![]() |
![]() Edisi YESAYA | Bunda Maria | Santa & Santo | Doa & Devosi | Serba-Serbi Iman Katolik | Artikel | Anda Bertanya, Kami Menjawab
![]() ![]() ![]() Setan: Penguasa Kegelapan
![]() oleh: Romo William P. Saunders *
![]() Kita mendengar banyak tentang malaikat, bagaimana dengan setan?
~ seorang pembaca di Stafford
Katekismus Gereja Katolik mengajarkan, “Di balik keputusan nenek moyang kita untuk membangkang terdengar satu suara penggoda yang bertentangan dengan Allah, yang memasukkan mereka ke dalam maut karena iri hati. Kitab Suci dan tradisi melihat dalam wujud ini seorang malaikat yang jatuh, yang dinamakan setan atau iblis” (No. 391). Sepanjang Kitab Suci, kita sering mendapati sebutan setan atau iblis. Kata “setan” berasal dari bahasa Ibrani “satan” yang artinya melawan, menggoda seseorang; jadi setan adalah si penggoda, yang membuat kita tersandung dan jatuh, yang membuat kita berpaling dari Allah. Kata “iblis” berasal dari bahasa Yunani “diabolos” yang artinya pendakwa, pemfitnah. Dalam Kitab Suci, setan disebut juga si Jahat, Beelzebul, si Pendakwa, si Penggoda, Naga Besar dan si Ular Tua.
Kita percaya bahwa pada mulanya, Tuhan menciptakan setan sebagai malaikat baik. Konsili Lateran IV (1215) memaklumkan, “Setan dan roh-roh jahat lain menurut kodrat memang diciptakan baik oleh Allah, tetapi mereka menjadi jahat karena kesalahan sendiri.” Setan dan roh-roh jahat ini, dengan keputusan mereka yang tidak dapat ditarik kembali, telah memilih melalui kehendak bebasnya untuk memberontak melawan Allah dan tidak mau melayani-Nya. Karena pemberontakan ini, mereka dicampakkan ke dalam neraka. Kitab Suci mempertegas keyakinan ini: saat berbicara mengenai pengadilan terakhir, Tuhan kita bersabda, “Dan Ia [Anak Manusia] akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya” (Mat 25:41). St Petrus menulis, “Allah tidak menyayangkan malaikat-malaikat yang berbuat dosa tetapi melemparkan mereka ke dalam neraka ….” (2 Ptr 2:4). St Yohanes menambahkan, “barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya” (1 Yoh 3:8). Singkat kata, pada mulanya Tuhan menciptakan setan sebagai malaikat baik, Tuhan menghukum setan karena dosa-dosanya, dan Tuhan membiarkan setan melakukan perbuatan-perbuatannya yang sekarang ini. Katekismus Gereja Katolik mengakui, “Bahwa Allah membiarkan usaha setan merupakan satu rahasia besar, tetapi `kita tahu, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia'” (No. 395).
Tuhan Yesus memberi berbagai macam julukan pada setan. Ia menyebut setan sebagai Penguasa Dunia ini: setan mempergunakan benda-benda materiil untuk membuat kita berpaling dari Allah. Setan membujuk kita agar memuja barang-barang duniawi, hawa nafsu, dan kekuasaan daripada memuja Allah. Ia memikat kita dengan keyakinan palsu sehingga kita berpikir dapat membangun kerajaan kita sendiri di dunia ini dan sekarang ini tanpa membutuhkan Tuhan.
Yesus menyebut setan sebagai Bapa Segala Dusta: iblis memutar-balikkan kebenaran, seperti yang ia lakukan kepada Hawa. Ia memenuhi pikiran kita dengan kebimbangan. Ia menyediakan segala pertimbangan rasional mengapa sesuatu itu benar, meskipun Tuhan kita dan Gereja mengajarkannya sebagai salah.
Setan adalah Penguasa Kegelapan: ia berkeliaran mengintai dengan licik. Ia memenuhi kita dengan pikiran-pikiran pesimis, pikiran-pikiran jahat, pikiran-pikiran dengki. Ia memperlihatkan kepada kita segala luka, frustrasi dan masalah dunia ini serta masalah hidup kita sendiri dengan tujuan menghantar kita pada keputusasaan.
