Edisi YESAYA | Bunda Maria | Santa & Santo | Doa & Devosi | Serba-Serbi Iman Katolik | Artikel | Suara Gembala | Warta eRKa | Yang Menarik & Yang Lucu | Anda Bertanya, Kami Menjawab
Warta Paroki Gembala Yang Baik No. 35 Tahun VIII / 2006 - 27 Agustus 2006
SUARA GEMBALA
“Tuhan, Kepada Siapakah Kami Akan Pergi?”
Rm. Gregorius Kaha, SVD
Kata-kata ini diucapkan Petrus mewakili murid-murid yang ditantang oleh Yesus untuk menentukan sikap yang tepat terhadap Diri-Nya. Latar belakang kisah kurang lebih seperti ini: ketika Yesus mengakhiri pengajaran-Nya tentang Roti Kehidupan, “Akulah Roti Hidup yang turun dari surga, barangsiapa makan tubuh-Ku tidak akan lapar lagi dan barangsiapa minum darah-Ku, dia tidak akan haus lagi” terjadi goncangan besar dalam diri orang-orang yang mengikuti Dia. Injil memberi kesaksian bahwa pertama, banyak orang meninggalkan Dia. Alasannya jelas, yakni kata-kata Yesus tadi terlalu keras, pengajaran itu tidak masuk akal dan tidak bisa diterima logika. Yang kedua, ternyata masih ada orang yang berdiri di hadapan Yesus. Artinya masih ada yang setia.
Reaksi Yesus sendiri sangat mengejutkan. Dia memandang kepada para murid-Nya - orang-orang yang masih setia itu - dan bertanya, “Apakah kamu juga mau pergi?” Apakah karena kata-kata saya yang keras; karena pengajaran saya yang tidak masuk akal itu membuat kamu juga mau pergi? Kalau ya, silakan.
Ada kurang lebih tiga unsur dominan, yang hemat saya perlu digarisbawahi dan direnungkan dalam kehidupan kita sebagai pengikut-pengikut Kristus.
1. Yesus Butuh Kualitas Bukan Kuantitas
Tantangan Yesus kepada para murid mengarahkan perhatian kita pada kenyataan bahwa yang Yesus kehendaki adalah komitmen tegas dari setiap orang yang mengikuti Dia. Komitmen iman yang sungguh-sungguh membuat seorang setia dan tidak mudah goyah karena pengaruh. Jumlah memang perlu, tetapi jauh lebih penting dari itu adalah kualitas hidup orang percaya. Maka jangan lupa tata kehidupanmu, pelihara dan terus tumbuhkan keyakinanmu agar hidup imanmu semakin bermutu, tahan uji dan tahan bantingan.
2. Dalam Situasi Bimbang, Jangan Terlalu Cepat Ambil Keputusan
Orang banyak mengalami krisis dan mereka memutuskan untuk meninggalkan Yesus. Petrus dan para murid yang lain juga mengalami pergumulan, mereka tetap tinggal dan berdiri di hadapan Yesus. Saudara-saudari, krisis iman adalah bagian tak terpisahkan dari perjalanan hidup orang beriman. Krisis kadang membuat orang menjadi bimbang, ragu bahkan masa bodoh terhadap iman. Para muird membuat pilihan tepat, dalam pergumulan itu mereka tidak mau jauh dari Yesus, mereka tidak ingin meninggalkan Dia. Kadang dalam pergumulan entah bimbang, entah ragu atau tertekan, jangan terlalu cepat ambil keputusan. Tenangkan diri di hadapan Tuhan dan katakan, “Tuhan apa yang Tuhan kehendaki saya lakukan dengan situasi ini?”
3. Datanglah Kepada Yesus
Petrus mewakili para murid menegaskan: “Tuhan kepada siapa kami akan pergi? PadaMu-Iah Sabda kehidupan yang kekal.” Sebagai murid-Nya kita pun diajak untuk selalu datang kepada Yesus bila mengalami goncangan iman, kecemasan hidup dan krisis apapun. Alasannya antara lain karena pada Dia selalu ada jalan keluar dan semangat yang baru.
Saudara-saudari, tantangan dan kesulitan iman macam mana pun jangan membuat kita pergi dari Yesus, tetapi justru mendorong kita untuk selalu ada bersama dengan Yesus, agar hidup kita bukan hanya menjadi persembahan dihadapan-Nya tetapi juga menjadi karunia dan rahmat untuk orang lain. Memang seperti Yesus, hidup kita pun harus menjadi berkat untuk banyak orang.
|
||