![]() |
![]() Edisi YESAYA | Bunda Maria | Santa & Santo | Doa & Devosi | Serba-Serbi Iman Katolik | Artikel | Suara Gembala | Warta eRKa | Yang Menarik & Yang Lucu | Anda Bertanya, Kami Menjawab
![]() ![]() ![]() ![]() Bab XXXIV
![]() Kerudung Veronica
![]() Sementara arak-arakan melewati suatu jalanan yang panjang, terjadi suatu peristiwa yang meninggalkan kesan mendalam dalam diri Simon. Banyak orang dari kalangan terhormat sedang bergegas menuju Bait Allah, sebagian besar dari mereka menghindar ketika melihat Yesus, sebab mereka takut mencemarkan diri, sebaliknya sebagian yang lain berhenti dan menunjukkan belas kasihan terhadap sengsara-Nya. Ketika arak-arakan telah maju kurang lebih dua ratus langkah dari tempat di mana Simon mulai membantu Tuhan kita memanggul salib-Nya, pintu sebuah rumah yang indah di kiri jalan terbuka, seorang perempuan berpenampilan anggun, dengan menggandeng seorang gadis kecil, keluar dan melangkah pasti menuju arak-arakan. Serafia adalah nama perempuan pemberani tersebut, yang dengan berbuat demikian berani berhadapan dengan khalayak ramai yang murka. Serafia adalah isteri Sirakh, salah seorang anggota sidang Bait Allah. Di kemudian hari, Serafia dikenal sebagai Veronica, nama yang diambil dari kata “vera icon” (gambar asli), guna mengenangkan tindakannya yang gagah berani pada hari ini.
Serafia telah mempersiapkan anggur harum yang sedap, yang dengan saleh hendak dipersembahkannya kepada Tuhan kita guna sedikit menyegarkan-Nya dalam perjalanan sengsara-Nya ke Kalvari. Ia telah berdiri menunggu di pinggir jalan beberapa waktu lamanya, dan akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumah dan menanti. Saat pertama kali aku melihatnya, ia terbalut dalam kerudung panjang, menggenggam tangan seorang gadis kecil berumur sembilan tahun yang diadopsinya; sehelai kerudung besar tergantung pada lengannya; gadis kecil itu berusaha menyembunyikan tempayan anggurnya ketika iring-iringan datang mendekat. Mereka yang berbaris di bagian depan iring-iringan berusaha mendorong Serafia mundur; tetapi ia terus maju menerobos khalayak ramai, para prajurit, para prajurit pembantu, hingga tiba pada Yesus; ia berlutut di hadapan-Nya dan mengulurkan kerudung sembari berkata, “Ijinkanlah hamba menyeka wajah Tuhan-ku.” Yesus menyambut kerudung dengan tangan kiri-Nya, menyeka wajah-Nya yang berlumuran darah, lalu mengembalikannya seraya mengucapkan terima kasih. Serafia mencium kain itu dan menyimpannya di bawah mantolnya. Gadis kecil dengan malu-malu menyerahkan anggur, tetapi para prajurit yang brutal tak mengijinkan Yesus meminumnya. Tindakan Serafia yang nekad dan sekonyong-konyong ini membuat para prajurit terpaku, mengakibatkan kelengangan sesaat, walau tak disengaja, yang dimanfaatkan Serafia untuk menyerahkan kerudung kepada Guru Ilahi-nya. Baik kaum Farisi maupun para prajurit amat murka, bukan hanya karena jeda sesaat ini, melainkan terlebih karena penghormatan yang disampaikan kepada Yesus, yang dilakukan di hadapan publik, sebab itu mereka melampiaskan murka mereka dengan menyiksa serta menghajar Yesus, sementara Serafia bergegas kembali ke rumahnya.
