YESAYA    
Edisi YESAYA   |   Bunda Maria   |   Santa & Santo   |   Doa & Devosi   |   Serba-Serbi Iman Katolik   |   Artikel   |   Anda Bertanya, Kami Menjawab
Para Kudus dan Ekaristi



Gambar di sebelah kanan bukan lukisan melainkan foto asli. Adalah rahmat, yang diberikan kepada seorang imam Jerman, Pastor Palmatius Zilligen (meninggal 20 April 1989), pada hari ketiga sesudah tahbisannya sebagai imam. Baik imam Zilligen, maupun saudaranya yang mengabadikan peristiwa itu, tidak melihat keajaiban, yang baru tampak indah sekali dan menakjubkan dalam foto hasil pemotretan: Penyelamat yang tersalib, sebagai bukti bahwa Kurban Ekaristi Kudus dan penebusan pada salib adalah sama. Perbedaannya hanya terletak pada cara persembahan.

Sumber : “Kurban Misa Kudus - Dalam Penglihatan Bruder Kostka (Joseph Wasel)”; Klemens Kiser; Penerbit Nusa Indah 2003


  ST. YULIANA dari LIÈGE (1193-1258)   


  ST. ANTONIUS dari PADUA (1195-1231)  

Di Tolosa, St Antonius dari Padua berdebat sengit dengan seorang penganut bidaah yang tegar hati mengenai Sakramen Ekaristi yang mendatangkan keselamatan. Akhirnya, penganut bidaah tersebut berkata:

“Marilah kita akhiri perdebatan ini dan berpegang pada fakta yang ada. Jika engkau, Antonius, dapat membuktikan bahwa dalam Ekaristi, betapapun tersembunyinya, terdapat Tubuh Kristus, aku bersedia mengingkari segala macam bidaah apapun dan menyerahkan diri pada iman Katolik.”

St Antonius menjawab dengan penuh iman, “Aku percaya pada Juruselamatku Yesus Kristus, bahwa demi pertobatanmu dan pertobatan orang-orang lainnya, atas belas kasihan-Nya, aku akan mendapatkan apa yang engkau minta.”

Penganut bidaah tersebut berdiri; dengan gerakan tangannya ia meminta kepada orang banyak yang menyaksikan adu argumentasi agar tenang. Lalu, katanya, “Dengarkan baik-baik, kalian semua! Aku akan mengurung keledaiku selama tiga hari dan membiarkannya kelaparan. Setelah tiga hari itu, di hadapan orang banyak, aku akan menggiringnya keluar dan memperlhatkan kepadanya setumpuk jerami segar. Sebaliknya, engkau akan memperlihatkan kepadanya apa yang kalian yakini sebagai Tubuh Kristus. Jika keledai yang kelaparan itu, tidak menghiraukan jerami segar, melainkan bergegas menyembah Tuhan-mu, maka aku akan dengan segenap hati percaya pada iman Gereja.” St Antonius segera menyanggupi tantangan tersebut.

Hari yang dinanti-nantikan itu pun tibalah. Orang banyak datang berduyun-duyun memenuhi alun-alun kota. St Antonius datang bersama serombongan umat beriman. Penganut bidaah itu juga datang bersama serombongan pendukungnya. Orang kudus kita memasuki kapel terdekat, merayakan Misa Kudus dengan amat khusuk. Selesai perayaan, St Antonius keluar di mana orang banyak telah menunggu. Dalam tangannya, ia membawa Tubuh Kristus dengan sangat hormat.

Sementara itu, keledai yang lapar digiring keluar dari kandangnya dan kepadanya diperlihatkan jerami yang menggugah selera. Dengan penuh iman kepercayaan, St Antonius berkata kepada si keledai, “Demi nama Sang Pencipta, yang, walau tak pantas, aku bawa dalam genggaman tanganku, aku perintahkan kepadamu, hai keledai, segeralah datang mendekat, dan dengan kerendahan hati, tunjukkanlah sembah sujud yang pantas bagi Pencipta-mu, agar orang-orang sesat dapat belajar dari peristiwa ini bahwa setiap ciptaan haruslah sujud menyembah Tuhan, sementara Ia ada dalam genggaman imam di atas altar.”

