Berjalan bersama Para Kudus:
Mei
1 Mei
|
S. Yosef, Pekerja
|
Ini merupakan pesta St. Yosef yang kedua dalam kalender perayaan Gereja. Kita juga merayakan pesta St. Yosef pada tanggal 19 Maret yang lalu. St. Yosef adalah santo yang teramat penting. Ia suami Bunda Maria dan bapa asuh Yesus.
Pada hari ini kita merayakan pengabdiannya sebagai seorang pekerja. St. Yosef seorang tukang kayu yang bekerja dengan giat di bengkel kecilnya. Ia mengajarkan kepada kita bahwa pekerjaan yang kita lakukan itu penting artinya. Dengan bekerja kita menyumbangkan karya serta pelayanan kita kepada keluarga dan masyarakat. Lebih dari itu, sebagai seorang Kristen, kita sadar bahwa pekerjaan kita adalah cermin dari diri kita sendiri. Sebab itulah hendaknya kita mengerjakan pekerjaan kita dengan rajin dan tekun.
Banyak negara menyisihkan satu hari dalam setahun khusus untuk menghormati para pekerja. Hal tersebut guna meningkatkan martabat dan penghargaan atas kerja. Gereja memberikan kepada kita seorang teladan mengagumkan bagi para pekerja, yaitu St. Yosef. Pada tahun 1955, Paus Pius XII memaklumkan agar pesta St. Yosef Pekerja dirayakan setiap tahun.
St. Yosef mengajarkan bahwa pekerjaan yang kita lakukan itu amatlah penting artinya, sebab dengannya kita menyumbangkan karya serta pelayanan kita kepada keluarga dan masyarakat.
2 Mei
|
S. Atanasius
|
Atanasius dilahirkan sekitar tahun 297 di Alexandria, Mesir. Ia membaktikan seluruh hidupnya untuk membuktikan bahwa Yesus adalah sungguh Allah. Hal ini amat penting, karena sekelompok orang yang disebut Arian menyangkalnya. Sebelum ia menjadi seorang imam, Atanasius telah banyak membaca buku tentang iman. Oleh sebab itulah dengan mudah ia dapat menunjukkan kelemahan-kelemahan ajaran bidaah Arian.
Atanasius ditahbiskan sebagai Uskup Agung Alexandria ketika usianya masih belum tiga puluh tahun. Selama empat puluh enam tahun, ia menjadi seorang gembala yang menggembalakan umatnya dengan gagah berani. Empat orang kaisar Romawi tidak dapat memaksanya berhenti menuliskan penjelasan-penjelasannya yang terang dan jelas mengenai iman kita yang kudus. Para musuhnya menganiayanya dengan berbagai cara.
Lima kali ia diusir dari keuskupannya sendiri. Pengasingannya yang pertama berlangsung dua tahun lamanya. Ia dibuang ke kota Trier pada tahun 336. Seorang uskup yang baik, St Maximinius, menyambutnya dengan hangat. Pengasingan-pengasiangan lainnya berlangsung lebih lama. Atanasius dikejar-kejar oleh orang-orang yang hendak membunuh dia. Di salah satu pengasingannya, para rahib menyembunyikannya di padang gurun selama tujuh tahun. Para musuhnya tidak dapat menemukannya.
Suatu ketika, para prajurit kaisar mengejar Atanasius hingga ke Sungai Nil. “Mereka berhasil mengejar kita!” teriak para sahabat uskup. Tetapi, Atanasius sama sekali tidak khawatir. “Putar balik perahu kita,” katanya tenang, “mari menyongsong mereka.” Para prajurit di perahu yang lain berteriak, “Apakah kalian melihat Atanasius?” Jawab mereka: “Kalian tidak jauh darinya!” Perahu musuh melaju sekencang-kencangnya dan Atanasius pun selamatlah.
Umat di Alexandria mengasihi uskup agung mereka yang baik hati itu. Ia seperti seorang bapa bagi mereka. Sementara tahun-tahun berlalu, mereka menghargainya lebih dan lebih lagi, betapa banyak ia telah menderita bagi Yesus dan Gereja. Umatlah yang mengatur serta mengusahakan agar ia dapat hidup dengan tenang. Ia menghabiskan tujuh tahun terakhir hidupnya dengan tenang bersama mereka. Para musuh tetap mengejarnya, namun tak pernah dapat menemukanya. Selama masa itu, St. Atanasius menulis tentang Riwayat Hidup St. Antonius Pertapa. Antonius telah menjadi sahabat dekatnya sejak Atanasius masih muda. St. Atanasius wafat dalam damai pada tanggal 2 Mei 373. Ia tetap menjadi salah seorang santo terbesar dan tergagah sepanjang masa.
Tantangan apakah yang aku hadapi sebagai seorang Kristen pada masa sekarang? Dengarkanlah kata-kata Yesus: “Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal ... Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada. (Yoh 14:2-3)
3 Mei
|
S. Filipus & S. Yakobus
|
|
|
St. Filipus
|
St. Yakobus Alfeus
|
Kedua orang kudus ini termasuk dalam kedua belas rasul Yesus. Filipus merupakan salah seorang dari para rasul-Nya yang pertama. Ia dilahirkan di Betsaida, di wilayah Galilea. Tuhan Yesus bertemu dengannya dan berkata, “Ikutlah Aku!” Filipus sangat bersukacita bersama Yesus. Ia ingin membagikan sukacitanya itu kepada sahabatnya, Natanael. “Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi,” kata Filipus, “yaitu Yesus dari Nazaret.” Natanael tidak ikut bergembira. Nazaret hanyalah sebuah kota kecil, dan bukannya suatu kota besar dan penting seperti Yerusalem. Jadi, kata Natanael, “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” Tetapi, Filipus tidak marah mendengar jawaban sahabatnya itu. Ia hanya mengatakan, “Mari dan lihatlah!” Natanael pergi menjumpai Yesus. Setelah berbicara dengan-Nya, Natanael juga menjadi seorang pengikut Kristus yang setia.
St. Yakobus adalah putera Alfeus dan saudara sepupu Yesus. Setelah kenaikan Yesus ke surga, Yakobus menjadi Uskup Yerusalem. Orang banyak sangat menghormatinya dan memberinya julukan “Yakobus si Adil,” yang berarti “Yakobus yang Kudus.” Ia juga dijuluki “Yakobus Muda,” karena ia lebih muda dari seorang rasul lainnya yang juga bernama Yakobus. Yakobus yang lain itu dijuluki “Yakobus Tua” karena ia lebih tua usianya.
St. Yakobus seorang yang lemah lembut dan pemaaf. Ia menghabiskan banyak waktunya untuk berdoa. Terus-menerus ia memohon kepada Tuhan untuk mengampuni mereka yang menganiaya para pengikut Kristus. Bahkan ketika para penganiaya umat Kristen menjatuhkan hukuman mati atasnya, Yakobus memohonkan ampun bagi mereka kepada Tuhan. St. Yakobus wafat sebagai martir pada tahun 62.
Bagaimana jika aku menjadi seorang rasul Kristus pada masa sekarang? Maukah aku mewartakan Kabar Gembira akan apa yang aku dapatkan dari iman kepada Yesus?
4 Mei
|
B. Marie-Leonie Paradis
|
Elodie Paradis dilahirkan di desa L'Acadie di Quebec, Canada pada tanggal 12 Mei 1840. Orangtuanya miskin, namun mereka adalah orang-orang Katolik yang saleh. Mereka mencintai gadis kecil mereka. Ketika Elodie berusia sembilan tahun, orangtuanya memutuskan untuk mengirimkannya ke sebuah sekolah asrama. Mereka menginginkan puteri mereka mendapatkan pendidikan yang baik. Suster-suster Notre Dame dengan hangat menyambut murid baru mereka. Elodi senang tinggal di asrama, meski ia dan keluarganya sungguh saling merindukan satu sama lain.
Bapak Paradis bekerja keras mengusahakan penggilingan. Tetapi masa-masa itu sungguh sulit dan penggilingan tidak memberikan hasil yang cukup untuk menopang hidup isteri dan anak-anaknya. Ia mendengar kabar-kabar yang menjanjikan mengenai penambangan emas di California. Pak Paradis begitu putus asa dengan usahanya hingga ia memutuskan untuk pergi juga. Di California, ia tidak mendapatkan kekayaan seperti yang ia harapkan. Sebab itu ia kembali ke L'Acadie, dan sungguh tergoncang hatinya mendapati puterinya telah masuk biara. Elodie menggabungkan diri dalam Kongregasi Salib Suci pada tanggal 21 Februari 1854. Ayahnya segera menyusul ke biara. Ia memohon dengan sangat kepada puterinya untuk pulang ke rumah, tetapi puterinya memilih untuk tinggal. Pada akhirnya, ayahnya dapat menerima. Elodie mengucapkan kaulnya pada tahun 1857.
Elodie yang mengambil nama biara Marie-Leonie mengajar di sekolah-sekolah di berbagai kota. Ia berdoa dan melewakan hari-harinya dengan penuh sukacita. Sementara hari-hari berlalu, Sr Marie-Leonie dibimbing oleh Yesus untuk memulai sebuah ordo religius baru dalam Gereja. Suster-suster Kecil dari Keluarga Kudus dimulai pada tahun 1880. Para suster yang penuh kasih ini membaktikan diri pada pelayanan bagi para klerus. Suster-suster Kecil dari Keluarga Kudus sekarang telah memiliki enampuluh tujuh biara yang tersebar di Canada, Amerika Serikat, Roma dan Honduras.
Moeder Marie-Leonie terus berkarya hingga jam-jam terakhir hidupnya. Ia senantiasa rapuh dan kerap jatuh sakit. Namun demikian ia tidak pernah berhenti melayani umat Allah. Ia menuliskan koreksi-koreksi terakhir pada halaman-halaman buku peraturan hidup yang ditulisnya. Ia telah mengirimkannya ke percetakan. Buku tersebut akan memberikan bimbingan yang diperlukan para susternya. Hari itu hari Jumat, 3 Mei 1912, ketika Moeder Marie-Leonie mengatakan bahwa ia amat lelah. Ia berbaring untuk beristirahat dan wafat beberapa jam kemudian. Usianya tujuhpuluh satu tahun.
Terkadang kita takut akan masa depan kita. Kiranya sabda Yesus menghibur dan memberi kita pengharapan, “Jangan takut, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”
5 Mei
|
S. Yudit dari Prussia
|
St Yudit hidup pada abad ketigabelas. Ia dilahirkan di Thuringia, sekarang terletak di Jerman tengah. Ia ingin mengamalkan hidupnya seturut teladan St Elizabeth dari Hungaria yang dimaklumkan kudus pada tahun 1235. Pada masa Yudit, banyak perempuan Kristiani terinspirasi oleh teladan hidup St Elizabeth.
Ketika usianya limabelas tahun, Yudit dinikahkan dengan seorang pemuda bangsawan yang kaya. Yudit berusaha menjadi seorang isteri Kristiani yang baik. Ia teristimewa murah hati kepada orang-orang miskin. Suaminya seorang yang baik, tetapi ia puas dengan gaya hidup orang berada. Ia mengharapkan isterinya berdandan dan bergaya hidup seperti seorang perempuan kaya pada umumnya. Ia beranggapan bahwa penampilan akan mengundang rasa hormat orang. Tetapi Yudit dengan lemah lembut membujuknya untuk berdandan dan bergaya hidup lebih bersahaja. Dengan demikian, mereka akan memiliki lebih banyak untuk diberikan kepada orang-orang yang kurang beruntung.