Begitu tiba di rumah, Serafia meletakkan kerudung wolnya di atas meja, sementara ia sendiri jatuh berlutut nyaris tak sadarkan diri. Seorang sahabat yang masuk ke rumah sebentar kemudian, mendapati Serafia terus berlutut dalam keadaan demikian, dengan gadis kecil menangis di sisinya, dan, dengan terperanjat, sahabat itu mendapati wajah Tuhan kita yang berdarah tergambar di atas kerudung, sungguh suatu gambar yang hidup, yang meluluhkan serta menyayat hati siapa saja yang memandangnya. Lelaki itu membangkitkan Serafia dan menunjuk ke arah kerudung. Lagi, Serafia bersujud di hadapan kerudung seraya berseru dengan air mata berderai, “Sekarang, sungguh aku harus menyerahkan segala-galanya dengan hati bahagia, sebab Tuhan-ku telah berkenan memberiku kenangan akan DiriNya.” Tekstur kerudung ini terbuat dari wol yang sangat baik mutunya; panjangnya tiga kali lebarnya, biasanya dikenakan sebagai penutup bahu. Merupakan suatu kebiasaan memberikan kerudung semacam ini kepada mereka yang sedang dilanda duka, atau yang berbeban berat, atau sakit, agar mereka dapat menyeka wajah mereka dengannya; hal ini biasa dilakukan guna mengungkapkan simpati atau belas kasihan. Veronica menyimpan kerudung itu hingga akhir hayatnya, memasangnya di atas kepala tempat tidurnya; kemudian kerudung itu diserahkan kepada Santa Perawan, yang mewariskannya kepada para rasul, yang sesudahnya mewariskannya kepada Gereja.
Serafia dan Yohanes Pembaptis adalah saudara sepupu; ayah Serafia adalah saudara Zakharia. Ketika Yoakim dan Anna membawa Santa Perawan, yang kala itu masih berumur empat tahun, ke Yerusalem, untuk menyerahkannya sebagai perawan Bait Allah, mereka menginap di rumah Zakharia, yang letaknya dekat dengan pasar ikan. Serafia, yang setidaknya lima tahun lebih tua dari Santa Perawan, datang pada perkawinan Santa Perawan dengan St Yosef. Serafia juga sanak Simeon tua, yang menyampaikan nubuat ketika Kanak-kanak Yesus diserahkan dalam buaiannya. Serafia dibesarkan bersama kedua putera Simeon; baik kepada kedua puteranya maupun kepada Serafia, Simeon menanamkan kerinduan yang berkobar untuk melihat Tuhan kita. Ketika Yesus berusia duabelas tahun dan tinggal mengajar di Bait Allah, Serafia, yang pada waktu itu belum menikah, mengirimkan makanan untuk-Nya setiap hari ke sebuah penginapan kecil, sekitar seperempat mil jauhnya dari Yerusalem, di mana Yesus tinggal apabila Ia tidak sedang berada di Bait Allah. Bunda Maria tinggal di penginapan itu selama dua hari, ketika dalam perjalanannya dari Betlehem ke Yerusalem untuk mempersembahkan Putranya di Bait Allah. Kedua orang tua yang mengurus penginapan ini adalah kaum Esseni; mereka bersahabat baik dengan Keluarga Kudus. Penginapan itu memiliki semacam bangunan bagi kaum miskin, Yesus dan para murid-Nya sering pergi ke sana untuk menginap.
Serafia menikah dalam usia yang agak lambat; suaminya, Sirakh, adalah keturunan Susana yang saleh; ia seorang anggota Sanhedrin. Pada mulanya ia amat menentang Tuhan kita, dan isterinya harus banyak menderita karena keterikatannya pada Yesus dan pada para perempuan kudus, tetapi Yusuf dari Arimatea dan Nikodemus memberikan pemahaman yang lebih baik kepada Sirakh, dan ia mengijinkan Serafia untuk mengikuti Tuhan kita. Ketika Yesus diadili secara tidak adil di istana Kayafas, suami Serafia bergabung dengan Yusuf dan Nikodemus yang mengupayakan pembebasan bagi Tuhan kita; mereka bertiga akhirnya mengundurkan diri dari jabatan mereka dalam Sidang.
Serafia berusia sekitar limapuluh tahun ketika arak-arakan kemenangan Tuhan kita memasuki Yerusalem pada hari Minggu Palma, dan aku melihatnya melepaskan kerudungnya lalu menebarkannya ke atas tanah agar Yesus dapat berjalan di atasnya. Kerudung yang sama ia persembahkan kepada Yesus dalam arak-arakan-Nya yang kedua, arak-arakan yang menurut dunia jauh dari kemuliaan, tetapi sesungguhnya jauh teramat mulia. Kerudung itu memperolehkan nama baru bagi Serafia, yaitu Veronica. Kerudung masih disimpan hingga kini dan dihormati oleh umat beriman.
sumber : “The Dolorous Passion of Our Lord Jesus Christ from the Meditations of Anne Catherine Emmerich”
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”
|
![]() |