![]() |
![]() Edisi YESAYA | Bunda Maria | Santa & Santo | Doa & Devosi | Serba-Serbi Iman Katolik | Artikel | Suara Gembala | Warta eRKa | Yang Menarik & Yang Lucu | Anda Bertanya, Kami Menjawab
![]() ![]() ![]() ![]() Bab XXXI
![]() Yesus Jatuh Pertama Kali
![]() Jalanan yang baru saja kita bicarakan, setelah membelok sedikit ke kiri, menjadi agak curam, juga semakin melebar, sebuah terowongan air bawah tanah yang berasal dari Gunung Sion melintas di bawahnya. Daerah sekitarnya merupakan lembah yang sering kali digenangi air dan lumpur setelah hujan, sebuah batu besar ditempatkan di tengah-tengah guna memudahkan orang melintasinya. Ketika Yesus tiba di tempat ini, tenaga-Nya sama sekali telah terkuras habis; Ia bahkan nyaris tak dapat bergerak; para prajurit pembantu menyeret serta menarik-Nya tanpa belas kasihan sedikit pun, hingga Ia jatuh terjerembab menghantam batu besar itu sementara salib jatuh di samping-Nya. Para algojo yang keji terpaksa berhenti, mereka menganiaya serta menghajar-Nya tanpa ampun; seluruh iring-iringan menjadi terhenti, mengakibatkan sedikit kekacauan. Sia-sia saja Tuhan kita mengulurkan tangan-Nya mohon seseorang membantu-Nya bangkit berdiri: “Ah!” serunya, “semuanya akan segera berakhir,” dan Ia memanjatkan doa bagi para musuh-Nya. “Angkat Dia,” kata orang-orang Farisi, “jika tidak, Ia akan mati di tangan kita.” Ada banyak perempuan dan anak-anak ikut serta dalam arak-arakan; para perempuan menangis, sementara anak-anak ketakutan. Tetapi, Yesus menerima penghiburan dari atas, Ia mengangkat kepala-Nya; namun, orang-orang biadab ini, jauh dari rasa iba hendak meringankan penderitaan-Nya, malahan mereka menancapkan lagi mahkota duri ke atas kepala-Nya sebelum mereka menarik-Nya keluar dari lumpur. Baru saja Ia berdiri menjejakkan kaki-Nya ketika mereka telah membebankan kembali salib berat ke atas pundak-Nya. Mahkota duri yang menudungi kepala-Nya menambah rasa sakit yang tak terperi, dan menyebabkan-Nya harus membungkuk ke satu sisi guna memberikan ruang bagi salib, yang menekan berat di pundaknya.
sumber : “The Dolorous Passion of Our Lord Jesus Christ from the Meditations of Anne Catherine Emmerich”
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”
|
![]() |