Yesus menyebut setan sebagai Pembunuh Manusia: iblis berusaha membunuh rahmat Tuhan dalam jiwa, dan lalu membawa jiwa kita ke neraka.
Menurut tradisi, setan dikenal sebagai Lucifer, salah satu dari serafim, paduan suara tertinggi para malaikat yang menatap dan bersembah sujud langsung di hadapan Allah. Kata “Lucifer” berasal dari kata Latin “lux” artinya terang, dan kata “ferre” artinya berlagak sebagai. Jadi, “Lucifer” berarti “yang berlagak sebagai terang”. Karena dosanya, perbuatan-perbuatannya dan julukan yang diberikan Tuhan kepadanya, tak heran jika karya seni Kristiani menggambarkan setan sebagai binatang buas bertanduk yang buruk serta mengerikan, yang telah kehilangan segala cahaya dan keelokannya. Bahkan dalam drama-drama moralitas abad pertengahan, setan dapat menampilkan diri dalam penyamaran, tetapi senantiasa dapat dikenali lewat kakinya yang timpang, tanda kejatuhannya dari surga.
Walau demikian, kita percaya teguh bahwa kuasa Allah akan senantiasa menang atas kuasa setan; yang baik atas yang jahat; kasih atas kedengkian. St Yohanes mengingatkan kita, “Untuk inilah Anak Allah menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu” (1 Yoh 3:8).
Kita menanggapi kehadiran dan kuasa setan dengan sungguh-sungguh. Dalam Liturgi Baptis kita terus bertanya kepada calon baptis, “Sanggupkah Saudara menolak setan? Dan segala karya-karyanya? Dan segala janji-janjinya yang kosong?” Kita harus melakukan penolakan ini tiap-tiap hari. Jika setan bahkan mencobai Tuhan kita di padang gurun, sudah barang tentu ia akan mencobai kita juga. Ia tahu di mana kelemahan-kelemahan kita dan bilamana kita mudah diserang. St Petrus mengingatkan, “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya” (1 Pet 5:8). Apabila kita jatuh dalam dosa, kita wajib menyesalinya dengan tulus serta mohon pengampunan; jangan pernah membiarkan setan menjejakkan kakinya dalam hidup kita.
Uskup Agung Fulton Sheen menyampaikan pemikirannya yang tajam mengenai setan, “Janganlah menertawakan Injil dan mengatakan tidak ada setan. Kejahatan terlalu nyata dalam dunia ini untuk dapat berkata demikian. Janganlah katakan bahwa gagasan mengenai setan sudah mati atau sudah basi. Setan tidak pernah menarik begitu banyak pengikut seperti ketika, dalam kelicikannya, ia menyebarkan isu bahwa ia telah lama mati. Janganlah menolak Injil karena di sana dikatakan bahwa Juruselamat dicobai. Setan senantiasa mencobai orang-orang yang murni hatinya - sebab mereka yang lain telah menjadi miliknya. Setan menempatkan lebih banyak iblis dalam tembok-tembok biara daripada di sarang-sarang penjahat, sebab yang terakhir tidak mengadakan perlawanan. Janganlah katakan mustahil setan menampilkan diri di hadapan Tuhan kita, sebab setan senantiasa datang dekat pada yang saleh dan teguh - oleh sebab yang lainnya telah kalah di kejauhan.”
* Fr. Saunders is dean of the Notre Dame Graduate School of Christendom College and pastor of Queen of Apostles Parish, both in Alexandria.
![]() sumber : “Straight Answers: The Fallen Angel: The Devil, the Prince of Darkness” by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright ©1997 Arlington Catholic Herald, Inc. All rights reserved; www.catholicherald.com
![]() tambahan : “Exorcismus Menurut Kitab Suci” oleh P. Hendrik Njiolah, Pr; Yayasan Pustaka Nusatama 2002
![]() Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.”
|
![]() |