Baru saja St Antonius menyelesaikan perkataannya ketika sang keledai, sama sekali tak mengindahkan jerami segar, berlutut serta menundukkan kepalanya dalam-dalam ke tanah, berlutut di hadapan Sakramen Tubuh Kristus yang hidup.

Umat beriman dipenuhi sukacita yang meluap, para penganut bidaah dan orang-orang yang tidak percaya merasa kecewa dan malu. Tuhan dipuji dan disembah, iman Katolik dihormati dan dijunjung tinggi, kekejian ajaran sesat dipermalukan dan dikutuk dengan kutuk abadi. Penganut bidaah itu pun mengingkari ajaran bidaahnya di hadapan mereka semua yang hadir, dan sejak saat itu ia taat pada perintah Gereja Katolik yang kudus (Benignitas 16,6-17).


  ST GERTRUDE (1256-1302)      

Suatu ketika St. Gertrude mengatakan, “Setiap kali orang menerima Komuni Kudus, tempatnya di surga diperkokoh dan masa tinggalnya di api penyucian dipersingkat.”

Ketika sedang merenungkan Sakramen Mahakudus dan terheran-heran bagaimana Tuhan kita dapat merendahkan diri begitu rupa hingga tinggal di altar-altar kita dalam bentuk roti, Yesus Sendiri menampakkan diri kepada St. Gertrude dan menceritakan perumpamaan berikut.

Seorang pangeran kecil tinggal di sebuah istana mewah yang megah penuh dengan aneka ragam mainan. Suatu hari, ia melongok ke luar jendela dan melihat anak-anak gelandangan sedang bermain di jalanan. Pengasuhnya yang memperhatikan pangeran kecil menonton dari balik jendela, bertanya, “Apakah engkau ingin tinggal di istana hari ini, atau pergi keluar dan bermain dengan anak-anak di seberang jalan?” “Aku ingin pergi keluar dan bermain bersama mereka,” jawab sang pangeran. Permohonannya dikabulkan, pangeran kecil mengenakan baju yang paling buruk dan usang yang ia miliki dan bermain dengan riang sepanjang hari bersama anak-anak gelandangan di jalanan. Hari itu merupakan salah satu hari yang terindah baginya.

Lalu, Tuhan kita berkata kepada St. Gertrude, “Akulah pangeran kecil itu; Aku ingin tinggal bersama kalian. Siapa pun yang menjauhkan orang dari Komuni Kudus merenggut sukacita besar dalam diri-Ku.”


  ST. KATARINA dari SIENA (1347-1380)   

Pada suatu hari Natal, St. Katarina dari Siena berlutut dalam permenungan mendalam di depan gua Natal. Bunda Maria menampakkan diri kepadanya dengan menggendong Bayi Yesus dan menempatkan Kanak-kanak Kudus dalam pelukannya. St. Katarina membuai Bayi Yesus dengan mesra serta membisikkan kata-kata kasih, sebelum ia mengembalikan-Nya kepada Bunda-Nya.

Sesudah kejadian itu, saat Misa Kudus, St. Katarina melihat Kanak-kanak Yesus sekonyong-konyong muncul dari Hosti Kudus. Dari dada Yesus tumbuh pokok anggur yang berbuah lebat, yang buah-buahnya disantap dengan penuh hormat oleh anjing-anjing hitam-putih. Mengenai hal ini, St. Katarina menafsirkannya sebagai ramalan akan reformasi dalam Gereja melalui upaya Ordo Dominikan, di mana ia bergabung, dan yang jubahnya terdiri dari bagian yang berwarna putih dan yang berwarna hitam. (Dalam bahasa Latin, kata untuk “Dominikan” adalah Dominicani; mengandung permainan kata: Domini canes yang artinya Anjing-anjing Tuhan”).


  ST. PASKALIS BAYLON (1540-1592)

St. Paskalis BaylonPaskalis Baylon dilahirkan di Spanyol pada tanggal 24 Mei 1540, pada Hari Raya Pentakosta, yang di Spanyol disebut sebagai “Paskah Roh Kudus”, dari situlah namanya berasal. Kedua orangtuanya, Martin Baylon dan Elizabeth Jubera, adalah petani yang saleh.

