara.” Sangkar itu akhirnya berpindah ke tangan Tuhan. Tiga hari sesudah airmata dan darah sengsara-Nya tercurah, tepatnya dalam kesunyian misteri makam, ketika tak seorang pun melihat, Tuhan melepas-bebaskan manusia.
Kisah di atas hendak menggambarkan kasih Tuhan yang sedemikian besar kepada manusia, milik kepunyaan-Nya. Dan kasih itulah yang menjadi amanat perutusan bagi setiap pengikut-Nya. Yesus menyebut amanat kasih itu sebagai Perintah Baru, artinya perintah kasih kepada Tuhan (vertikal) dan kepada sesama (horisontal) yang sudah ada dalam literatur dan tradisi hukum Yahudi, tetapi oleh Yesus diperbaharui serta diberi nafas baru. Di mana letak kebaruan dari perintah kasih yang diajarkan Yesus itu?
Pertama, KASIH MENJADI SENTRAL
Yesus meletakkan perintah kasih itu sebagai sentral dari seluruh ajaran dan hukum. Artinya, menjadi pedoman seluruh sikap dan perilaku hidup pengikut-pengikut-Nya. Kasih harus menjadi nafas / nadi dan identitas hidup setiap kita.
Kedua, ARTI SESAMA
Yesus memberi arti baru pada pengertian tentang sesama. Umat Perjanjian Lama cenderung melihat sesama sebatas relasi intern (saudara, suku, agama, kelompok dll). Cara pandang demikian membawa mereka kepada pemahaman sempit tentang sesama. Orang lain di luar mereka dianggap musuh yang harus dihukum oleh Tuhan. Dalam Perjanjian Baru, Yesus menegaskan bahwa setiap orang adalah sesama bagimu dan engkau adalah sesama bagi setiap orang. Kita semua bersaudara.
Ketiga, ALASAN MENGASIHI
Yesus memberi alasan baru dalam megnasihi. Apabila kita mengasihi, bukan karena kita lebih hebat, lebih saleh atau lebih kudus, tetapi semata-mata karena Tuhan sudah terlebih dahulu mengasihi kita. Setiap kita yang percaya kepada Yesus wajib hidup dalam semangat dan ajaran Yesus Kristus.
Pertanyaan untuk kita renungkan:
“Sejauh mana saya mengasihi Tuhan dan sesama dalam perjalanan hidup saya? Apakah bukti yang bisa saya tunjukkan bahwa saya mengasihi Tuhan dan sesama?” Kadang kita ragu menunjukkan bukti, karena kita jauh dari praktek. Maka sekarang, bangkitlah, bebaskanlah dirimu dari belenggu dengan melakukan sesuatu yang konkrit atas nama Kasih kepada Tuhan dan Cinta kepada sesama <Teori gampang; praktek kembali kepada masing-masing kita>. Tuhan memberkati!
|
||