Sekonyong-konyong suami Yudit meninggal dunia dalam perjalanan ziarah ke Tanah Suci. Janda muda ini harus membesarkan anak-anaknya seorang diri. Ketika anak-anak telah dewasa, Yudit mendengarkan kerinduan yang ada dalam hatinya semenjak hari-hari bahagia hidupnya, hari-hari sibuknya. Ia meninggalkan segalanya dan hidup sebagai seorang pertapa. Ia pindah ke Prussia di mana orang tidak mengenalinya berasal dari keluarga kaya. Di sana ia melewatkan hari-harinya dalam doa dan merawat para pengelana yang lelah capai yang lewat di depan gubuk kecilnya. Ia berdoa teristimewa demi pertobatan mereka yang belum percaya. Ia berdoa juga bagi mereka yang baru dibaptis Kristen agar tetap setia pada iman.
“Tiga hal dapat menghantar kita semakin dekat pada Tuhan,” begitu katanya suatu ketika. “Ketiga hal itu adalah penderitaan jasmani, terpencil di suatu tanah asing, dan memilih hidup miskin sebab kasih kepada Tuhan.” St Yudit wafat akibat serangan demam pada tahun 1260.
Marilah kita berdoa memohon rahmat agar pandangan kita senantiasa terarah pada Tuhan.
6 Mei
|
B. Francois de Montmorency Laval
|
Beato Francois adalah uskup pertama Quebec City, Canada. Ia dilahirkan pada tahun 1623 di sebuah kota kecil di Perancis. Ia mendapatkan pendidikan Katolik yang baik. Ia melanjutkan belajar di Yesuit dan lalu pergi ke Paris guna menyelesaikan persiapannya ke jenjang imamat. Pada bulan Mei 1647 Francois ditahbiskan sebagai imam dan pada tanggal 8 Desember 1658 ditahbiskan sebagai uskup. Pada tahun 1659 ia tiba di New France.
Uskup Laval memiliki semangat misioner yang tinggi. Terlebih lagi, ia memiliki keberanian untuk memikul tugas tanggung jawab yang berat. Ia dipercaya untuk mengorganisir Gereja di Canada yang masih merupakan daerah misi. Uskup Laval meminta para misionaris Yesuit untuk melayani penduduk setempat. Ia membentuk paroki-paroki baru bagi umat Katolik yang berbahasa Perancis. Pada tahun 1663, ia mendirikan seminari di Quebec. Ini merupakan langkah yang amat penting mengingat seminari yang baik diperlukan untuk mendidik calon-calon imam bagi umat Allah.
Uskup Laval mengasihi umatnya di wilayahnya yang amat luas. Ia seorang uskup yang penuh perhatian dan hidup dalam doa. Salibnya yang teristimewa adalah campur-tangan terus-menerus dari otoritas sipil. Ia khususnya berbicara lantang mengenai pengaruh buruk perdagangan minuman keras.
Pada tahun 1688, ia pensiun dan digantikan oleh Uskup de Saint-Vallier. Uskup Laval membaktikan duapuluh tahun terakhir hidupnya dalam karya-karya belas kasih dan pelayanan rohani. Ia wafat paa tahun 1708. Para peziarah datang berdoa di makamnya dan banyak mukjizat dilaporkan terjadi. Paus Yohanes Paulus II memaklumkan Uskup Laval sebagai “beato” pada tanggal 22 Juni 1980.
Marilah kita berdoa bagi segenap misionaris di seluruh dunia agar mereka mendapati penghiburan dan keberanian dalam Tuhan Yesus.
7 Mei
|
B. Rosa Venerini
|
Beata Rosa dilahirkan di Viterbo, Italia, pada tahun 1656. Ayahnya seorang dokter. Ia masuk biara, tetapi setelah beberapa bulan memutuskan untuk pulang ke rumah. Ayahnya meninggal dunia dan ia merasa bertanggung jawab untuk merawat ibunya yang janda.
Rose, yang memilih untuk tetap hidup selibat, mengenali kemampuan dirinya dalam memimpin. Ia mengumpulkan perempuan-perempuan muda di sekitarnya. Mereka berdoa rosario bersama di sore hari. Sementara mereka saling mengenal satu sama lain, Rosa menjadi sadar akan betapa sedikitnya yang diketahui kaum muda mengenai iman mereka. Pada tahun 1685, Rosa dengan dibantu dua orang teman membuka sebuah sekolah gratis untuk para gadis. Para orangtua yang mengirimkan puteri mereka ke sana amat puas dengan mutu dan lingkungan pendidikan. Rosa adalah seorang pendidik yang berbakat. Lebih dari itu, ia dapat mendidik yang lain untuk mengajar. Pada tahun 1692, Kardinal Barbarigo mengundang Rosa ke keuskupannya. Beliau menghendaki Rosa mengorganisir sekolah-sekolah dan melatih para guru. Dalam keuskupan inilah Rosa menjadi guru dan sahabat dari seorang yang kelak menjadi seorang santa. Di adalah St. Lucia Filippini yang memulai suatu ordo religius. St. Lucy Filippini dimaklumkan kudus pada tahun 1930.
Rosa mengorganisir sekolah-sekolah di berbagai tempat. Sebagian orang tidak suka akan apa yang dilakukannya dan mengganggu Rosa dan para gurunya. Tetapi para guru yakin teguh pada keyakinan mereka akan nilai pendidikan. Rosa bahkan membuka sebuah sekolah di Roma pada tahun 1713. Paus Klemens XI mengucapkan selamat kepada Rosa sebab telah mendirikan sekolah yang begitu mengagumkan.
Guru yang berdedikasi tinggi ini wafat di Roma pada tanggal 7 Mei 1728 dalam usia tujuhpuluh dua tahun. Setelah ia wafat, para guru awamnya menjadi biarawati religius. Para biarawati Venerini melanjutkan karya pelayanan mereka dalam mengajar sebagaimana dilakukan Rosa. Rosa Venerini dimaklumkan “beata” oleh Paus Pius XII pada tahun 1952.
Dalam doa kita pada hari ini, baiklah kita mengenangkan segenap mereka yang berprofesi guru agar kiranya mereka dapat memberikan teladan pelayanan dan dedikasi kepada para murid.
8 Mei
|
B. Katarina dari St. Agustinus
|
Katarina dilahirkan pada tanggal 3 Mei 1632 di sebuah desa kecil di Perancis. Ia dibaptis pada hari itu juga. Keluarga Katarina adalah keluarga Katolik yang saleh. Kakek dan neneknya memberikan teladan terutama dalam ketulusan mereka merawat orang-orang miskin. Katarina menyaksikan dengan mata terbelalak sementara neneknya mengajak seorang pengemis cacat masuk ke dalam rumah mereka. Neneknya itu mempersilakan sang pengemis mandi, memberinya pakaian bersih serta menyediakan hidangan lezat. Ketika Katarina dan kakek neneknya duduk bersama sekeliling perapian malam itu, mereka mendaraskan doa Bapa Kami keras-keras. Mereka mengucap syukur kepada Tuhan atas segala berkat-Nya.
Karena tidak tersedia rumah sakit di kota mereka yang kecil, orang-orang sakit dirawat hingga sembuh kembali di rumah kakek nenek Katarina. Katarina mulai menyadari bahwa penyakit dan penderitaan membutuhkan kesabaran. Ia masih seorang gadis kecil, tetapi ia berdoa mohon pada Yesus agar mengurangi penderitaan orang-orang. Ketika masih gadis belia, Katarina bergabung dalam ordo baru Biarawati Santo Agustinus. Mereka merawat orang-orang sakit di rumah sakit. Suster Katarina menerima jubahnya pada tanggal 24 Oktober 1646. Pada hari yang sama, kakak perempuannya mengucapkan kaulnya. Pada tahun 1648, Sr Katarina mendengar para imam misionaris meminta para biarawati untuk datang ke Perancis Baru atau Kanada, yang merupakan daerah misi. Saudari Katarina dipilih sebagai salah seorang dari para biarawati pertama dari ordo mereka yang akan pergi sebagai misionaris ke Kanada. Sr Katarina belum genap enambelas tahun usianya, tetapi ia mohon dengan sangat agar diperkenankan ikut serta. Sr Katarina mengucapkan kaulnya pada tanggal 4 Mei 1648. Keesokan harinya ia berlayar ke Kanada, yaitu sehari sebelum ulang tahunnya yang keenambelas.
Perjuangan hidup terasa berat di Quebec, Kanada. Sr Katarina mengasihi masyarakat di sana. Orang-orang Indian sangat berterimakasih atas sikapnya yang riang gembira. Ia memasak dan merawat mereka yang sakit di rumah sakit ordo mereka yang miskin. Tetapi, Sr Katarina merasa takut juga. Orang-orang Indian dari suku Iroquois membantai orang serta membakar desa-desa. Katarina berdoa kepada St. Yohanes Brebeuf, salah seorang dari para imam Yesuit yang belum lama dibunuh oleh suku Iroquois pada tahun 1649. Ia berdoa mohon bantuan St. Brebeuf agar ia setia pada panggilannya. Sr Katarina mendengarnya berbicara dalam hatinya, memintanya untuk tetap tinggal. Sementara itu, makanan mulai sulit didapat dan musim dingin luarbiasa menggigit. Sebagian dari para biarawati tidak tahan menghadapi kehidupan yang keras itu, ditambah lagi rasa takut yang terus-menerus karena ancaman maut. Sayang sekali, mereka kembali ke Perancis. Sr Katarina juga takut. Kadang-kadang ia merasa sungguh sulit berdoa. Dan sementara ia tersenyum kepada semua orang yang ia rawat dengan penuh kasih sayang di bangsal-bangsal rumah sakit, ia merasa sedih. Pada saat itulah, ketika segalanya tampak gelap baginya, ia mengucapkan janji untuk tidak pernah meninggalkan Kanada. Ia berjanji untuk tetap tinggal, melakukan karya belas kasihannya hingga akhir hayat. Saat mengucapkan janjinya, Katarina baru berusia duapuluh dua tahun.
Meskipun orang harus dengan usaha keras merintis kehidupan di koloni Perancis itu, banyak juga pendatang. Gereja berkembang. Tuhan memberkati daerah baru tersebut dengan lebih banyak misionaris. Pada tahun 1665, Sr Katarina menjadi pembimbing novis dalam komunitasnya. Ia tetap membaktikan dirinya dalam doa dan pelayanan rumah sakit hingga akhir hidupnya. Sr Maria Katarina dari St. Agustinus wafat pada tanggal 8 Mei 1668. Usianya tiga puluh enam tahun. Ia dinyatakan sebagai “beata” oleh Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1989.
Yesus tidak pernah menjanjikan kita hidup yang enak dan tanpa derita. Tetapi, sungguh Ia berjanji untuk menyertai kita senantiasa. Kita berdoa agar kita boleh belajar untuk mengandalkan hidup kita sepenuhnya pada-Nya.
9 Mei
|
B. Nicholas Albergati
|
Beato Nicholas dilahirkan di Bologna, Italia. Keluarganya mampu menyekolahkannya ke universitas di mana ia mulai belajar hukum. Tetapi, setelah beberapa tahun, Nicholas memutuskan untuk tidak menjadi seorang pengacara. Di usianya yang keduapuluh, ia menggabungkan diri dengan Ordo Carthusian. Paa tahun 1417, biarawan Carthusian ini dipilih menjadi uskup di keuskupan asalnya. Nicholas sama sekali tidak mengharapkan hal ini. Ia bahkan tak dapat percaya bahwa itu adalah kehendak Allah. Tetapi, para superior berhasil meyakinkannya.
