YESAYA    
Edisi YESAYA   |   Bunda Maria   |   Santa & Santo   |   Doa & Devosi   |   Serba-Serbi Iman Katolik   |   Artikel   |   Suara Gembala   |   Warta eRKa   |   Yang Menarik & Yang Lucu   |   Anda Bertanya, Kami Menjawab
Dukacita Sengsara Tuhan Kita Yesus Kristus
Bab XXIII
Bunda Maria Saat Yesus Didera


Aku melihat Santa Perawan tenggelam dalam ekstasi yang terus-menerus sepanjang waktu penderaan Putra Ilahinya. Ia menyaksikan serta menderita dengan kasih dan dukacita yang tak terlukiskan segala siksa aniaya yang diderita Putranya. Ia mengerang lirih, kedua matanya sembab dan merah karena airmata. Sehelai kerudung lebar membalut tubuhnya dan ia menyandarkan diri pada Maria Heli, kakak perempuannya*, yang telah lanjut usia dan wajahnya mirip benar dengan ibunda mereka, St. Anna. Maria Kleopas, puteri Maria Heli, juga ada di sana. Para sahabat Yesus dan Bunda Maria berdiri bergerombol, mereka mengenakan kerudung lebar, tampak larut dalam duka dan kecemasan yang hebat; mereka menangis seakan sedang menghadapi ajal. Bunda Maria mengenakan gaun biru panjang, yang sebagian tertutup oleh mantol wol berwarna putih, kerudungnya berwarna putih kekuningan. Magdalena nyaris bagaikan seorang yang telah kehilangan akal karena dukacita, rambutnya tergerai lepas di bawah kerudungnya.  

Ketika Yesus jatuh terkapar di kaki pilar setelah penderaan, aku melihat Claudia Procles, isteri Pilatus, mengirimkan beberapa potong kain lenan yang lebar kepada Bunda Tuhan. Aku tidak tahu apakah perempuan yang lembut hati ini berpikiran bahwa Yesus akan dibebaskan, dan bahwa BundaNya pasti akan membutuhkan lenan untuk membalut luka-luka-Nya. Setelah penderaan berakhir, Bunda Maria tersadar kembali; ia melihat Putra Ilahinya sama sekali terkoyak dan tercabik habis, digiring oleh para prajurit pembantu setelah penderaan. Yesus menyeka mata-Nya yang bersimbah darah agar Ia dapat memandang BundaNya; dan BundaNya mengulurkan kedua tangannya kepada sang Putra, sementara terus terpaku menatap jejak-jejak darah yang ditinggalkan kaki-Nya.

Segera aku melihat Bunda Maria dan Magdalena menghampiri pilar di mana Yesus didera; khalayak ramai ada dikejauhan. Keduanya setengah tersembunyi di balik para perempuan kudus lainnya dan juga segelintir orang yang baik hati yang bergabung bersama mereka. Mereka berlutut di ubin dekat pilar dan menyeka darah kudus dengan kain lenan yang diberikan oleh Claudia Procles. Saat itu Yohanes tidak bersama para perempuan kudus, yang berjumlah sekitar duapuluh orang. Putera-putera Simeon dan putera Obed, juga Veronica, pula dua kemenakan Yusuf dari Arimatea - Aram dan Themni - berada di Bait Allah; mereka tampak dirundung duka. Waktu itu tak lebih dari pukul sembilan pagi ketika penderaan berakhir.   

* Maria Heli seringkali disebut dalam kisah ini. Menurut Sr. Emmerick, ia adalah puteri St. Yoakim dan St. Anna, yang dilahirkan hampir duapuluh tahun sebelum kelahiran Santa Perawan. Ia bukanlah anak terjanji, dan disebut Maria Heli, untuk membedakannya dari mereka dengan nama yang sama, sebab ia puteri Yoakim, yang disebut juga Heliachim. Suaminya bernama Kleopas, dan puterinya bernama Maria Kleopas. Tetapi, puterinya ini, lebih tua usianya dari bibinya, yaitu Santa Perawan. Maria Kleopas menikah pertama dengan Alfeus, dengan siapa ia beroleh tiga orang putera, yang kelak menjadi para rasul, yaitu Simon, Yakobus Muda dan Tadeus. Dari suaminya yang kedua, ia beroleh seorang putera, Sabat, dan seorang putera lain bernama Simon, dari suaminya yang ketiga, Yonas. Simon kelak menjadi Uskup Yerusalem.

Interupsi Penglihatan Sengsara dengan Penampakan St. Yosef dalam Rupa Seorang Anak   

sumber : “The Dolorous Passion of Our Lord Jesus Christ from the Meditations of Anne Catherine Emmerich”

Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”