Edisi YESAYA | Bunda Maria | Santa & Santo | Doa & Devosi | Serba-Serbi Iman Katolik | Artikel | Anda Bertanya, Kami Menjawab
Gereja Manakah yang Biblis?
oleh: Romo Francis J. Peffley
Suatu perbandingan antara Kitab Suci, Gereja Katolik Roma, dan gereja-gereja Protestan dalam beberapa topik yang berbeda.
Topik: Suksesi Petrus
Kitab Suci:
Yesus memberi kuasa tertinggi kepada Petrus atas para rasul-Nya yang lain: “Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga.” (Mat 16:19), “Kuatkanlah saudara-saudaramu.” (Luk 22:32), “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” (Yoh 21:15-17)
Gereja Katolik Roma:
Gereja Katolik memberi kekuasaan tertinggi (primat), penuh dan universal kepada Petrus dan para penerusnya dalam suatu garis tak terputuskan mulai dari Petrus hingga ke paus yang sekarang, Paus Yohanes Paulus II, penerusnya yang ke-264.
Gereja-gereja Protestan:
Denominasi Protestan mengingkari kuasa tertinggi Petrus atas para rasul-Nya yang lain, meskipun firman Kristus mengenai hal tersebut tercatat dalam Perjanjian Baru. Oleh karena penyangkalan ini, dapat dipahami mengapa mereka menolak para Paus.
Topik: Infallibilitas (tidak dapat sesat)
Kitab Suci:
Gereja yang Apostolik menyatakan diri sebagai yang tidak dapat sesat dalam ajaran-ajarannya seperti tercatat dalam 1 Tes 2:13 “sebab kamu telah menerima firman Allah yang kami beritakan itu, bukan sebagai perkataan manusia, tetapi--dan memang sungguh-sungguh demikian--sebagai firman Allah.”
Gereja Katolik Roma:
Gereja sendiri, dari segala macam denominasi Kristen, menyatakan diri memiliki hak istimewa tidak dapat sesat dalam ajaran-ajarannya. Paus, sebagai penerus Petrus, tidak dapat sesat dalam hal iman dan susila. Kita dapat yakin secara mutlak atas Wewenang Mengajar Gereja.
Gereja-gereja Protestan:
Gereja-gereja Protestan menolak gagasan tidak dapat sesat, menyangkal bahwa karunia yang sedemikian itu dimiliki oleh seorang pengajar. Para hamba Tuhan menyampaikan pendapat dengan memasukkan tafsiran pribadi atas Kitab Suci. Para pendengar diharapkan untuk menarik kesimpulan mereka sendiri dari Kitab Suci.
Topik: Puasa
Kitab Suci:
Yesus memerintahkan dan menetapkan aturan-aturan puasa: “Apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa” (Mat 6:17-18) Para rasul berpuasa sebelum melakukan suatu tugas kudus. (Kis 14:23)
Gereja Katolik Roma:
Gereja Katolik menetapkan aturan-aturan puasa bagi umat beriman dalam masa-masa khusus, teristimewa selama Masa Prapaskah. Di samping itu, berbagai Ordo Religius menekankan pentingnya matiraga dan puasa agar dapat lebih baik mempersembahkan hidup mereka kepada Tuhan melalui pelayanan mereka bagi-Nya.
Gereja-gereja Protestan:
Protestan tidak mengenal aturan-aturan puasa, meskipun sebagian dari mereka berpuasa demi alasan pribadi. Mereka bahkan memperolok hal berpuasa. Tak pernah ada para calon yang akan 'ditahbiskan' ataupun hamba Tuhan yang akan men-'tahbis'kan wajib berpuasa demi peristiwa-peristiwa penting seperti itu.
Topik: Penguatan
Kitab Suci:
St. Petrus dan St. Yohanes memberi penguatan kepada orang-orang Samaria yang baru dibaptis. “Kemudian keduanya menumpangkan tangan di atas mereka, lalu mereka menerima Roh Kudus.” (Kis 8:17)
Gereja Katolik Roma:
Setiap Uskup Katolik, sebagai penerus para Rasul, juga menumpangkan tangan atas mereka yang telah dibaptis, dalam Sakramen Penguatan, sehingga mereka menerima Roh Kudus.
Gereja-gereja Protestan:
Tidak ada denominasi Protestan manapun yang melakukan upacara penumpangan tangan sebagai sakremen, karena mereka tidak mempunyai karunia sakramen. Ada sebagian dari mereka yang menumpangkan tangan, tetapi bukan sebagai sakramen.
Topik: Ekaristi
Kitab Suci:
Yesus dan para Rasul-Nya mengajarkan bahwa Ekaristi adalah Tubuh dan Darah Kristus: “Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku… Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.” (Mat 26:26-28) “Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus?” (1Kor 10:16)
Gereja Katolik Roma:
Gereja Katolik mengajarkan, bersama dengan Kristus dan para Rasul-Nya, bahwa Ekaristi adalah sungguh-sungguh dan benar-benar Tubuh dan Darah Yesus Kristus dalam rupa roti dan anggur. Umat Katolik mengimani “transsubstansiasi” (perubahan hakiki). Dengan wafat-Nya, Kristus memperolehkan bagi kita jasa-jasa, dan melalui Misa, menganugerahkan kepada kita jasa-jasa dan ganjaran yang diperoleh-Nya atas Kurban-Nya yang Berdarah, melalui Kurban-Nya yang Tak Berdarah dalam Misa.