Umat menyayangi Uskup Nicholas. Ia tinggal di sebuah rumah kecil yang sederhana. Ia sendiri pun hidup bersahaja. Ia mulai mengunjungi umat di keuskupannya. Pertama-tama, ia pergi kepada keluarga-keluarga yang paling miskin. Ia berbincang dengan mereka dan membantu mereka dalam kebutuhan-kebutuhan mereka. Ia memberkati rumah-rumah mereka. Umat amat bersyukur dan berterimakasih.
Pada tahun 1426, Uskup Nicholas diangkat menjadi kardinal. Ia dikenal bijaksana dan memiliki kehidupan rohani yang mendalam. Dua orang paus, Paus Martin V dan Paus Eugene IV, meminta nasehatnya mengenai masalah-masalah penting Gereja. Beato Nicholas juga mendorong umat untuk selalu belajar. Ia sendiri menulis beberapa buah buku. Kardinal Nicholas wafat, sementara ia dalam suatu kunjungan ke Siena, Italia. Paus Eugene IV menginstruksikan agar jenazahnya dibawa kembali ke Bologna. Bapa Suci sendiri ikut ambil bagian dalam Misa Pemakaman dan menghantarnya ke liang lahat. Beato Nicholas wafat pada tahun 1443.
Pada hari ini kita diundang untuk merefleksikan secara lebih mendalam bagaimana Tuhan menghendaki kita melewatkan hidup kita. Adakah kita mengamalkan hidup yang berpusat pada Tuhan? Jika demikian, marilah kita mengangkat pujian dan memuliakan nama-Nya.
10 Mei
|
S. Damianus de Veuster
|
Yoseph "Jeff" de Veuster dilahirkan pada tahun 1840, putera seorang petani Belgia. Jeff dan saudara laki-lakinya, Pamphile, masuk Kongregasi Hati Kudus Yesus. Para misionaris Hati Kudus Yesus berkarya demi iman Katolik di kepulauan Hawaii. Jeff memilih nama “Damianus”. Broeder Damianus seorang yang tinggi dan gagah. Tahun-tahun yang dilewatkannya dengan bekerja di pertanian keluarga telah menjadikan tubuhnya sehat dan kuat. Semua orang sayang padanya, sebab ia baik serta murah hati.
Hawaii membutuhkan lebih banyak misionaris berkarya di sana. Jadi, pada tahun 1863, serombongan imam serta broeder Hati Kudus Yesus dipilih untuk diutus ke sana. Pamphile, saudara Damianus, termasuk salah seorang di antara mereka. Beberapa saat menjelang keberangkatan, Pamphile terserang demam typhoid. Ia tidak lagi dapat dipertimbangkan untuk diberangkatkan ke daerah misi. Broeder Damianus, yang saat itu masih dalam pendidikan untuk menjadi imam, mohon agar diijinkan menggantikan tempatnya. Imam kepala mengabulkan permohonannya. Broeder Damianus pulang ke rumah untuk mengucapkan selamat tinggal kepada keluarganya. Kemudian ia menumpang kapal dari Belgia ke Hawaii, suatu perjalanan yang memakan waktu delapan belas minggu lamanya. Damianus menyelesaikan pendidikannya dan ditahbiskan sebagai imam di Hawaii. Ia berkarya selama delapan tahun di tengah umatnya di tiga daerah. Ia melakukan perjalanan dengan menunggang kuda atau dengan kano (= semacam sampan).
Umat menyayangi imam yang berperawakan tinggi dan murah hati ini. Damianus melihat bahwa umatnya senang ikut ambil bagian dalam Misa dan ibadat. Ia menggunakan sedikit uang yang berhasil dikumpulkannya untuk membangun kapel. Ia sendiri bersama umat paroki setempat membangun kapel mereka.
Bagian paling mengagumkan dalam hidup Damianus akan segera dimulai. Uskup meminta seorang imam sukarelawan untuk pergi ke pulau Molokai. Nama itu membuat orang bergidik ketakutan. Mereka tahu bahwa bagian dari pulau itu yang disebut Kalawao merupakan “kuburan hidup” bagi orang-orang kusta. Tidak banyak yang diketahui tentang penyakit kusta dan rasa ngeri terjangkiti kusta menyebabkan para penderitanya dikucilkan. Banyak di antara mereka yang hidup putus asa. Tidak ada imam, tidak ada penegak hukum di Molokai, tidak ada fasilitas kesehatan. Pemerintah Hawaii mengirimkan makanan serta obat-obatan, tetapi jumlahnya tidak mencukupi. Lagi pula tidak ada sarana yang dikoordinir untuk membagikan barang-barang tersebut.
Pater Damianus pergi ke Molokai. Ia terguncang melihat kemelaratan, korupsi serta keputusasaan di sana. Walau demikian, ia bertekad bahwa baginya tidak ada kata menyerah. Penduduk Molokai sungguh amat membutuhkan pertolongan. Pater Damianus pergi ke Honolulu guna berhadapan dengan anggota majelis kesehatan. Mereka mengatakan bahwa Pater Damianus tidak diijinkan pulang pergi ke Molokai demi alasan bahaya penularan kusta. Alasan sesungguhnya adalah bahwa mereka tidak menghendaki kehadirannya di Molokai. Ia akan menimbulkan banyak masalah bagi mereka. Jadi, Pater Damianus harus menetapkan pilihan: jika ia kembali ke Molokai, ia tidak akan pernah dapat meninggalkan tempat itu lagi. Para majelis kesehatan itu rupanya belum mengenal Pater Damianus. Ia memilih untuk tinggal di Molokai!
Pater Damianus berkarya delapan belas tahun lamanya hingga wafatnya di Molokai. Dengan bantuan para penderita kusta dan para sukarelawan, Molokai mulai berubah. Kata Molokai mempunyai arti yang sama sekali baru. Pulau Molokai menjadi pulau cinta kasih Kristiani. Lama kelamaan, Pater Damianus juga terjangkit penyakit kusta. Ia wafat pada tangal 15 April 1889 dalam usia empatpuluh sembilan tahun dan dimakamkan di sana. Juni 1995 ia dimaklumkan “beato” oleh Paus Yohanes Paulus II dan Oktober 2009 dimaklumkan “santo” oleh Paus Benediktus XVI .
Santo Damianus menunjukkan keberanian dan kemurahan hati yang luar biasa hingga rela mengorbankan hidupnya. Bagaimanakah kesaksianku sebagai seorang Kristen? Sudahkah aku membagikan kasih dan pertolongan kepada orang-orang di sekitarku?
10 Mei
|
S. Antoninus
|
St. Antoninus hidup pada abad kelima belas. Sejak kecil ia telah menunjukkan bahwa ia memiliki kehendak baik serta kemauan keras. Menurut cerita, ketika usianya lima belas tahun, ia mohon diijinkan masuk biara Dominikan. Ia tampak muda dan kecil. Bapa Prior (pemimpin biara) berpikir sejenak dan kemudian berkata, “Aku akan menerimamu apabila kamu telah hapal `Dekret Gratia' di luar kepala. `Dekret Gratia' adalah sebuah buku yang tebalnya beberapa ratus halaman. Jadi, dengan kata lain, prior mengatakan “tidak” kepada Antoninus.
Tetapi, Antoninus menerima tantangan itu. Satu tahun kemudian dia kembali. Sulit dibayangkan betapa terperanjatnya Bapa Prior ketika mengetahui bahwa Antoninus telah menghafalkan seluruh dekret! Tak diragukan lagi, seketika itu juga ia diterima. (Namun demikian, bukanlah kemampuannya menghafal yang mengubah pikiran Prior, melainkan karena ia telah membuktikan kesungguhannya dalam menjawab panggilan hidupnya).
Meskipun usianya baru enam belas tahun, Antoninus terus mengejutkan banyak orang dengan cara hidupnya di biara. Sementara ia semakin dewasa, jabatan-jabatan penting silih berganti dipercayakan kepadanya. Antoninus menanamkan pengaruh yang baik kepada para rekan biarawan Dominikan. Mereka mengasihi serta menghormatinya. Hal ini terlihat nyata dalam hidup Beato Antonius Neyrot yang pestanya kita rayakan pada tanggal 10 April.
Pada bulan Maret 1446, Antoninus ditahbiskan sebagai Uskup Agung Florence, Italia. “Bapa kaum miskin” adalah julukan yang diberikan orang kepadanya. Tidak pernah ia menolak untuk memberikan pertolongan kepada siapa pun. Apabila ia tidak lagi mempunyai uang, ia akan memberikan pakaiannya, sepatunya, perabotannya atau satu-satunya keledainya. Berulang kali keledainya itu dijualnya untuk menolong orang lain. Dan berulang kali pula keledai itu ditebus oleh orang-orang kaya dan dikembalikan padanya. Tentu saja, ia akan menjualnya lagi untuk menolong orang-orang yang lain lagi! Seringkali St. Antoninus mengatakan, “Seorang penerus para rasul hendaknya tidak memiliki apa pun kecuali kekayaan kebajikan.” St. Antoninus wafat pada tahun 1459. Ia dinyatakan kudus pada tahun 1523.
“Seorang penerus para rasul hendaknya tidak memiliki apa pun kecuali kekayaan kebajikan.” ~ St. Antoninus
11 Mei
|
S. Ignasius dari Laconi
|
Ignasius adalah putera seorang petani miskin di Laconi, Italia. Ia dilahirkan pada tanggal 17 Desember 1701. Ketika usianya sekitar tujuh belas tahun, ia sakit parah. Ia berjanji, apabila ia sembuh kembali, ia akan menjadi seorang Fransiskan. Tetapi, ketika ia sungguh sembuh dari sakitnya, ayahnya meyakinkannya untuk menunda janjinya itu. Beberapa tahun kemudian, Ignasius nyaris tewas ketika ia kehilangan kendali atas kudanya. Namun, sekonyong-konyong, kuda itu berhenti berlari dan berderap dengan tenang. Ignasius yakin bahwa Tuhan telah menyelamatkan nyawanya. Ia bertekad untuk segera mengikuti panggilan hidup religiusnya.
Broeder Ignasius tidak pernah menduduki jabatan penting dalam Ordo Fransiskan. Selama lima belas tahun ia bekerja di bangsal anyaman. Kemudian, selama empat puluh tahun lamanya, ia termasuk dalam kelompok biarawan yang pergi meminta sedekah dari satu rumah ke rumah lainnya. Mereka menerima makanan dan derma demi kepentingan biara. Ignasius mengunjungi keluarga-keluarga serta menerima derma mereka. Orang banyak segera menyadari bahwa mereka menerima suatu pemberian pula sebagai balasannya. Broeder Ignasius menghibur mereka yang sakit dan menggembirakan hati mereka yang kesepian. Ia mendamaikan orang-orang yang bermusuhan, mempertobatkan mereka yang keras hati karena dosa, dan juga memberikan nasehat bagi mereka yang ditimpa masalah. Orang banyak mulai menanti-nantikan kunjungannya.
Namun demikian, Broeder Ignasius mengalami saat-saat sulit pula. Kadang-kadang pintu dibanting di mukanya, juga seringkali cuaca buruk menghambat langkahnya. Selalu, bermil-mil jauhnya jarak yang harus ditempuhnya dengan berjalan kaki. Tetapi, Igansius seorang yang penuh pengabdian.
