Abdi Allah Dr. Paulus Takashi Nagai dan Abdi Allah Marina Midori Moriyama
Pada tahun 1928 Takashi Nagai, seorang ateis, datang ke Nagasaki untuk belajar kedokteran dan tinggal di rumah keluarga Katolik Moriyama. Tahun 1933, ketika Takashi dikirim sebagai ahli bedah dalam perang brutal Jepang di Manchuria, Midori, anak tunggal keluarga Moriyama berkata, "Aku akan berdoa untukmu," dan Midori tanpa pamrih berdoa dengan tekun kepada Bunda Maria demi keselamatan jiwa dan raga Takashi dan kemudian mengiriminya sweter wol dan katekismus. Sekembalinya pada tahun 1934, Takashi dibaptis dan menikahi Midori. Mereka dikarunia empat orang anak (kedua putrinya meninggal saat bayi). Pekerjaannya sebagai radiologis membuat Takashi terpapar dan terjangkit leukemia.
Tanggal 9 Agustus 1945, Amerika menjatuhkan bom di Nagasaki. Takashi berhasil selamat, tetapi rumahnya di distrik Urakami rata dengan tanah. Istrinya hangus dengan tangan kanannya menggenggam rosario. "Tuhanku, aku berterima kasih kepada-Mu karena telah mengizinkan dia meninggal saat berdoa. Maria, Bunda Dukacita, terima kasih telah menemaninya pada saat kematiannya..." Dalam kesedihan kehilangan istrinya, Nagai sangat terhibur dengan pemikiran akan kedua putri kecilnya yang menyambut ibu mereka pulang. "Aku bisa melihat kedua roh itu berlari penuh sukacita dan bergelayut di sisi roh ibu mereka yang baru saja naik ke surga, dan aku merindukan lebih dari yang lain hari ketika rohku sendiri akan naik untuk bergabung bersama mereka."
"Aku ingin menjadi yang pertama tinggal di sana!" dan Takashi membangun gubuk dekat rumah lamanya dan mengabdikan diri sebagai rasul Katolik di Nagasaki. Tahun 1948-1951, jatuhnya bom memperparah penyakitnya dan ia hanya bisa terbaring di tempat tidur. "Kepalaku masih bekerja," pikirnya. "Mataku, telingaku, tangan dan jariku masih bagus." Jadi dia mulai menulis. Karya tulisnya yang paling terkenal adalah "Lonceng Nagasaki" yang di kemudian hari diusung ke layar lebar. Royalti yang dia terima dengan suka hati dia serahkan ke negara untuk mendukung rekonstruksi kota. Dia menjadi sosok harapan bagi banyak orang, sumber rohani dari kelahiran kembali Nagasaki, orang menyebutnya "santo dari Urakami." Kaisar datang menemuinya, Helen Keller, dan juga Paus menulis kepadanya. Semua orang yang berhubungan dengannya menemukan sukacita dalam dirinya.
"Begitu aku bangun, pikiran pertama yang terlintas di benakku setiap pagi adalah bahwa aku bahagia. Berdegup dalam hatiku adalah hati seorang kanak-kanak. Kehidupan dari suatu hari yang baru menantikanku." ~ Abdi Allah Dr. Paulus Takashi Nagai
.
Diperkenankan menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “disarikan dan diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net”
|