YESAYA    
Edisi YESAYA   |   Bunda Maria   |   Santa & Santo   |   Doa & Devosi   |   Serba-Serbi Iman Katolik   |   Artikel   |   Suara Gembala   |   Warta eRKa   |   Yang Menarik & Yang Lucu   |   Anda Bertanya, Kami Menjawab
Warta Paroki Gembala Yang Baik No. 42 Tahun VIII / 2006 - 15 Oktober 2006
SUARA GEMBALA

Orang Mau Masuk Surga
Tetapi Tidak Mau Melalui Jalan Sempit?
Rm. Gregorius Kaha, SVD


Santa Theresia dari Avila, adalah salah satu dari orang-orang kudus yang memiliki prinsip iman yang sangat kokoh. Dalam catatan hariannya ia menulis:
Seseorang yang memiliki Tuhan, tidak kekurangan apapun; Tuhan saja sudah cukup!
<Dan prinsip ini sungguh dia hayati dalam keseharian hidupnya>.

Bagi dunia atau manusia modern, prinsip ini pasti aneh. Apalagi hidup dalam zaman dimana uang sudah menjadi dewa <tanpa uang, tidak bisa apa-apa>, hidup dalam zaman di mana harta kekayaan sudah menjadi kiblat hidup <yang penting saya dapat sebanyak-banyaknya tidak peduli yang lain>, hidup dalam dunia di mana status dan nama besar merupakan kehausan umum <kalau mau dihormati dan dihargai harus rebut status dan nama besar>. Jelas bahwa kehidupan orang modern cenderung berorientasi pada uang, harta kekayaan dan kuasa, sehingga kalau ada yang katakan orang harus hidup hanya dengan Tuhan, dari kacamata duniawi ini sebuah ironi. Lalu kita mau pandang dari sisi apa?

Mengamati Kisah:

Penginjil Markus mengisahkan, datanglah seorang yang berlari-lari mendapatkan Yesus (Injil Lukas menyebut yang datang seorang pemimpin; sedangkan Injil Matius menyebutnya orang muda yang kaya). Orang ini bertanya tentang bagaimana memperoleh hidup yang kekal? Saudara-saudari gaya cerita Markus ini menunjukkan disposisi batin orang yang datang ini sungguh-sungguh dan dia mau datang kepada Yesus bertanya tentang sesuatu yang sangat penting maka dia berlari dan langsung bertanya. Menurut Injil, orang yang datang ini adalah orang yang baik atau yang saleh. Amati kata-katanya sendiri: Guru, semuanya itu sudah saya turuti, sejak masa mudaku. lni adalah jawaban yang bukan hanya berani dan tegas / penuh keyakinan, tetapi tersirat juga di sana kerinduan supaya hidupnya menjadi lebih baik lagi.

Menurut Yesus, orang ini baik tetapi masih ada yang kurang. Pergilah, juallah apa yang kau miliki dan berikan itu kepada orang-orang miskin, kemudian datang dan ikutilah Aku. Orang itu pergi dengan hati sedih karena banyak hartanya. Unsur utama yang mau ditekankan Yesus kepada orang tadi: Pertama, siapa saja boleh datang dan mengikuti Yesus tetapi keterikatannya terhadap hal-hal duniawi membuat orang tidak bebas mengikuti Yesus. Keterikatan itu bagaikan tembok, yang menghalangi orang mengikuti Yesus secara sungguh-sungguh. Kedua, tidak cukup hanya ikut aturan / hukum, sembahyang atau pujian, tetapi mesti juga ada tindakan nyata. Keseimbangan antara kata dan perbuatan, antara yang ideal dan kenyataan, itulah yang dinamakan menjalankan hidup secara bijaksana.

Menggali Pesan:

Kehidupan modern menawarkan sekian banyak jalan. Sebagai orang beriman Sabda Tuhanmenjadi fondasi membangun hidup yang bijaksana, maka kisah orang yang datang pada Yesus mencari kehidupan yang kekal ini bisa menjadi cermin buat langkah-laku kita:

1. Kita mesti bersyukur atas kehidupan kita. Kata bijak dari Lao-Tzu perlu dicermati: hidup punya dua sisi: manis dan pahit. Bila kepahitan datang hadapilah dengan tabah, dan bila kemanisan datang jangan terbius karenanya. Memang rasa tidak puas, kecewa dan putus asa terus menghantui kehidupan orang. Kadang seperti orang kaya tadi kita rasa sudah hidup baik; berusaha ikut ajaran Tuhan, sudah rajin berdoa / ke gereja; sudah tolong orang lain; tetapi kehidupan kita tidak diberkati. Lalu yang ada keluhan, umpatan dan hidup menjadi beban, tidak ada lagi rasa syukur, akibatnya Tuhan menjadi begitu jauh bagi kita.

2. Kelekatan pada harta kekayaan menghalangi orang untuk menyerahkan diri secara total kepada Allah. Harta, bakat, kemampuan bisa membuat orang sombong dan tidak membutuhkan orang lain termasuk Tuhan.

3. Kehidupan ini punya awal dan akhir; perlu ada sikap bijaksana dalam menjalankan kehidupan. Kadang sadar atau tidak, tingkah laku kita yang tidak berkenan itulah yang membentengi kita datang kepada Tuhan.

Harta kekayaan adalah kerinduan dan perjuangan manusia di dunia. Manusia hidup kalau ada uang, ada makanan, ada rumah dll, kalau tidak manusia akan sengsara. NAMUN sekalipun semua itu penting untuk hidup manusia, sebagai orang beriman kita tidak boleh lupa bahwa harta kekayaan dan uang itu tak pernah cukup dalam kehidupan manusia, apalagi harus menjadi jaminan keselamatan kekal. Kehidupan kekal setiap orang rindukan, tetapi bukan dengan uang, emas atau perak, tetapi dengan iman yang sungguh-sungguh dan perbuatan kasih yang tulus pada sesama. Banyak orang ingin masuk surga tetapi tidak mau melalui jalan yang sempit”. Inilah sebuah kekeliruan dalam ziarah hidup manusia.