Orang mulai memperhatikan bahwa Ignasius biasa melewatkan suatu rumah tertentu. Pemilik rumah itu adalah seorang lintah darat yang kaya. Ia memaksa orang-orang miskin membayar hutangnya jauh melebihi kemampuan mereka. Lintah darat ini merasa terhina karena Ignasius tidak pernah mengunjungi rumahnya untuk meminta sedekah. Ia melaporkan Broeder Ignatius kepada pemimpin biara. Bapa Prior, yang tidak mengetahui masalah ini, mengutus Ignasius ke rumahnya. Ignasius tidak mengatakan sesuatu pun; ia melakukan seperti yang diperintahkan kepadanya dan kembali dengan satu karung besar makanan. Pada saat itulah Tuhan mengadakan mukjizat. Ketika karung itu dibongkar, darah mulai menetes. “Inilah darah kaum miskin,” kata Ignatius perlahan, “Oleh sebab itulah saya tidak pernah meminta sedekah dari rumah itu.” Kemudian, para rahib pun mulai berdoa demi bertobatnya sang lintah darat.
Broeder Ignatius wafat dalam usia delapan puluh tahun pada tanggal 11 Mei 1781. Ia dinyatakan kudus oleh Paus Pius XII pada tahun 1951.
Santo Ignasius menunjukkan kepada kita bahwa pemberian terindah yang dapat kita bagikan kepada orang lain adalah teladan kebajikan. Pesan apakah yang disampaikan teladan hidupku kepada sesama?
12 Mei
|
S. Nereus, S. Akhilleus dan S. Pankrasius
|
|
|
S. Nereus, S. Akhilleus
|
S. Pankrasius
|
Nereus dan Akhilleus adalah prajurit Romawi yang meninggal sekitar tahun 304. Mereka kemungkinan adalah para pengawal Praetorian di bawah Kaisar Trajan. Kita mengetahui hanya sedikit saja mengenai mereka. Tetapi, apa yang kita ketahui berasal dari dua orang paus yang hidup pada abad keempat, Paus Siricius dan Paus Damasus. Pada tahun 398, Paus Siricius mendirikan sebuah gereja di Roma demi menghormati mereka. Paus Damasus menuliskan sebuah catatan pujian bagi kedua martir ini. Beliau menjelaskan bahwa Nereus dan Akhilleus dipertobatkan kepada iman Kristiani. Mereka meninggalkan senjata mereka untuk selamanya. Mereka adalah para pengikut Kristus yang sejati bahkan hingga menyerahkan nyawa. Nereus dan Akhilleus dibuang dalam pengasingan ke pulau Terracina. Di sana mereka dipenggal kepalanya. Pada abad keenam, sebuah gereja kedua dibangun di bagian lain Roma demi menghormati kedua martir ini.
S. Pankrasius, seorang yatim piatu berusia empatbelas tahun, hidup pada masa yang sama. Kemungkinan besar ia dimartir pada hari yang sama. Pankrasius bukanlah seorang penduduk asli Roma. Ia dibawa ke sana oleh pamannya yang mengasuhnya. Pankrasius menjadi seorang pengikut Kristus dan dibaptis. Meski masih seorang remaja, ia ditangkap karena menjadi seorang Kristiani. Pankrasius menolak untuk menyangkal imannya. Karena itu, ia dijatuhi hukuman mati. Pankrasius dihukum pancung. Ia menjadi seorang martir yang sangat populer pada masa Gereja perdana. Orang mengaguminya oleh sebab ia begitu muda namun begitu berani. Pada tahun 514, sebuah gereja besar dibangun di Roma demi menghormatinya. Pada tahun 596, seorang misionaris terkenal, St Agustinus dari Canterbury, membawa iman Kristiani ke Inggris. Ia menamai gereja pertamanya dengan nama St Pankrasius.
Dengan bantuan doa dari ketiga santo ini, kiranya kita dapat sepenuhnya memahami apa artinya menjadi warga Gereja.
13 Mei
|
S. Andreas Fournet
|
St. Andreas Fournet dilahirkan pada tanggal 6 Desember 1752. Ia berasal dari Maille, sebuah kota kecil dekat Poitiers, Perancis. Kedua orangtuanya amat saleh. Ibu Fournet sangat mendambakan agar puteranya kelak menjadi seorang imam. Andreas kecil tidak terlalu peduli dengan keinginan ibunya itu. Suatu kali ia berkata, “Aku seorang anak yang baik, tetapi, tetap saja aku tidak mau menjadi seorang imam atau pun rahib.”
Ketika dewasa, Andreas pergi ke Poitiers untuk belajar di perguruan tinggi. Tetapi, hal itu tidak berlangsung lama. Ia terlalu banyak bersenang-senang. Ibunya menyusul dan mendapatkan pekerjaan-pekerjaan baik untuknya. Tetapi semuanya gagal. Ibunya sangat bingung. Hanya tinggal satu kesempatan yang ada. Ibunya berbicara kepada Andreas agar untuk sementara waktu ia tinggal bersama pamannya, seorang imam. Paroki di mana pamannya bertugas adalah paroki yang miskin, tetapi pamannya seorang yang kudus. Di luar dugaan, Andreas setuju. Itulah saat “Tuhan bertindak.”
Pamannya mengenali sifat-sifat baik dalam diri Andreas. Teladan hidup pamannya telah menyulut sesuatu dalam dirinya sehingga ia merasa tenang. Andreas mulai belajar dengan tekun untuk mengejar ketinggalannya. Kemudian, ia ditahbiskan sebagai imam dan ditugaskan di paroki pamannya. Pada tahun 1781, ia dipindahkan ke paroki kota asalnya di Maille. Ibunya amat bahagia. Andreas menjadi seorang imam yang penuh belas kasih dan tekun berdoa.
Ketika pecah Revolusi Perancis, St. Andreas menolak untuk bersumpah menentang Gereja. Oleh karena itu, ia menjadi buron. Pada tahun 1792, ia terpaksa melarikan diri ke Spanyol. Di sana ia tinggal selama lima tahun. Tetapi, ia khawatir akan umatnya dan kembali lagi ke Perancis. Bahaya masih terus mengancamnya. Pastor Fournet dilindungi oleh umatnya. Beberapa kali ia nyaris tewas. Sementara itu, ia mendengarkan pengakuan dosa, merayakan Ekaristi, dan menerimakan Sakramen Terakhir.
Ketika pada akhirnya Gereja bebas kembali, St. Andreas keluar dari persembunyiannya. Ia senantiasa mendorong umatnya untuk mencintai serta melayani Tuhan. Salah seorang dari para wanita yang baik di sana, St. Elisabet Bichier des Ages, banyak memberikan bantuan kepadanya. Bersama-sama, mereka membentuk suatu ordo bagi para wanita yang diberi nama Kongregasi Puteri-puteri Salib.
St. Andreas wafat pada tanggal 13 Mei 1834, dalam usia delapan puluh dua tahun. Ia dinyatakan kudus oleh Paus Pius XI pada tanggal 4 Juni 1933.
Marilah senantiasa mohon kepada Tuhan agar Ia menyelesaikan segala karya baik yang telah dimulai-Nya dalam diri kita agar kita dapat hidup sebebasnya dan sepenuhnya.
14 Mei
|
S. Matias, Rasul
|
St. Matias adalah salah seorang dari ketujuh puluh dua murid Kristus. Ia menjadi pengikut Kristus sejak Kristus tampil di hadapan orang banyak. St. Petrus meminta keseratus dua puluh murid untuk bersekutu dalam doa guna memilih seorang rasul untuk menggantikan Yudas. Hal ini amatlah penting karena calon yang terpilih nantinya akan menduduki jabatan uskup, sama seperti para rasul lainnya. Petrus mengatakan bahwa calon haruslah orang yang senantiasa bersama Yesus sejak dari pembaptisan-Nya di Sungai Yordan hingga kebangkitan-Nya.
Bab pertama dalam Kisah Para Rasul mengisahkan bahwa para murid mengusulkan dua nama. Yang satu Matias, dan yang lain Yusuf, yang disebut juga Barsabas atau Yustus. Keduanya, baik Matias maupun Yusuf, amat dihormati oleh para pengikut Kristus. Jadi, sekarang mereka memiliki dua calon untuk menggantikan Yudas; padahal mereka hanya membutuhkan seorang saja. Jika demikian, apa yang harus dilakukan? Sederhana saja. Mereka berdoa dan membuang undi. Matias-lah yang terpilih.
St. Matias adalah seorang rasul yang amat baik. Ia mewartakan Kabar Gembira di wilayah Yudea. Kemudian, ia melanjutkan perjalanannya ke Cappadocia (sekarang Turki). Banyak orang mendengarkan Matias. Mereka percaya akan pesannya yang mengagumkan. Para musuh Kristus amat geram melihat orang banyak mendengarkan Matias. Mereka berusaha menghentikannya. Akhirnya, Matias wafat sebagai martir.
Kita dapat mohon bantuan St. Matias untuk “mewartakan kepada dunia bahwa Yesus dari Nazaret sungguh sudah bangkit.”
15 Mei
|
S. Isidorus si Petani
|
Orang kudus ini dilahirkan pada tahun 1070 di Madrid, Spanyol. Kedua orangtuanya amat saleh. Mereka memberi nama putera mereka: Isidorus, sesuai nama Uskup Agung Seville, Spanyol. Orangtua Isidorus ingin memberikan pendidikan terbaik bagi putera mereka, tetapi mereka tidak mampu. Mereka hanyalah petani penggarap. Putera mereka kelak juga akan melewatkan masa hidupnya dengan mata pencaharian yang sama.
Isidorus bekerja untuk Yohanes de Vargas, seorang tuan tanah yang kaya di Madrid. Ia bekerja untuk Tuan de Vargas sepanjang hidupnya. Isidorus menikah dengan seorang gadis yang baik dari keluarga yang miskin seperti keluarganya. Keduanya saling mengasihi. Mereka mempunyai seorang putera yang meninggal pada waktu masih bayi. Isidorus dan isterinya mempersembahkan kepada Yesus segala kepedihan dan duka mereka oleh karena kepergian putera mereka. Mereka percaya bahwa putera mereka telah berbahagia bersama Tuhan untuk selamanya.
Setiap hari, St. Isidorus memulai harinya dengan merayakan Misa. Kemudian, barulah ia pergi bekerja. Ia selalu bekerja giat, meski terkadang ia merasa kurang bersemangat. Ia membajak, dan menanam, serta berdoa. Ia berseru kepada Bunda Maria, para kudus dan juga malaikat pelindungnya. Mereka membantunya menjadikan hari-harinya yang biasa menjadi hari-hari yang istimewa, penuh sukacita. Dunia iman menjadi amat nyata bagi St. Isidorus, sama nyatanya dengan pertanian Tuan de Vargas. Apabila ia memperoleh hari libur, Isidorus berusaha melewatkan lebih banyak waktu untuk bersembah sujud kepada Yesus di gereja. Kadang-kadang, pada hari-hari libur, Isidorus bersama isterinya pergi mengunjungi beberapa paroki sekitar dalam suatu ziarah doa satu hari.