Sejak masih muda benar St Paskalis telah menunjukkan devosi mendalam terhadap Ekaristi Kudus. Bahkan ketika usianya belum genap satu tahun, St Paskalis mengikuti Misa dengan sangat khusuk. Sesudah konsekrasi, ketika imam mengunjukkan Yesus dalam Hosti Kudus, ia gemetar diliputi kekaguman luar biasa.

Suatu hari, ketika usianya belum cukup dewasa untuk dapat berjalan sendiri, St Paskalis menghilang dan tak seorang pun dapat menemukannya! Ibunya mencari-cari di seluruh rumah dan bertanya kepada para tetangga kalau-kalau mereka melihatnya. Sungguh malang, ia tetap tak berhasil menemukan puteranya, jadi ia pergi ke Gereja untuk berdoa. Ketika ia sedang berjalan memasuki Gereja, di sanalah terlihat olehnya St Paskalis duduk di atas anak tangga di depan tabernakel!

St Paskalis dipenuhi kerinduan yang bernyala-nyala untuk mengunjungi Yesus dalam Sakramen Mahakudus, bahkan sejak ia masih kanak-kanak. Apabila ia sedang menggembalakan kawanan domba ayahnya di padang dan tak dapat ikut serta dalam Adorasi Sakramen Mahakudus, ia akan berlutut ke arah Gereja serta mempersatukan dirinya dengan Yesus, lalu didaraskannyalah doa-doa kepada Hati EkaristiNya.

Suatu hari, ketika sedang menggembalakan dombanya, St Paskalis mendengar lonceng-lonceng sebuah biara di dekat sana berdentang memaklumkan konskerasi dalam Misa Kudus. Diliputi kerinduan yang berkobar-kobar akan Yesus, ia berseru dengan lantang, “Ya Tuhan, yang layak atas segala sembah sujud, perkenankanlah aku melihat-Mu!” Baru saja ia mengatupkan bibirnya ketika suatu bintang yang bersinar kemilau muncul di langit. Sementara ia memandang ke atas, langit terbuka. Sekejap kemudian bintang lenyap, digantikan oleh sebuah Piala dan Hosti Kudus dengan para malaikat bersembah sujud di sekelilingnya.

Ketika usianya delapanbelas tahun, St Paskalis mohon diijinkan bergabung dengan para biarawan Fransiskan agar ia dapat mengikuti Misa sesering mungkin dan melewatkan lebih banyak waktu dalam sembah sujud kepada Yesus. Pada mulanya ia ditolak, tetapi akhirnya, ketika usianya duapuluh empat tahun, ia diterima juga di biara sebagai penjaga pintu dan pengurus dapur. Anggota komunitas yang lainnya memperhatikan bagaimana ia seringkali dengan sukarela dan senang hati melakukan tugas-tugas yang paling berat dan tidak menyenangkan. Cinta dan amal kasihnya kepada mereka yang malang dan menderita, kelemah-lembutan dan kerendahan hatinya sungguh mencengangkan siapa saja. Di samping itu broeder muda ini juga melakukan mati raga, bahkan lebih keras dari yang ditetapkan dalam komunitasnya.

St Paskalis wafat pada tanggal 15 Mei 1592 di atas pembaringannya tepat pada saat Kurban Kudus Misa diunjukkan, saat imam mengangkat Yesus dalam Ekaristi Kudus agar semua orang dapat sujud menyembah-Nya. Sungguh ajaib! Bahkan sesudah wafatnya, “Santo Pelindung Ekaristi” yang mengagumkan ini menjadi saksi akan Kehadiran Nyata Yesus dalam Ekaristi. Dalam Misa Pemakamannya, St Paskalis membuka kedua matanya dan duduk saat Hosti Kudus dan piala diunjukkan, memandang dengan penuh cinta dalam sembah sujud kepada sang Raja Ekaristi!