Gereja-gereja Protestan:
Gereja-gereja Protestan mengutuk ajaran Kehadiran Nyata sebagai pemujaan berhala dan mengatakan bahwa, dengan ambil bagian dalam 'komuni' mereka hanya melakukan kenangan akan Kristus. Mereka sepenuhnya menyangkal “transsubstansiasi”, dengan beranggapan bahwa ekaristi hanyalah tindakan simbolik belaka. Mereka gagal memahami bahwa para Rasul melaksanakan apa yang dikehendaki Yesus Sendiri.
Topik: Rekonsiliasi / Tobat
Kitab Suci:
Para Rasul diberi kuasa oleh Yesus untuk mengampuni dosa: “Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni.” (Yoh 20:23) “Allah,” kata Paulus dalam 2 Kor 5: 18 “telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami.”
Gereja Katolik Roma:
Para Uskup dan Imam Gereja Katolik, sebagai pewaris hak istimewa para Rasul, memiliki kuasa untuk melaksanakan pelayanan pendamaian (Sakramen Tobat) dan mengampuni dosa dalam nama Yesus Kristus.
Gereja-gereja Protestan:
Protestan mengimani sebaliknya, yaitu bahwa Tuhan tidak memberikan kuasa kepada siapa pun untuk mengampuni dosa. Sebagai kelompok yang demikian terikat pada Kitab Suci sebagai sumber iman mereka, mereka gagal untuk sepenuhnya memahami apa yang dikatakan serta dimaksudkan Kitab Suci.
Topik: Pengurapan Orang Sakit
Kitab Suci:
Mengenai orang-orang sakit, St. Yakobus mengatakan dalam Yak 5: 14: “Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan.”
Gereja Katolik Roma:
Salah satu tugas utama seorang Imam Katolik adalah memberikan pengurapan dalam Sakramen Pengurapan Orang Sakit, dulu disebut sebagai Sakramen Terakhir. Jika seseorang sakit, imam akan dipanggil untuk mengurapinya dengan minyak dalam nama Yesus.
Gereja-gereja Protestan:
Tidak ada sakramen seperti pengurapan orang sakit dalam denominasi Protestan manapun. Ada beberapa kelompok Pentakosta yang mempraktekan pengurapan, tetapi pengurapan tersebut tidak mendatangkan rahmat sakramen.
Topik: Perkawinan
Kitab Suci:
Yesus mengatakan: “Barangsiapa menceraikan isterinya lalu kawin dengan perempuan lain, ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu. Dan jika si isteri menceraikan suaminya dan kawin dengan laki-laki lain, ia berbuat zinah.” (Mrk 10:11-12). St. Paulus mengulangi perkataan Kristus dalam 1 Kor 7:10-11.
Gereja Katolik Roma:
Mentaati perintah Kristus dan para Rasul-Nya secara nyata, Gereja Katolik melarang perpisahan suami isteri, kecuali dapat diberikan bukti yang cukup bahwa mereka tidak pernah menikah dalam pandangan gereja. Hal ini disebut Pembatalan Perkawinan, suatu proses yang rumit dan panjang dibandingkan dengan proses perceraian yang gampang. Lagipula, jika pasangan tersebut berpisah, tak seorang pun di antara mereka dapat menikah lagi sebelum permohonan pembatalan perkawinan mereka dikabulkan.
Gereja-gereja Protestan:
Gereja-gereja Protestan, sepanjang yang terjadi, jauh lebih lunak dalam hukum Injil ini dengan mengijinkan mereka yang bercerai untuk menikah lagi. Banyak yang terpikat dengan gereja-gereja ini karena pandangan mereka yang liberal ini di mana mereka dapat beranggapan bahwa apa yang mereka lakukan itu benar, dan dengan demikian mereka terus hidup dalam dosa tanpa memperhatikan akibat-akibatnya. Sesungguhnya, sebagian dari gereja-gereja yang disebut gereja-gereja abad baru mendorong terjadinya perceraian.
Topik: Kemurnian / Imamat
Kitab Suci:
Kristus menganjurkan bukan hanya dengan kata-kata, melainkan juga dengan teladan-Nya Sendiri, kepada jiwa-jiwa yang mendambakan kesempurnaan: kemurnian abadi. St. Paulus juga mendorong jemaat di Korintus dengan nasehat dan teladannya sendiri, keutamaan yang sama: “Jadi orang yang kawin dengan gadisnya berbuat baik, dan orang yang tidak kawin dengan gadisnya berbuat lebih baik.” (1 Kor 7:38)
Gereja Katolik Roma:
Seperti Juruselamat kita, para klerus Katolik mengikatkan diri untuk hidup dalam kemurnian abadi, mempersembahkan diri sebagai “Pengantin Kristus” agar mereka dapat lebih baik melayani kebutuhan-kebutuhan umatnya. Komunitas-komunitas religius baik pria maupun wanita secara sukarela mempersembahkan kemurnian mereka kepada Tuhan melalui kaul kemurnian, sesuatu yang tak dapat dianggap enteng.
Gereja-gereja Protestan:
Semua hamba Tuhan dari denominasinya diijinkan untuk menikah. Sesungguhnya, bahkan hamba Tuhan yang bercerai pun dapat diterima. Jauh dari menanamkan nasehat apostolik untuk selibat kepada umatnya. Mereka suka menyindir dan mengejek keutamaan kemurnian. Meskipun telah dinasehatkan oleh St. Paulus, mereka tidak melakukannya dan karenanya menolaknya.
sumber : “Which Church is Biblical?” by Father Peffley; Father Peffley's Web Site; ww.transporter.com/fatherpeffley
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Fr. Francis J. Peffley.”
|
||