Suatu ketika, gereja paroki mengadakan pesta. Isidorus datang lebih awal dan masuk dalam gereja untuk berdoa. Ia datang terlambat ke balai paroki. Tetapi, ia tidak sendirian. Ia mengajak serta sekelompok pengemis juga. Umat menjadi kecewa. Bagaimana jika makanan yang tersedia tidak cukup untuk semua pengemis itu? Tetapi, semakin banyak mereka mengisi piring-piring mereka, semakin banyak makanan tersedia bagi semua yang hadir. Dengan lembut St. Isidorus berkata, “Akan senantiasa tersedia cukup makanan bagi orang-orang miskin milik Yesus.”
Cerita-cerita tentang keajaiban yang terjadi lewat petani kudus ini mulai tersiar. Isidorus sama sekali bukan seorang yang mementingkan diri sendiri. Ia seorang yang lemah lembut dan penuh belas kasih. Isidorus adalah salah seorang santo dari Spanyol yang paling populer. Ia wafat pada tanggal 15 Mei 1130. Pada bulan Maret 1622, Paus Gregorius XV mengumumkan kanonisasi atas lima orang kudus yang besar. Mereka adalah St. Ignatius dari Loyola, St. Fransiskus Xaverius, St. Theresia dari Avila, St. Filipus Neri dan St. Isidorus si Petani.
Senantiasa menjaga berkat-berkat yang diterimanya, menandai hidup St. Isidorus. Ia membiarkan imannya akan Yesus dan Gereja menyemangati seluruh hidupnya. Mungkin, kita dapat berusaha membagikan berkat-berkat yang kita terima, teristimewa kepada mereka yang miskin.
16 Mei
|
S. Ubaldus
|
St Ubaldus hidup pada abad keduabelas di Italia. Ia seorang anak yatim piatu yang dibesarkan oleh pamannya, seorang uskup. Ubaldus memperoleh pendidikan yang baik. Setelah tamat sekolah, meski berkesempatan untuk menikah, ia memilih menjadi seorang imam. Di kemudian hari, ia ditahbiskan sebagai Uskup Gubbio, tempat kelahirannya.
St Ubaldus terkenal karena kelamahlembutan dan kesabarannya. Suatu ketika, misalnya, seorang pekerja sedang memperbaiki tembok kota. Ia menyebabkan kebun anggur uskup rusak parah. Bapa uskup dengan halus menunjukkan kesalahannya. Tetapi, pekerja ini malahan berang. Mungkin saja ia bahkan tidak mengenali uskup. Ia mendorong bapa uskup begitu keras hingga uskup jatuh terjerembab ke dalam semen basah; sekujur tubuhnya berlumuran semen. Uskup bangkit, membersihkan diri dan masuk ke dalam rumahnya. Beberapa orang yang menyaksikan semua peristiwa ini menuntut agar sang pekerja dihadapkan ke pengadilan. Uskup Ubaldus muncul di depan pengadilan dan mendapatkan pembebasan bagi sang pekerja.
Uskup yang kudus ini cinta damai dan ia memiliki keberanian untuk mempertahankannya. Suatu kali, ketika penduduk Gubbio saling berkelahi di jalanan, uskup melemparkan diri di antara kedua masa yang sedang marah. Ia tampak tak takut akan kibasan pedang dan timpukan batu-batu. Sekonyong-konyong, uskup jatuh tergeletak di tanah. Seketika itu juga orang-orang berhenti berkelahi. Mereka menyangka bapa uskup tewas terbunuh. Tetapi Uskup Ubaldus bangkit. Ia memperlihatkan kepada mereka bahwa ia sama sekali tidak cedera. Penduduk bersyukur kepada Tuhan. Mereka berhenti berkelahi dan pulang ke umah.
Di lain waktu, Kaisar Frederick Barbarossa sedang dalam perjalanan untuk menyerang Gubbio. St Ubaldus tidak menanti kaisar beserta bala tentaranya tiba. Ia malahan datang menyongsong kaisar dan berbincang dengannya. Tak seorang pun tahu apa yang dikatakannya. Yang mereka tahu ialah bahwa bapa uskup berhasil meyakinkan kaisar untuk meninggalkan Gubbio.
Uskup Ubaldus menderita banyak penyakit fisik. Namun demikian, ia tidak pernah membicarakannya. Pada hari Minggu Paskah tahun 1160, ia bangkit untuk melayani Misa. Ia menyampaikan homili yang indah dan memberkati umatnya. Lalu, ia kembali tidur dan tak pernah dapat bangun kembali. Ia wafat pada tanggal 16 Mei 1160. Penduduk berbondong-bondong datang untuk menyampaikan hormat mereka. Mereka menangis dan berdoa memohon kiranya St Ubaldus memelihara mereka dari surga.
Terkadang, sungguh sulit mengampuni mereka yang bersalah kepada kita. Kita mendapatkan kasih karunia untuk melakukannya apabila kita terlebih lagi berpaling kepada Yesus dan memohon-Nya untuk membantu kita menjadi lemah lembut dan penuh pengampunan seperti-Nya.
17 Mei
|
S. Paskalis Baylon
|
Paskalis, seorang kudus dari Spanyol, dilahirkan pada tahun 1540. Sejak usia tujuh tahun, ia bekerja sebagai gembala. Ia tidak pernah punya kesempatan untuk bersekolah. Namun demikian, ia belajar sendiri membaca dan menulis. Ia bertanya kepada siapa saja yang ia jumpai untuk membantunya belajar. Ia belajar dengan giat, agar supaya ia dapat membaca buku-buku rohani. Ia membisikkan doa-doa sepanjang hari sementara ia menggembalakan dombanya.
Ketika berusia dua puluh empat tahun, bocah gembala itu menjadi seorang broeder Fransiskan. Teman-temannya suka padanya. Paskalis seorang yang mudah bergaul dan juga seorang yang lembut hati. Rekan biarawan memperhatikan bahwa seringkali ia mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang paling berat dan tidak menyenangkan. Paskalis melakukan mati raga, bahkan lebih keras dari yang ditetapkan dalam peraturan biara. Namun demikian, ia seorang yang senantiasa penuh sukacita. Dulu, ketika masih seorang gembala, ia merindukan berada di gereja untuk berdoa kepada Yesus; tetapi, tidak bisa. Sekarang, ia bisa. Jadi, ia sangat senang menemani Kristus dalam Sakramen Mahakudus. Ia juga diijinkan menjadi pelayan Misa.
Dua hal yang amat dicintai Paskalis adalah: Ekaristi Kudus dan Bunda Maria. Setiap hari Paskalis berdoa rosario dengan cinta yang amat besar. Ia juga menuliskan doa-doa yang indah kepada Bunda Surgawi kita.
St. Paskalis membuat sebuah buku kecil dari kertas-kertas buram. Dalam buku catatannya, ia menuliskan pemikiran-pemikirannya dan doa-doanya yang indah. Setelah ia wafat, pemimpin biaranya menunjukkan buku catatan Paskalis pada uskup agung setempat. Bapa Uskup membacanya dan berkata, “Jiwa-jiwa bersahaja ini telah mencuri surga dari kita!”
Paskalis wafat pada tahun 1592 dalam usia lima puluh dua tahun. Ia dinyatakan kudus oleh Paus Alexander VIII pada tahun 1690.
Bagaimana mempererat hubungan kita dengan Yesus dalam Ekaristi dan dengan Bunda Maria? Jawabannya mungkin merupakan ajakan bagi kita untuk mengunjungi Yesus dalam Sakramen Mahakudus secara istimewa dan mohon Bunda Maria membantu kita agar setia pada Putra-nya.
18 Mei
|
S. Yohanes I
|
Yohanes I adalah seorang imam dari Roma. Ia menjadi paus setelah wafatnya Paus St Hormisdas pada tahun 523. Pada masa itu, penguasa Italia adalah Theodoric si Gothic, seorang Arian. (Orang-orang Arian tidak percaya bahwa Yesus adalah Tuhan.) Pada awal kekuasaannya Theodoric tidak mengusik orang-orang Katolik. Tetapi, kemudian ia berubah dan menjadi sombong serta penuh curiga terhadap setiap orang. Ia membayangkan adanya suatu persekongkolan melawan dirinya. Tak lama berselang, ia percaya bahwa seluruh dunia sedang berusaha merebut tahta dan kekuasaannya. Satu-satunya orang yang hampir pasti tak menginginkan tahta maupun kekuasaannya adalah paus.
Theodoric berusaha melibatkan Paus Yohanes dalam masalah-masalah politiknya. Sang kaisar sedang menghadapi masalah dengan Kaisar Justin I dari Konstantinopel. Terdapat laporan bahwa Justin bersikap amat keras terhadap orang-orang Arian di timur. Theodoric mengutus suatu delegasi untuk berunding dengan Justin. Delegasi ini dipimpin oleh Paus Yohanes I. Kaisar Justin menyambut paus berserta pengikutnya dengan gembira. Justin dengan senang hati bersedia mengubah kebijakannya yang keras. Misi Paus Yohanes berhasil gemilang. Namun demikian, Kaisar Theodoric tidak senang. Ia membayangkan bahwa Paus Yohanes dan Kaisar Justin I pastilah bersekongkol melawannya. Paus kembali ke Roma dan tiba di Ravenna, ibukota Theodoric. Paus Yohanes diculik dan dilemparkan ke dalam penjara oleh para prajurit Theodoric. Di sana paus wafat akibat kehausan dan kelaparan pada tahun 526.
Marilah kita senantiasa memohon terang dan bimbingan Roh Kudus agar kita dapat melihat kebajikan dalam diri orang-orang lain.
19 Mei
|
S. Selestine V
|
Petrus di Morone adalah anak kesebelas dari duabelas bersaudara. Ia dilahirkan sekitar tahun 1210 di Isernia, Italia. Ayahnya meninggal ketika ia masih kecil. Keluarganya miskin, tetapi ibunya membesarkan putera-puterinya dengan cinta yang besar. Ibunya menyekolahkan Petrus karena anak itu menunjukkan niat dan minat yang besar untuk belajar. Suatu ketika, seperti biasa ibunya bertanya, “Siapakah di antara kalian yang akan menjadi seorang santo atau santa?” Petrus kecil, yang kelak menjadi Paus Selestine V, menjawab dengan segenap hati, “Aku, mama! Aku akan menjadi seorang santo!” Dan memang demikian. Tetapi, hal itu tidaklah mudah.
Ketika usianya dua puluh tahun, Petrus menjadi seorang rahib. Ia menghabiskan hari-harinya dengan berdoa, membaca Kitab Suci dan mengerjakan tugas-tugasnya. Para rahib yang lain biasa datang kepadanya untuk meminta nasehat dan bimbingannya. Lama-kelamaan, Petrus membentuk suatu ordo baru bagi para rahib.
Ketika Petrus berusia delapan puluh empat tahun, ia ditahbiskan sebagai paus. Penobatannya melalui seuatu cara yang amat tidak lazim. Selama dua tahun lebih Gereja tidak memiliki paus. Hal ini terjadi karena para kardinal saling tidak sependapat akan calon yang hendak dipilih. Petrus mengirimkan pesan kepada mereka. Ia mengingatkan mereka untuk segera mengambil keputusan, sebab Tuhan tidak akan senang dengan penundaan yang terlalu lama. Para kardinal melakukan nasehatnya. Seketika itu juga mereka memutuskan Petrus sang rahib untuk menjadi paus! Orang tua yang malang itu menangis ketika mendengar keputusan itu. Dengan sedih ia menerimanya dan memilih nama Selestine V. Ia hanya memangku jabatan Paus selama lima bulan saja. Oleh sebab ia begitu rendah hati dan sederhana, banyak orang memanfaatkannya. Ia tidak dapat mengatakan “tidak” kepada siapa pun. Segera saja terjadilah kekacauan. Paus Selestine merasa bertanggung jawab atas semua masalah yang timbul. Ia memutuskan bahwa hal terbaik yang dapat dilakukannya bagi Gereja adalah menyerahkan kembali jabatannya. Dan ia melakukannya. Ia minta maaf karena tidak dapat memimpin Gereja dengan baik.