  ST. STANISLAUS KOSTKA (1550-1568)   

St. Stanislaus Kostka (1550-1568) berasal dari keluarga bangsawan Polandia. Pada usia 14 tahun, ia belajar di sebuah kolose Yesuit di Wina, Austria. Pada tahun 1566, ketika tinggal di rumah keluarga Bilinski, sebuah keluarga Protestan, ia sakit parah. Bilinski menolak mengijinkan imam dan Sakramen Mahakudus masuk ke dalam rumahnya. Karena dokter sudah kehilangan harap akan kesembuhannya, St. Stanislaus merasa sangat menderita, bukan karena takut mati, melainkan karena ia tidak dapat menerima Viaticum. Ia mohon dengan sangat bantuan St. Barbara, yang dikenal sebagai santa pelindung yang menjamin penerimaan Sakramen Tobat dan Sakramen Ekaristi menjelang ajal (sebab itulah St. Barbara biasa dilukiskan dengan membawa Piala dan Hosti Kudus, serta palma kemartiran).

Suatu hari, sementara Bilinski menjaga di sisi tempat tidurnya, sekonyong-konyong Stanislaus berteriak dengan suara yang lemah namun jelas,“Berlutut, berlutut! Dua malaikat Tuhan datang membawa Sakramen Mahakudus; St. Barbara ada bersama mereka!” Kemudian, dengan tubuhnya yang lemah karena digerogoti penyakit, Stanislaus bangkit, berlutut di sisi pembaringannya dan memukul dadanya sembari tiga kali mengulangi:“Tuhan, saya tidak pantas!”

Kemudian ia mendongakkan wajahnya dan membuka mulutnya untuk menerima Kristus dalam rupa sakramen. Setelah menyantap Komuni Kudus, Stanislaus berbaring kembali di ranjangnya dan mengucap syukur.

Sore hari, Bunda Maria sendiri datang kepadanya dengan Bayi Yesus dalam dekapannya. Stanislaus memandang dengan penuh kekaguman dan sukacita. Inilah Bundanya, tersenyum kepadanya; dan dalam pelukannya Bayi yang tersenyum. Kristus Ilahi merentangkan kedua tangannya yang mungil kepada Stanislaus, dan Stanislaus, duduk di atas tempat tidurnya, membawanya ke dalam pelukannya.     

Bunda Maria dan Kanak-kanak Yesus berbicara kepadanya dan menghiburnya. Tetapi Stanislaus terlalu bahagia untuk dapat mengatakan sesuatu. Hanya airmata mengalir deras dari kedua pelupuk matanya sementara Ia mendekapkan Bayi Yesus ke dadanya.

Bunda Maria berkata kepadanya, “Engkau akan melewatkan hari-hari hidupmu dalam Serikat yang menyandang nama Putraku. Engkau akan menjadi seorang Yesuit.”

Segera setelah ia memeluk Bayi Kudus, Stanislaus merasa bahwa demamnya telah hilang, kekuatannya pulih kembali, darah mengaliri tubuhnya dengan energi serta daya hidup baru.

Kemudian Bunda Maria menerima Putranya kembali dari tangan Stanislaus, tersenyum kepadanya serta memberkatinya, lalu lenyap dari pandangan.

St. Stanislaus Kostka wafat dua tahun kemudian, pada Hari Raya SP Maria Diangkat ke Surga, dalam usia delapan belas tahun sebagai seorang novis Serikat Yesus.


  ST. GERARDUS MAJELLA (1726-1755)  

Suatu hari, ketika usianya belum genap lima tahun, St. Gerardus masuk ke dalam Gereja setelah bermain-main di luar. Sementara ia berdoa di depan patung Bunda Maria, Kanak-kanak Yesus dalam gendongan Bunda Maria turun untuk bermain-main bersama St. Gerardus! Karena St. Gerardus merasa lapar, Kanak-kanak Yesus memberinya sebongkah roti. Sesampainya di rumah, ibunya bertanya darimana ia mendapatkan roti. St. Gerardus mengatakan bahwa seorang anak laki-laki yang memberikan kepadanya. Kejadian ini berulang selama beberapa hari. Akhirnya, saudara perempuan St. Gerardus mengikutinya diam-diam untuk mencari tahu darimana ia mendapatkan roti. Ketika saudarinya itu mengintip ke dalam Gereja, ia melihat St. Gerardus bermain-main dengan Kanak-kanak Yesus! Kemudian, Ia memberikan sebongkah roti kepada St. Gerardus.

Dalam perayaan Misa, St. Gerardus juga seringkali melihat Kanak-kanak Yesus yang sungguh hadir dalam Ekaristi Kudus. Ia dapat melihat Yesus setelah konsekrasi hingga Komuni Kudus berakhir.