Hal yang didambakan Selestine hanyalah tinggal di salah satu biaranya dengan tenang dan damai. Tetapi paus yang baru, Paus Bonifasius VIII, beranggapan bahwa akan lebih aman apabila Selestine tinggal di sebuah kamar kecil di salah satu istana Romawi. St. Selestine menghabiskan sepuluh bulan terakhir hidupnya di sebuah sel sederhana. Tetapi, ia membuat dirinya sendiri bergembira. “Yang engkau inginkan hanyalah sebuah sel, Petrus,” demikian katanya berulang kali kepada dirinya sendiri. “Nah, sekarang kau telah mendapatkannya.” St. Selestine wafat pada tanggal 19 Mei 1296. Ia dinyatakan kudus oleh Paus Klemens VI pada tahun 1313.
Apabila kita merasa putus asa oleh karena tidak melihat hasil dari jerih payah kita, mungkin hal itu adalah suatu ajakan dari Tuhan untuk sekedar memberikan yang terbaik dan menyerahkan hasilnya pada-Nya.
20 Mei
|
S. Bernardinus dari Siena
|
St. Bernardinus dilahirkan pada tahun 1380 di sebuah kota dekat Siena, Italia. Ia putera seorang gubernur Italia. Kedua orangtuanya meninggal dunia ketika usianya baru tujuh tahun. Kerabatnya mengasihi dia seperti puteranya sendiri. Mereka juga memberikan pendidikan yang baik baginya. Bernardinus tumbuh menjadi seorang pemuda yang tinggi dan tampan. Ia seorang yang menyenangkan, teman-temannya suka padanya. Apabila sedang bersamanya, teman-temannya itu tidak akan berani mengucapkan kata-kata yang tidak pantas, sebab Bernardinus tidak akan tahan mendengarnya. Dua kali seorang teman berusaha membujuknya berbuat dosa, Bernardinus langsung meninju serta mengusirnya pergi.
Orang kudus kita ini mempunyai cinta yang istimewa pada Bunda Maria. Bunda Maria-lah yang senantiasa menjaganya agar tetap murni. Semenjak ia remaja, Bernardinus berdoa kepadanya seperti seorang anak berbicara kepada ibunya.
Bernardinus seorang yang lembut hati. Ia penuh belas kasihan pada mereka yang miskin. Suatu ketika, bibinya tidak mempunyai makanan lebih untuk diberikan kepada pengemis. Bernardinus kecil menangis, “Aku lebih suka tidak makan daripada membiarkan orang miskin itu pergi dengan tangan kosong.” Ketika suatu wabah menyerang daerahnya pada tahun 1400, Bernardinus dan teman-temannya bekerja sebagai sukarelawan di rumah sakit. Mereka merawat orang-orang yang sakit dan yang menjelang ajal mulai pagi hingga petang, selama enam minggu lamanya hingga wabah berakhir.
Bernardinus bergabung dengan Ordo Fransiskan ketika ia berusia dua puluh dua tahun. Kemudian ia ditahbiskan sebagai imam. Beberapa tahun kemudian, ia ditugaskan pergi ke kota-kota dan desa-desa untuk mewartakan Injil. Umat pelu diingatkan kembali akan cinta Yesus. Pada masa itu, kebiasaan-kebiasaan buruk merusak baik kaum muda maupun tua. “Bagaimana aku dapat menyelamatkan orang-orang ini sendirian?” Bernardinus bertanya pada Tuhan dalam doa. “Dengan senjata apakah aku dapat melawan kejahatan?” Dan Tuhan menjawab, “Nama-Ku yang Tersuci sudah cukup bagimu.” Maka, Bernardinus menyebarluaskan devosi kepada Nama Yesus yang Tersuci. Berulang kali ia menggunakan Nama-Nya di setiap khotbah. Ia meminta umat untuk menuliskan Nama Yesus di gerbang-gerbang kota, di pintu keluar-masuk, di mana saja. Melalui devosi kepada Nama Yesus yang Tersuci dan melalui devosi kepada Bunda Maria, Bernardinus berhasil membawa ribuan orang dari seluruh penjuru Italia kembali ke pangkuan Gereja.
St. Bernardinus melewatkan empat puluh dua tahun dari masa hidupnya sebagai seorang imam Fransiskan. Ia wafat dalam usia enam puluh empat tahun di Aquila, Italia, pada tanggal 20 Mei 1444. Ia dinyatakan kudus hanya enam tahun kemudian, yaitu pada tahun 1450, oleh Paus Nikolas V.
“Apabila engkau berbicara tentang Tuhan, berbicaralah dengan cinta. Apabila engkau berbicara tentang dirimu sendiri, berbicaralah dengan cinta. Berhati-hatilah agar tidak ada yang lain dalam dirimu selain cinta, cinta, dan cinta.” ~ St. Bernardinus dari Siena.
21 Mei
|
B. Eugene de Mazenod
|
Eugene dilahirkan di Perancis pada tahun 1782. Ia ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1811. Pater Eugene seorang yang peka terhadap kebutuhan mereka yang miskin dan berkekurangan dan ia melayani mereka. Ia senantiasa antusias mencari cara-cara baru untuk menjangkau kaum muda. Ia rindu membawa mereka kepada kasih dan mengamalkan iman mereka. Ia percaya akan nilai perutusan paroki. Ia sadar bahwa para imam misionaris di suatu paroki dapat melakukan banyak hal guna membangunkan kembali dedikasi umat terhadap iman mereka.
Pater de Mazenod memulai suatu ordo religius baru bagi para imam dan broeder awam pada tahun 1826. Mereka adalah para misionaris yang disebut Oblata Maria Immaculata (Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Dosa). Pelayanan mereka yang teristimewa adalah pergi kepada orang-orang yang belum pernah mendengar mengenai Yesus dan Gereja-Nya. Pater de Mazenod dan ordonya sungguh gagah berani dalam menjawab permintaan-permintaan dari para uskup yang membutuhkan bantuan mereka. Para uskup dari Amerika Utara dengan anusias menanti Oblata. Uskup Ignace Bourget dari Montreal khususnya nyaris tak sabar. Dalam waktu sepuluh tahun, Oblata telah berkembang pesat. Mereka menjangkau seluruh Canada dan memulai pelayanan di Amerika Serikat juga.
Pada tahun 1837, Pater de Mazenod ditahbiskan sebagai Uskup Marseilles, Perancis. Ia dikenal karena kesetiaan dan kasihnya kepada paus. Ia juga seorang organisator dan pendidik yang berbakat. Uskup de Mazenod tetap menjadi Superior Oblata hingga wafatnya pada tahun 1861. Karya besar yang dirintis Uskup de Mazenod terus berlanjut hingga kini melalui para misionaris Oblata di seluruh dunia. Mereka ada di daerah-daerah misi, paroki-paroki dan universitas-universitas.
Hidup Uskup Eugene de Mazenod ditandai dengan kegagahberanian dalam menjawab kebutuhan-kebutuhan umat Allah sebagaimana dilihatnya. Bagaimanakah aku dapat terlebih peka terhadap kebutuhan-kebutuhan mereka yang ada di sekitarku?
22 Mei
|
S. Rita dari Cascia
|
Rita dilahirkan pada tahun 1381 di sebuah dusun kecil di Italia. Kedua orangtuanya sudah tua. Telah lama mereka mohon pada Tuhan agar dikaruniai seorang anak. Ketika Rita lahir, mereka membesarkan Rita dengan kasih sayang. Ketika usianya lima belas tahun, Rita ingin masuk biara, tetapi orangtuanya menetapkan bahwa ia harus berumah tangga. Pria yang mereka pilih menjadi suami Rita ternyata seorang yang kejam serta tidak setia. Perangainya yang kasar membuat semua tetangga takut padanya. Namun demikian, selama delapan belas tahun lamanya, isterinya dengan sabar menanggung segala makian. Berkat doa-doanya, kelembutan serta kebaikan hatinya, pada akhirnya ia dapat melunakkan hati suaminya. Suaminya minta maaf pada Rita atas segala perlakuannya dan bersedia kembali ke jalan Tuhan.
Kebahagiaan Rita atas pertobatan suaminya tidak berlangsung lama. Suatu hari, tak lama kemudian, suaminya dibunuh. Rita terpukul dan putus asa. Ia mengampuni para pembunuhnya dan berusaha agar kedua puteranya juga mau mengampuni mereka. Tetapi, ia melihat tekad kedua puteranya untuk balas dendam atas kematian ayah mereka. Rita berdoa agar kedua puteranya itu lebih baik mati saja daripada membunuh. Dalam beberapa bulan, kedua puteranya sakit parah. Rita merawat mereka dengan kasih sayang. Selama mereka sakit, ia membujuk mereka untuk mengampuni orang lain serta mohon pengampunan Tuhan bagi diri mereka sendiri. Mereka mematuhi nasehat ibunya dan meninggal dalam damai.
Sekarang, suami maupun anak-anaknya telah meninggal dunia. Sebatang kara di dunia, tiga kali Rita berusaha agar dapat diterima di biara di Cascia. Peraturan biara di sana tidak mengijinkan seorang wanita yang telah menikah bergabung bersama mereka, meskipun suaminya telah meninggal dunia. Rita pantang menyerah. Pada akhirnya, para biarawati membuat suatu perkecualian baginya. Di biara, Rita amat menonjol dalam ketaatan dan belas kasihan. Ia memiliki devosi yang amat mendalam kepada Yesus tersalib. Satu ketika, pada saat berdoa, ia mohon pada Yesus agar diijinkan ikut merasakan kepedihan luka-luka-Nya. Suatu duri dari mahkota duri-Nya menusuk keningnya dan menimbulkan luka yang tak pernah dapat disembuhkan. Malahan, luka itu semakin buruk keadaannya dan mengeluarkan bau tak sedap, sehingga St. Rita harus menjauh dari para biarawati lainnya. Ia bahagia dapat menderita sebagai bukti cintanya kepada Yesus.
St. Rita wafat pada tanggal 22 Mei 1457 dalam usia tujuh puluh enam tahun. Sama seperti St. Yudas Tadeus, St. Rita sering dijuluki “Santa atas Hal-hal yang Mustahil.”
Pada hari ini, marilah berdoa bagi mereka yang hidup tidak dekat dengan Tuhan.
23 Mei
|
S. Yohanes Baptis Rossi
|
Yohanes Baptis Rossi dilahirkan pada tahun 1698 di sebuah desa dekat Genoa, Italia. Keluarganya amat mengasihinya. Mereka bangga ketika sepasang suami isteri kaya yang mengunjungi desa mereka menawarkan pendidikan bagi Yohanes. Orangtuanya mengenal pasangan tersebut serta percaya kepada mereka. Yohanes amat senang boleh tinggal di rumah mereka di Genoa karena dengan demikian ia dapat bersekolah. Segala sesuatu berjalan lancar. Ia menjadi seorang seminaris di sebuah perguruan tinggi Roma. Pelajarannya dianggapnya mudah dan ia mulai belajar dan belajar lebih banyak lagi.
Yohanes kemudian sakit parah dan harus berhenti belajar untuk beberapa waktu lamanya. Setelah keadaannya cukup baik, ia menyelesaikan segala persiapannya dan ditahbiskan sebagai imam. Meskipun kesehatannya tidak pernah prima, Pastor Rossi melakukan begitu banyak kebajikan bagi umat Roma. Ia tahu bagaimana rasanya tidak sehat, maka Pastor Rossi memberikan perhatian khusus kepada mereka yang sakit. Ia menjadi pengunjung tetap rumah-rumah sakit Roma. Terutama, ia suka menghabiskan waktunya bersama orang-orang miskin di Wisma St. Galla, yaitu tempat penampungan bagi mereka yang miskin dan tak memiliki tempat tinggal. Pastor Rossi menyadari bahwa tidak ada seorang pun yang memenuhi kebutuhan rohani orang-orang miskin itu. Ia memperhatikan mereka yang membawa kawanan ternak serta dombanya untuk di jual di pasar Roma. Betapa berat hidup mereka. Mereka biasa datang pagi hari dengan kawanan ternaknya. Pastor Rossi akan berjalan bersama mereka dan berhenti serta bercakap-cakap dengan mereka. Apabila memungkinkan, ia akan memberikan pelajaran agama kepada mereka serta menawarkan Sakramen Rekonsiliasi. Pelayanan imamat Pastor Rossi membawa perubahan besar dalam hidup mereka.
Pastor kudus ini juga merasakan belas kasih mendalam kepada para wanita dan gadis-gadis tunawisma. Mereka menyusuri jalan-jalan sepanjang siang dan malam untuk mengemis. Hal ini sangat membahayakan dan juga sangat menyedihkan. Bapa Suci memberikan sejumlah dana kepada Pastor Rossi untuk mendirikan tempat penampungan bagi para wanita tunawisma ini. Tempat penampungan itu terletak dekat Wisma St. Galla. Pastor Rossi menyerahkan tempat penampungannya itu dalam perlindungan salah seorang santo favoritnya, St. Alyosius Gonzaga. Pastor Rossi terkenal oleh karena kebaikan dan kelembutan hatinya, terutama dalam pengakuan dosa. Umat antri dekat kamar pengakuannya serta menunggu giliran mereka dengan sabar. Suatu ketika Pastor Rossi mengatakan kepada seorang temannya bahwa cara terbaik bagi seoang iman untuk mencapai surga adalah dengan menolong umat melalui Sakramen Rekonsiliasi. Tugas favorit lain yang diterimanya dari Paus Benediktus XIV adalah memberikan pelajaran rohani kepada para petugas penjara dan pegawai negeri.
Pastor Rossi terserang stroke pada tahun 1763. Ia tidak pernah sembuh kembali. Ia masih dapat merakayan Misa tetapi dengan penderitaan yang amat sangat. Imam yang mengagumkan ini wafat dalam usia enam puluh enam tahun, pada tanggal 23 Mei 1764. Ia dinyatakan kudus oleh Paus Leo XIII pada tahun 1881.
Bagaimana kita dapat membantu para imam kita? Kiranya kita senantiasa berdoa bagi mereka serta mohon Yesus menghibur mereka.
24 Mei
|
S. David I dari Skotlandia
|
David dilahirkan pada tahun 1080. Ia adalah putera bungsu St. Margareta, ratu Skotlandia, dan suaminya yang baik, Raja Malcolm. David sendiri diangkat menjadi raja ketika usianya empat puluh tahun. Mereka yang mengenalnya dengan baik tahu betapa sedikit minatnya dalam menerima mahkota kerajaan. Tetapi, begitu ia menjadi raja, ia menjadi seorang raja yang sangat baik bagi rakyatnya.
St. David memerintah kerajaannya dengan adil dan bijaksana. Ia amat murah hati pada kaum miskin. Semua rakyatnya diijinkan menemuinya kapan saja mereka kehendaki. Ia memberikan teladan baik pada semua orang dengan teladan cintanya akan doa. Di bawah pemerintahan raja kudus ini, rakyat Skotlandia semakin bersatu padu sebagai suatu bangsa. Mereka menjadi orang-orang Kristen yang lebih baik. Raja David membentuk keuskupan-keuskupan baru. Ia mendirikan banyak biara-biara baru. Ia menyumbangkan banyak dana bagi Gereja selama dua puluh tahun masa pemerintahannya.
Dua hari sebelum raja mangkat, ia menerima Sakramen Terakhir. Ia menghabiskan saat-saat terakhirnya dengan berdoa bersama mereka yang menemaninya. Keesokan harinya, mereka mendesak raja untuk beristirahat. Raja David menjawab, “Lebih baik aku memikirkan perkara-perkara Tuhan, agar jiwaku diperkuat dalam perjalanan pulangnya dari pembuangan ke rumah.” Rumah yang dimaksud raja adalah rumah surgawi kita. “Apabila aku berada di hadapan pengadilan Tuhan, kalian tidak akan dapat membelaku,” katanya. “Tak seorang pun akan dapat membebaskanku dari tangan-Nya.” Jadi, ia tetap terus berdoa hingga ajal menjemputnya. St. David wafat pada tanggal 24 Mei 1153.
“Lebih baik aku memikirkan perkara-perkara Tuhan, agar jiwaku diperkuat dalam perjalanan pulangnya dari pembuangan ke rumah.” ~ St. David dari Skotlandia
25 Mei
|
St. Venerabilis Beda
|
Imam Inggris ini terkenal sebagai seorang kudus, imam, biarawan, guru, sekaligus penulis sejarah. Ia dilahirkan di Inggris pada tahun 673. Orangtuanya mengirimkannya ke biara Benediktin setempat agar ia memperoleh pendidikan yang baik. Beda begitu mencintai kehidupan biara hingga ia sendiri kelak menjadi seorang biarawan. Ia tinggal di biara yang sama sepanjang hidupnya.
St. Beda amat mencintai Kitab Suci. Ia mengatakan bahwa mempelajari Kitab Suci merupakan sukacita baginya. Ia senang mengajar serta menulis tentangnya. Ketika ia semakin tua, penyakit yang menyerangnya memaksa St. Beda tinggal di tempat tidur. Para murid datang berkumpul di sisi pembaringannya untuk belajar Kitab Suci. Ia tetap mengajar mereka dan juga mengerjakan terjemahan Injil St. Yohanes dari bahasa Latin ke bahasa Inggris. Banyak orang tidak mengerti bahasa Latin. St. Beda ingin agar orang banyak dapat membaca Sabda Yesus dalam bahasa mereka sendiri.
Ketika penyakitnya bertambah parah, St. Beda tahu bahwa ia akan segera pulang kepada Tuhan. Para biarawannya akan sangat kehilangan dia. Ia tetap terus bekerja walaupun sakitnya payah. Akhirnya, anak muda yang menuliskan segala yang didiktekannya berkata kepadanya, “Bapa terkasih, masih ada satu kalimat lagi yang belum diselesaikan.” “Tulislah segera.” jawab Beda. Ketika kemudian pemuda itu berkata, “Sudah selesai”, orang kudus itu menjawab, “Bagus! Kamu benar - sekarang sudah selesai. Sekarang tolong bantu aku bangun. Aku ingin duduk memandang tempat di mana aku biasa berdoa. Aku ingin memanggil Bapa Surgawi-ku.”
St. Beda wafat tak lama kemudian, yaitu pada tanggal 25 Mei 735. Bukunya yang paling terkenal, Sejarah Gereja Inggris, merupakan satu-satunya sumber terlengkap sejarah Inggris di masa lampau. Orang menyebut Beda dengan gelar kehormatan “Venerabilis” (Yang Pantas Dihormati). Ia juga diangkat sebagai Pujangga Gereja.
Kata-kata St Venerabilis Beda sendiri juga merupakan sumber inspirasi bagi kita: “Senantiasa merupakan suatu sukacita bagiku untuk belajar, mengajar, dan menulis.”
25 Mei
|
S. Gregorius VII
|
Nama asli paus kita ini adalah Hildebrand. Ia dilahirkan di Italia sekitar tahun 1023. Pamannya seorang biarawan di Roma, Hildebrand pergi ke biara di mana pamannya berada untuk memperoleh pendidikan. Kelak, Hildebrand menjadi seorang biarawan Benediktin di Perancis. Tetapi, sebentar saja di sana, ia sudah dipanggil kembali ke Roma. Di Roma ia diserahi kedudukan yang amat penting di bawah beberapa paus hingga ia sendiri akhirnya diangkat sebagai paus.
Selama dua puluh lima tahun, ia menolak untuk dipilih. Tetapi, ketika Paus Alexander II wafat, para kardinal telah bersepakat untuk memilih Hildebrand sebagai paus yang baru. Dengan suara bulat mereka memutuskan: “Hildebrand ditetapkan sebagai penerus St. Petrus!” “Mereka membawaku ke tahta suci,” demikian ditulisnya kelak. “Protes-protesku tidak mereka hiraukan. Kegentaran memenuhi hatiku dan kegelapan sepenuhnya melingkupi aku.” Sebagai paus, Hildebrand memilih nama Gregorius VII.
Masa itu sungguh merupakan masa gelap bagi Gereja Katolik. Para raja dan kaisar ikut campur dalam urusan-urusan gereja. Mereka menetapkan orang-orang yang mereka inginkan menjadi para uskup, kardinal dan bahkan paus. Banyak dari antara mereka yang ditetapkan itu bukanlah orang-orang yang baik. Mereka memberikan teladan yang buruk bagi umat.
Hal pertama yang dilakukan St. Gregorius adalah melewatkan beberapa hari lamanya dalam doa. Ia juga meminta yang lain untuk berdoa baginya. Ia sadar bahwa tanpa doa tak ada sesuatu pun yang dapat diselesaikan dengan baik bagi Tuhan. Sesudah itu, ia mulai bertindak dengan memperbaiki pelayan-pelayan gereja. Ia juga mengambil langkah-langkah yang perlu untuk menghindari campur tangan negara dalam masalah Gereja. Hal ini amatlah sulit mengingat para penguasa semuanya menentang perubahan itu. Namun demikian, beberapa di antara mereka mulai mau bekerjasama.
Seorang penguasa, Kaisar Henri IV dari Jerman, menyebabkan Paus Gregorius banyak menderita. Kaisar muda itu seorang berdosa dan amat rakus terhadap harta. Ia tidak mau berhenti mencampuri urusan gereja. Ia bahkan mengirimkan orang-orangnya untuk menangkap Bapa Suci. Tetapi, penduduk Roma menyelamatkan paus dari penjara. Paus Gregorius mengekskomunikasikan kaisar. Hal itu tidak menghentikan Henry IV. Ia menetapkan pausnya sendiri. Tentu saja orang yang ditetapkannya itu bukanlah paus sesungguhnya. Tetapi Henry berusaha meyakinkan rakyat bahwa paus yang ditetapkannya itulah paus yang benar. Kemudian, sekali lagi, kaisar mengirimkan pasukannya untuk menangkap paus. Bapa Suci dipaksa meninggalkan Roma. St. Gregorius tiba dengan selamat di Salerno di mana akhirnya ia wafat pada tahun 1085. Pesannya yang terakhir adalah, “Aku cinta keadilan dan benci kejahatan. Oleh sebab itulah sekarang aku mati dalam pengasingan.” Paus Gregorius VII dinyatakan kudus oleh Paus Paulus V pada tahun 1606.