Ketika usianya tujuh tahun, St. Gerardus amat rindu menerima Komuni Kudus. Pada masa itu, anak-anak tidak diperkenankan menyambut Komuni Kudus hingga mereka berusia 14 tahun. Tetapi, St. Gerardus beranggapan bahwa karena Yesus sangat mengasihinya dan ia juga sangat mengasihi Yesus, pastilah boleh ia menyambut-Nya. Imam tahu bahwa St. Gerardus belum cukup umur untuk menyambut Yesus, jadi ia tidak memberinya Komuni Kudus. Sepanjang hari itu, St. Gerardus menangis terus karena tidak diperbolehkan menyambut Yesus. Ketika masuk kamar tidur malam itu, ia tak dapat tidur. Sekonyong-konyong, suatu terang yang amat menakjubkan memenuhi kamar tidurnya dan Malaikat Agung St. Mikhael menampakkan diri untuk memberinya Komuni Kudus!

Bahkan semasa hidupnya, St. Gerardus disebut sebagai “pekerja ajaib” karena begitu banyak mukjizat terjadi melalui doanya. Ia dikaruniai pengetahuan yang luar biasa dan semangat mati raga yang perkasa, yang menyebabkannya menanggung sengsara dalam diam ketika dituduh melakukan tindakan asusila.

St. Gerardus, dengan bantuan doamu, perolehkan bagi kami kesetiaan dalam mengikuti panggilan hidup kami dan mencapai kesempurnaan seperti yang engkau teladankan. Amin.


  B. ANNA KATHARINA EMMERICK (1774-1824)   


  ST. YOHANES BOSCO (1815-1888)  

Suatu hari, pada Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria tanggal 8 September, anak-anak yang berkumpul di gereja untuk merayakan Misa Kudus berjumlah hampir mencapai 600 anak. Koster telah mempersiapkan siborium dengan hosti yang cukup untuk dikonsekrasikan dan dibagikan kepada seluruh jemaat, tetapi pada detik-detik terakhir, suatu hal terjadi, hingga ia lupa menempatkannya di altar. Siborium yang tersimpan dalam tabernakel berisi hanya sekitar 20 hosti yang telah dikonsekrir. Setelah konsekrasi, pada saat St Yohanes Bosco, yang mempersembahkan Misa, mengangkat Hosti, barulah koster menyadari kesalahannya, namun tak ada suatu pun yang dapat dilakukan selain dari menanti kekagetan imam dan sesudahnya pasrah menerima teguran yang memang sudah sepantasnya atas kelalaiannya.

Pada saat komuni, ketika St Yohanes Bosco membuka tutup siborium yang dikeluarkannya dari tabernakel dan melihat betapa sedikit Hosti yang ada di dalamnya, ekspresi wajahnya menyembunyikan kekecewaan hatinya akan kenyataan bahwa ia tak akan dapat membagikan Komuni Kudus kepada semua anak. Namun demikian, dengan mengarahkan pandangannya ke surga, dalam hati ia berdoa untuk beberapa saat dan kemudian menuruni anak tangga altar, ke tempat di mana anak-anak telah menanti dengan khidmat.

Setelah Don Bosco membagikan Komuni Kudus kepada anak-anak di bangku deretan pertama, anak-anak di bangku deretan berikutnya maju. Lalu, berikutnya dan berikutnya lagi, tetapi Hosti dalam siborium masih belum habis. Ketika Don Bosco kembali ke altar, semua anak telah menyambut Komuni Kudus dan dalam siborium tersisa masih banyak Hosti. Dikisahkan bahwa koster amat terperanjat bercampur kagum atas mukjizat yang terjadi.

St. Yohanes Bosco sepenuhnya mempercayakan diri pada Sakramen Mahakudus dan pada Santa Perawan Maria Pertolongan Orang Kristen. Seringkali ia berbicara akan tiga “sumber” kehidupan rohani: Pengakuan Dosa, Devosi kepada Bunda Maria dan menyambut Komuni Kudus.


  THERESIA NEUMANN (1898-1962)  


Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan sebagian / seluruh artikel di atas dengan mencantumkan: “disarikan dan diterjemahkan dari berbagai sumber oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”