Paus Gregorius VII (Hildebrand) dikenal karena keberaniannya yang luar biasa. Ia berdiri tegak membela Yesus dan Gereja-Nya.
Kata Tomas kepada-Nya: "Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?" Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.” (Yoh 14:5-6)
25 Mei
|
S. Maria Magdalena de'Pazzi
|
Katarina de'Pazzi dilahirkan di Florence, Italia, pada tahun 1566. Ia adalah puteri satu-satunya dari sebuah keluarga kaya raya. Ketika usianya empat belas tahun, Katarina tinggal di asrama sekolah suatu biara. Di sanalah ia mulai mencintai kehidupan religius. Tetapi, setahun kemudian ayahnya menjemputnya pulang. Ayahnya mulai berpikir untuk memilihkan seorang suami kaya baginya. Tetapi, Katarina sudah bertekad untuk menjadi seorang biarawati. Kedua orangtuanya amat terkejut ketika ia mengatakan kepada mereka bahwa ia telah mengucapkan kaul kemurnian. Mereka tidak percaya. Akhirnya, mereka mengijinkan Katarina masuk biara Karmelit. Namun, hanya lima belas hari kemudian, mereka datang menjemputnya pulang. Mereka berharap dapat mengubah pikirannya. Setelah tiga bulan berusaha membujuknya tanpa hasil, mereka akhirnya menyerah. Mereka membiarkannya pergi untuk selamanya dengan restu mereka. Hal itu terjadi pada tahun 1582, tahun wafatnya St. Theresia Avila di Spanyol.
Ketika masih novis, St. Maria Magdalena sakit parah. Para biarawati khawatir kalau-kalau ia meninggal. Sebab itu, ia diijinkan segera mengucapkan kaul religiusnya. Melihat bagimana ia menderita begitu hebat, salah seorang biarawati bertanya kepadanya bagaimana ia dapat menahan rasa sakit tanpa mengeluh sama sekali. Maria Magdalena menunjuk ke arah salib, katanya, “Lihatlah, betapa kasih Tuhan yang demikian besar itu telah menderita bagi keselamatanku. Kasih yang sama melihat segala kelemahanku dan memberiku kekuatan.”
St. Maria Magdalena harus mengalami banyak penderitaan hebat sepanjang hidupnya. Ia juga harus mengalami pencobaan-pencobaan berat akan ketidakmurnian dan keserakahan akan makanan. Ia dapat mengatasi segala pencobaan itu dengan cintanya yang besar kepada Yesus dalam Ekaristi Kudus dan kepada Bunda Maria. Seringkali ia hanya makan roti dan minum air putih saja. Ia juga melakukan latihan-latihan penyangkalan diri yang lain. Cintanya kepada Yesus begitu mendalam hingga ia akan berkata, “Kasih tidak dikasihi, Kasih tidak dikenali oleh makhluk ciptaan-Nya Sendiri.” Dengan bercucuran air mata, ia akan berdoa serta mempersembahkan segala penderitaannya demi silih bagi para pendosa dan orang-orang yang tidak percaya, hingga akhir hayatnya. Suatu ketika ia mengatakan, “O Yesus-ku, andai saja aku mempunyai suara yang cukup kuat dan lantang hingga terdengar ke seluruh penjuru dunia, aku akan berseru-seru agar Engkau dikenal dan dikasihi oleh semua orang!”
St. Maria Magdalena de Pazzi wafat pada tanggal 25 Mei 1607 dalam usia empat puluh satu tahun. Ia dinyatakan kudus oleh Paus Klemens IX pada tahun 1669.
“Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.” (1Yoh 4:10)
27 Mei
|
S. Agustinus dari Canterbury
|
St Agustinus adalah Kepala Biara St Andreas di Roma. Paus St Gregorius Agung memilihnya bersama empatpuluh biarawan lain untuk suatu misi yang dirindukannya. Mereka diutus untuk mewartakan Injil kepada rakyat Inggris. Agustinus dan para biarawan pun memulai perjalanan mereka. Ketika tiba di Perancis selatan, mereka diperingatkan akan kebengisan orang-orang Inggris. Para biarawan menjadi patah semangat. Mereka mendesak Agustinus agar bersama-sama kembali dan mendapatkan ijin paus untuk membatalkan seluruh rencana itu. Mereka memang melakukannya, tetapi paus tetap bersikeras mengutus mereka ke Inggris. Beliau mengatakan bahwa orang-orang Inggris rindu menerima iman Kristiani. Para biarawan pun berangkat ke Inggris. Mereka tiba pada tahun 596.
Para misionaris disambut baik oleh Raja Ethelbert, yang isterinya adalah seorang puteri Kristiani dari Perancis. Para biarawan membuat suatu arak-arakan ketika mereka mendarat. Mereka berjalan beriringan sembari memadahkan mazmur. Mereka membawa sebuah salib dan sebuah gambar Tuhan kita. Banyak orang menerima kabar gembira dari para biarawan. Raja Ethelbert sendiri juga dibaptis pada Hari Raya Pentakosta tahun 597. St Agustinus ditahbiskan menjadi uskup pada tahun yang sama.
St Agustinus kerap menulis surat untuk memohon nasehat paus. Dan Paus St Gregorius pun banyak memberinya nasehat-nasehat kudus pula. Berbicara mengenai banyaknya mukjizat yang diadakan St Agustinus, paus mengatakan, “Engkau sepatutnya bersukacita dengan gemetar dan gemetar dengan sukacita atas karunia itu.” Maksud beliau adalah agar Agustinus hendaknya bersukacita bahwa melalui mukjizat-mukjizat itu orang-orang Inggris dipertobatkan. Tetapi, hendaknya ia berhati-hati pula untuk tidak menjadi sombong.
Di Canterbury, St Agustinus mendirikan sebuah gereja dan sebuah biara, yang di kemudian hari menjadi yang terpenting di Inggris. Di sanalah kelak St Agustinus dimakamkan. St Agustinus wafat pada tanggal 26 Mei 605, tujuh tahun setelah kedatangannya di Inggris.
Kita memohon dengan bantuan doa St Agustinus dari Canterbury agar kiranya buah-buah karyanya terus berlanjut dalam Gereja kita.
28 Mei
|
B. Margareta Pole
|
Beata Margareta Pole dilahirkan pada tahun 1471. Ia adalah kemenakan dua orang raja Inggris, Edward IV dan Richard III. Henry VII mengatur pernikahannya dengan Sir Reginald Pole. Sir Pole adalah seorang prajurit gagah, sahabat keluarga kerajaan. Pada saat Raja Henry VIII naik tahta, Margareta telah menjadi janda dengan lima orang anak. Raja Henry VIII masih muda dan belum berpengalaman dalam hal mengendalikan kerajaan dan kekuasaan. Ia menyebut Margareta sebagai wanita paling kudus di seluruh Inggris. Ia begitu terkesan pada Margareta hingga ia mengembalikan sebagian harta keluarganya yang hilang di masa lampau. Raja juga memberinya gelar kerajaan.
Raja Henry amat mempercayainya hingga Margareta diberi kepercayaan untuk mendidik Puteri Maria, putri raja dan Ratu Katarina. Tetapi kemudian, Henry berusaha menikahi Anne Boleyn, meskipun ia sudah beristeri. Margareta tidak menyetujui perilaku raja. Karena itu, raja mengusirnya dari istana. Raja menunjukkan bagaimana ia sangat tidak suka kepadanya. Raja bertambah murka ketika seorang putera Margareta, seorang imam, menulis sebuah artikel panjang menentang tuntutan Henry untuk menjadi kepala gereja Inggris (Putera Margareta itu kelak menjadi Kardinal Reginald Pole yang terkenal). Henry tidak dapat mengendalikan diri lagi. Ia menjadi seorang yang kejam serta penuh rasa dengki. Ia mengancam akan membinasakan seluruh keluarga Margareta.
Henry mengutus orang-orangnya untuk menginterogasi Margareta. Mereka harus dapat membuktikan bahwa Margareta adalah seorang pengkhianat. Mereka menginterogasinya mulai pagi hingga petang. Tetapi, tidak pernah sekali pun Margareta berbuat kesalahan. Tidak ada yang disembunyikan olehnya. Kemudian Margareta dikenai tahanan rumah di sebuah kastil seorang bangsawan. Lalu, ia dipindahkan ke sebuah menara besar di London. Ia bahkan tidak diadili sebelum dipenjarakan. Selama musim dingin yang panjang, Margareta menderita kedinginan yang hebat. Tidak ada api dan tidak cukup pakaian hangat baginya.
Akhirnya, pada tanggal 28 Mei 1541, Beata Margereta dihantar keluar dari menara menuju tempat pelaksanaan hukuman mati. Ia lelah dan sakit, tetapi ia berdiri tegak dan gagah untuk mati demi imannya. “Aku bukan seorang pengkhianat,” demikian katanya dengan berani. Margareta dipenggal kepalanya. Usianya tujuhpuluh tahun.
Bersediakah aku mengambil resiko kehilangan penghargaan orang terhadapku oleh karena imanku kepada Kristus?
29 Mei
|
S. Maximinius
|
Maximinius adalah seorang uskup yang hidup pada abad keempat. Konon ia dilahirkan di Poitiers, Perancis. Sebagai seorang pemuda, ia mendengar mengenai seorang uskup yang kudus di Trier, di Gaul. Ia pergi ke kota Trier dan menjadi murid St Agritius. Uskup yang kudus ini memastikan bahwa Maximinius mendapatkan pendidikan yang seksama. Setelah beberapa tahun masa belajar dan persiapan, Maximinius ditahbiskan menjadi iman dan kemudian ditahbiskan menjadi uskup. Ia diserahi Keuskupan Trier. Uskup Agritius amat bersukacita. Ia tahu bahwa umatnya akan memiliki seorang uskup yang mengagumkan.
Maximinius hidup pada masa-masa heboh. Ketika St Atanasius dari Alexandria, Mesir, dibuang ke pengasingan di Trier, St Maximinius yang menyambutnya. Ia melakukan segala yang dapat dilakukan demi menolong Atanasius dan menjadikan masa pengasingannya sedikit lebih ringan. Seorang uskup lain yang gagah berani pada masa itu, St Paulus, Uskup Konstantinopel, juga dilindungi oleh St Maximinius dari murka Kaisar Konstantius. St Atanasius menulis bahwa Uskup Maximinius seorang yang gagah berani dan kudus. Ia mengatakan bahwa Maximinius bahkan terkenal sebagai seorang pekerja ajaib. Meski diyakini bahwa Uskup Maximinius banyak menulis, namun karya-karyanya telah hilang. Yang tinggal adalah kenangan akan dedikasinya kepada Yesus dan kepada Gereja. Sebab ia seorang yang agung, ia siap sedia berdiri teguh melawan mereka yang menganiaya Gereja. Ia siap sedia pula melindungi para uskup yang gagah berani yang mengalami penganiayaan akibat intrik-intrik politik. Maximinius tak gentar membahayakan diri, meski itu berarti kehilangan kedudukan atau bahkan nyawa, jika perlu. Ia wafat sekitar tahun 347.
Bagaimanakah aku dapat menolong seseorang yang diusik atau dikucilkan? Mungkin aku dapat menolongnya merasa dikasihi dengan menawarkan semangat dan dukungan.
Saint a Day, by Sr. Susan H. Wallace, FSP, Copyright © 1999, Daughters of St. Paul. Used by permission of Pauline Books & Media, 50 St. Paul's Avenue, Boston, MA 02130. All rights reserved.
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan sebagian / seluruh artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”